✼ 6 ✼

2.5K 270 18
                                    

Hanna kini bisa bernafas lega setelah berjam-jam menunggu operasi ibunya. Revan benar-benar gila, uang sebanyak itu mungkin baginya tidak begitu berarti tapi bagi Hanna sangat lah berarti. Hanna bisa melunaskan biaya operasi hanya dengan uang yang diberikan Revan.

Hanna mengira Revan hanya membantunya membayar setengah atau bahkan seperempat biaya saja, ternyata Revan melunasi semuanya bahkan ada lebihan yang bisa Hanna gunakan untuk pengobatan pasca operasi. Hanna jadi semakin penasaran, apa yang Revan butuhkan dari Hanna sampai rela memberinya duit sebanyak ini.

Setelah Hanna menyetujui tawaran dari Revan, lelaki itu tidak langsung memberi tahu apa yang harus Hanna lakukan melainkan menanyakan nomer rekening perempuan itu.

Maka dari itu hal pertama yang Hanna lakukan sekarang adalah menghubungi Revan dan memberi tahukan pria itu bahwa operasi telah selesai dan berjalan dengan lancar, tak lupa Hanna mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya pada bosnya.

Dokter bilang untuk saat ini, Ibu nya tidak boleh dikunjungi siapapun karena masih harus pemulihan. Hanna pun paham, Ia juga tidak memaksa untuk bertemu Ibu nya sekarang. Hanna memutuskan untuk pulang sebentar dan membersihkan dirinya terlebih dahulu setelah seharian menunggu di rumah sakit.

Seperti biasa, Hanna akan menunggu bus di halte sebrang rumah sakit untuk pulang ke rumahnya. Namun bukan bus yang didapat melainkan porsche hitam yang berhenti tepat di depan Hanna.

Kaca mobil terbuka menampilkan sosok yang tak asing buat Hanna.

"Pak Revan?" Ujar Hanna sedikit terkejut.

"Masuk sini," pinta Revan. Tanpa berlama-lama, Hanna segera menuruti perintah Revan.

"Kamu udah makan?" Tanya Revan memecah keheningan.

Hanna menggeleng lemah. "Belum, Pak."

"Yaudah kita makan dulu abis itu kamu ikut saya ya."

"Kemana, pak?"

"Liat aja nanti. Kamu gak lupa kan sama janji kamu?" Tentu aja Hanna tidak lupa, bahkan kalau disuruh menepati janjinya sekarang, Hanna akan lakukan.

"Tentu aja saya ingat, pak."

"Good girl! Kamu mau makan di mana?" Revan mulai menjalankan mobilnya.

"Terserah bapak aja."

"Dasar cewek, kalau ditanya jawabannya selalu terserah. Yang laper kan kamu bukan saya."

Namanya juga ditawarin, masa mau request sih. Lagian Hanna udah lapar, dia bakal makan makanan apa aja. Malah niatnya tadi mau makan nasi telor kecap aja di rumah.

Dasar bos aneh!




Revan terlihat jengah melihat Hanna sedari tadi hanya mengambil dress lalu mengembalikannya lagi setelah tau harga yang tertera di price tag. Revan sudah bilang sebelumnya bahwa Hanna bebas memilih pakaian apa pun tanpa mementingkan harganya. Sudah setengah jam Revan menunggu Hanna yang hanya berkeliling toko.

Waktu mereka tidak banyak, mereka belum membeli sepatu, tas dan perlengkapan lain untuk perempuan itu. Revan juga berencana membawa Hanna ke salon milik temannya sehabis dari sini.

"Hanna, saya kan udah bilang, kamu bebas ambil apa pun yang kamu mau," ujar Revan yang kini menghampiri Hanna.

"Tapi harganya mahal banget, pak." Melihat harga pakaian yang 2x lipat dari gajinya, membuat Hanna berpikir dua kali untuk memilih dress tersebut. Masalahnya hampir semua dress di sini harganya tidak ada yang ratusan ribu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 21 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Buttercup Where stories live. Discover now