11

1.7K 255 11
                                    

Keesokan harinya, Daehwi secara sengaja bangun pagi-pagi sekali dan berebut mandi dengan Seokmin hanya agar bisa datang ke rumah Somi secepatnya. Pemuda itu bahkan memakan sarapannya dengan terburu-buru hingga tersedak dan membuat Seokmin yang ada di hadapannya tertawa.

Ia memasuki pagar dan mendapati kening Wonwoo yang berkerut. Ia meneguk ludahnya pelan, takut kalau misalnya Somi menceritakan apa yang terjadi kemarin. Namun Daehwi memberanikan diri untuk menatap Wonwoo dan tersenyum riang seperti biasanya.

"Kenapa Bang? Kok Lo natap gue kayak gitu?"

"Lo kemusuhan??" tanya Wonwoo tanpa basa-basi.

"Hah??"

"Lagi marahan sama dia?"

Daehwi terpaksa mengangguk, "Dia ada di dalam kan?" tanyanya.

"Udah berangkat.." ujar Wonwoo singkat mebuat Daehwi secara reflek menengok tampilan jam tangannya yang masih menunjukkan pukul 06.15 pagi.

"Sepagi ini, Bang? Lo pasti bercanda deh... Nggak mung-" elak Daehwi lalu masuk ke dalam rumah.

"Beneran, nyet.." ujar Wonwoo singkat, mengangkat bahunya tak peduli lalu mengikuti Daehwi masuk.

Langkah Daehwi yang hendak menuju kamar Somi pun terhenti mendengarnya. Ia menoleh dan mengikuti Wonwoo yang berjalan menuju ruang makan.

"Sama siapa?" tanya Daehwi sembari duduk di samping kursi Wonwoo.

"Mark" jawab Wonwoo sembari memakan roti lapis buatan Bi Minah.

"Buset, mantannya yang itu?"

"Hooh, dia keburu-buru banget, sampe sarapannya aja ketinggalan.." sambung Wonwoo mengendikkan dagu ke arah piring yang berisi roti lapis yang masih utuh.

Daehwi terkejut, menatap sejenak piring itu lalu menoleh lagi kepada Wonwoo.

"Kok nggak lo cegah dulu Bang?"

"Mark subuh-subuh udah ada di ruang tamu, katanya ada yang mau diomongin. Gue sempet curiga, tapi si Somi senyam-senyum aja, jadi gue biarin. Guenya juga nggak enak, makanya gue bolehin bawa Somi. Terus waktu gue masuk lagi ke sini, gue baru sadar kalau Somi belum sarapan.." jelas Wonwoo panjang kali lebar.

Daehwi menghela nafas, lalu melangkah menuju Bi Minah yang berada di dapur.

"Eh, ada Tuan Daehwi, mau roti lapis juga?"

Daehwi menggeleng, "tolong siapin kotak bekal buat Somi aja, Bi.."

"Lah, tumben.."

"Dia udah berangkat pagi-pagi sekali, terus sarapannya kelupaan"

Bi Minah dengan cekatan pun menyiapkan kotak bekal dan menyerahkannya pada Daehwi.

Pemuda itu tersenyum ketika menerimanya, "Makasih ya, Bi. Daehwi mau berangkat sekarang, Somi kan punya maag, takutnya kambuh.." pamit Daehwi yang ditanggapi anggukan oleh Bi Minah.

"Gue berangkat dulu, Bang.." ujarnya ketika melewati Wonwoo di ruang makan. Wonwoo yang melihatnya pun hanya mengangguk dan menghela nafasnya lega ketika mendapati sebuah kotak bekal -yang ia yakini untuk Somi- yang Daehwi bawa.

***

Daehwi turun dari motornya, lalu melangkah cepat-cepat menuju ruang kelas Somi. Sesampainya di ruang kelasnya, ia mendapati Somi sedang menutup matanya dan mendengarkan musik dari earphone yang ia pakai.

Daehwi menghela nafas lega lalu melangkah masuk ke kelas Somi yang hanya berisi segelintir anak. Pemuda itu mengankat telunjuknya pada bibirnya, isyarat supaya teman-teman Somi tak membuat kegaduhan. Ia lalu meletakkan kotak bekal itu tepat di depan Somi dan keluar kelas begitu saja. Tanpa mengucap sepatah kata pun.

Setelah itu, Daehwi bergegas menuju kelasnya. Ia menggeletakkan kepalanya di meja, sehingga timbul kernyitan di dahi Guanlin. Teman sebangkunya yang kebetulan sudah datang pagi ini.

"Kamu kenapa?" tanya Guanlin.

Daehwi hanya menggeleng pelan, ia lalu menutup matanya. Ingin istirahat sejenak.

"Aku nyontek pr ya? Hehe," ujar Guanlin sembari terkekeh kecil.

"Hmm, ambil aja.."

TTM | Lee DaehwiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang