Part 1 - Amaya dan PTN

17.5K 876 70
                                    


Matahari yang bersinar terik tak menghalangi semangat siswa-siswa kelas 12 IPS 4 untuk bermain bola di tengah-tengah lapangan. Padahal Pak Usman sudah berkali-kali mengingatkan siswa-siswanya untuk tak bermain bola di luar jam pelajaran olahraga. Dan mereka pun sepertinya lupa kalau habis ini ada pelajaran Bu Freya, yang notabene paling gak suka bau matahari dari anak-anak yang habis keringatan dan panas-panasan di luar.

Terutama Amaya! Murid bandel dan kelotokan yang paling terkenal se-SMA Garuda Kencana Mudita. Lihat aja, dia itu provokator utama yang berhasil membujuk konco-konconya untuk main bola siang bolong dan nyolong bola dari ruangan fasilitas!

"Woy Sat! Oper, bego! Sat, gua kosong!" teriaknya lantang.

Satrio, temannya yang sedang menggiring bola mengernyit. Ia menggelengkan kepalanya. "Gak, May! Ntar offside!" pekiknya.

"Ahelah, woles!" sahut Amaya. Tak mau ambil pusing, Satrio mengoper bolanya ke arah Amaya. Amaya langsung berlari melesat dan menendang bolanya kencang-kencang ke arah gawang.

"Goooool...!!"

Siswi-siswi dari lantai dua berteriak kegirangan ketika melihat Amaya berhasil menjebol gawang lawan dengan tendangan yang indah.

Amaya memang pantas jadi idola. Dia ganteng, walaupun terkesan lebih imut sih, dan jago olahraga. Tolong jangan tanya gimana soal pelajaran. Dan perangainya itu lho...

Liat aja, mungkin kebanyakan cowok bakal seneng kalo cewek-cewek kegirangan sama dirinya, tapi Amaya nggak.

"BACOT, WOY!! NANTI PAK USMAN DATENG, KITA DIBUBARIN!" teriaknya ganas ke lantai dua. Cewek-cewek langsung takut dengan kegarangan Amaya. Mereka bubar.

"Wooooo... Boncel marah nih ye!"

Terkutuklah salah satu siswi tak kenal takut yang berteriak seperti itu kepada Amaya sedangkan dia sedang garang-garangnya. Sebelum sahabatnya itu meledak lagi, Satrio berlari ngebut ke arah Amaya, berusaha menenangkan Amaya yang sudah siap meledak seperti bom waktu yang trigger-nya terputus.

"ANJING, SIAPA YANG--"

"Ssshh, kalem... Kalem boy! Jangan dipikirin ok? Makin lo marah makin demen mereka!" Satrio menepuk-nepuk bahu Amaya dan mendorong tubuhnya ke tepi lapangan.

"Tapi, Sat..." Amaya menepis tangan Satrio. "Gua dikatain boncel! Gua nggak boncel!" katanya kekeuh.

"..." Satrio terdiam, namun bahunya naik turun. Ia ngikik, lalu tertawa kencang. "Bhah--"

"BHAHAHAHAHHAA!!!!"

Tawa Satrio menggelegar sehingga menarik perhatian seisi koridor saat itu. Amaya sampai terkaget-kaget. Tawanya bukan tanpa alasan, tapi karena perkataan Amaya barusan.

'Gua nggak boncel.'

Satrio menepuk-nepuk bahu Amaya. Kemudian lelaki tinggi tegap itu menatap Amaya dari ujung kaki hingga ujung rambut.

Yap.

Amaya boncel.

Kecil-kecil cabe rawit! Cuma seratus enam pulih lima senti tapi guaaalaknya minta ampun. Jangan lupa tenaga badaknya Amaya yang gak sebanding sama perawakan mungilnya.

BLETAK!

"Adaww!!"

"Satrio kampret! Gua nggak boncel!" bentak Amaya galak setelah satu jitakan telak mendarat di dahi Satrio. Ia kemudian berjalan gusar menjauhi Satrio. Satrio pun menyusul temannya itu sambil masih terkikik-kikik.

"Yah, kok kabur dari lapangan?"

"Pak Usman udah balik dari rapat. Nanti juga dibubarin sama dia,"

Mr. Tutor !!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang