27

1.4K 177 7
                                    

Kini Somi merebahkan tubuhnya di kasur dan memandang hampa langit-langit kamar. Ia memikirkan betapa canggungnya keadaan tadi sore setelah Daehwi dan Kyla bergabung ke mejanya dan Wooshin.

Somi merasa ada yang salah, tapi gadis itu sama sekali tak mempunyai gambaran tentang sesuatu hal tersebut.

Karena merasa gerah, Somi memutuskan untuk mandi walau jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Setelah menyiapkan air hangat di bath-up, ia memasuki kamar mandi dan membersihkan tubuhnya.

Setelah sekitar lima belas menit dirinya keluar dari kamar mandi dan bergegas berganti baju menjadi piyama bermotifkan boneka beruang warna coklat. Piyama kesukaannya. Lalu Somi menuju ke arah meja belajarnya untuk menyiapkan semua pelajaran pada esok hari.

Saat sedang asyik-asyiknya bersenandung sembari membaca buku biologi yang terhampar di depan tubuhnya, ponsel yang tergeletak di nakas samping kasur berbunyi membuat Somi terlunjak pelan.

Ini sudah sekitar jam 10 malam, dia heran siapa yang mengirimnya pesan.

Ponselnya ia buka dan nampaklah sebuah notifikasi dengan unknown number terpampang nyata.

Ia membuka pesan yang ada.

Lo yakin masih mau pacaran sama lelaki brengsek kayak dia, Som?

Lo yakin masih mau pacaran sama lelaki brengsek kayak dia, Som?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

So, gimana?

Somi mengernyit, matanya memanas. Ayolah, ini bahkan belum genap satu minggu ia dan Wooshin berpacaran. Dan sudah ada konflik?

Dia hanya tersenyum kecil dan memilih untuk mengabaikan pesan tersebut, lalu kembali meletakkan ponsel ke atas nakas.

Setelah mencuci muka dan membereskan meja belajar, Somi memilih untuk tidur.

Keesokan harinya setelah Somi membersihkan tubuh dan mengenakan seragam, ia berjalan cepat menuju ke ruang bawah dan mendapati kedua orang tuanya tengah bersantai bersama dengan Wonwoo.

"Loh, Ayah sama Bunda kapan pulangnya? Kok aku nggak tau?" ujar Somi dengan nada terkejutnya.

"Nggak dipeluk dulu, nih?" Bunda merentangkan kedua tangannya sembari tersenyum lebar.

Sontak saja Somi merangsek maju dan memeluk erat Bundanya, kangen.

"Ayah juga mau, dong.." ucap sang Ayah sembari ikut berjalan dan memeluk kedua wanita itu.

"Wonwoo, nggak ikut sekalian?" tawar si Bunda yang ditanggapi gelengan oleh Wonwoo.

"Jadi kayak keluarga teletubbies, ntar" jelas Wonwoo yang ditanggapi tawa.

"Jadi, kalian kapan pulang?" tanya Somi sesaat setelah ia duduk di meja makan sembari mengoleskan selai kacang ke roti tawarnya.

"Hmm, tadi malem, kamu udah tidur sayang. Daehwi nggak tega buat bangunin," ujar Ayah sembari menyerahkan segelas susu ke arah Somi.

"Sebentar, kok jadi ada Daehwi nya?" Somi menerima segelas susu tersebut dan menaruh di hadapannya.

"Hm, kemarin keluarga Lee juga dateng, terus si Daehwi mau ngecek kamu udah tidur apa belum, ternyata udah.." jelas Bunda.

Somi hanya manggut-manggut. Tapi dia tak berkomentar banyak walau pikirannya sudah berkecamuk.

Ting... Tong...

Suara bel rumah membuat keluarga Jeon menoleh dan memperhatikan pintu rumah.

"Bi Minah lagi dimana? Biar aku a-"
"Biar saya, non.." potong Bi Minah lari kecil dari ruangan dapur menghentikan pergerakan Somi yang kini telah kembali duduk.

Tak berapa lama tampak Wooshin sedang berjalan kikuk sembari tersenyum manis.

"Siapa ini? Ayo duduk dulu," tanya Bunda sembari mempersilahkan Wooshin agar duduk di salah satu kursi pada ruang makan itu.

"Pacar aku Bun," jawab Somi sembari meringis.

"Wah, sejak kapan? Kok ngga cerita Ayah sama Bunda? Daehwi nya dikemanain??" tanya sang Ayah.

"Sejak lima hari yang lalu, Yah. Nggak mau cerita karena takutnya ganggu. Terus si Daehwi kan cuma temen aku, memangnya mau dikemanain juga?" jawab Somi panjang kali lebar.

"Ah, kenalin. Tante, Om. Saya Wooshin" ujar Wooshin sembari mengulas senyuman sementara Ayah dan Bunda hanya manggut-manggut.

"Ah, udah. Aku mau berangkat duluan," Wonwoo tiba-tiba beranjak dan menyalami satu persatu orang tuanya.

"Ati-ati" nasihat si Bunda yang ditanggapi anggukan kecil oleh Wonwoo.

"Ayo, nak Wooshin. Ikut sarapan," tawar Ayah sembari menyodorkan piring yang berisi lembaran roti tawar beserta kaleng selai coklat dan kaleng selai kacang.

"Ah, enggak usah Om. Saya sudah sarapan.."

"Iya, Yah. Aku juga udah selesai makan..." timpal Somi sembari membersihkan mulutnya dengan sapu tangan.

"Ooh, jadi mau beragkat sekarang? Mau bekal nggak?" tanya Bunda.

"Ndak usah ah Bun. Lagi males, hehehe. Ya udah, Somi berangkat duluan ya?" Somi berpamitan dengan mencium tangan Bunda lalu Ayahnya.

"Mari, Om, Tante" ucap Wooshin setelah melakukan hal sama yang juga dilakukan Somi.

"Ati-ati ya,,"

"Iya, Om.."

Keduanya lalu berjalan menuju parkiran dan Somi naik ke atas motor Wooshin.

Lalu motor itu melaju meninggalkan area perumahan dengan kecepatan sedang. Namun tanpa mereka sadari, terdapat seorang pemuda dari keluarga Lee yang melihat kedekatan keduanya dengan tatapan kecewa.

TTM | Lee DaehwiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang