Liar!

11K 1.1K 305
                                    


"HOLLYWOOD!!!!"

Teriakan Ten seakan merobek bisingnya jalanan kota. Beberapa orang melihat ke arahnya namun segera berpaling karena kami berlalu begitu saja. Aku hanya tertawa mendengar suara melengkingnya yang bertolak belakang dengan penampilannya saat ini. Bertaruh, jika dia melakukannya lagi, semua orang akan tahu dia adalah laki-laki.

Mobil yang kukendarai melesat di tengah hari menuju Hollywood Sign. Salahkan seseorang yang kini cekikikan dengan polosnya di sebelahku ini. Sulit sekali membangunkannya pagi tadi, aku harus menggendongnya ke kamar mandi untuk selanjutnya kumandikan dengan air dingin yang dia benci. Tubuhku sampai ikut basah karena dia berontak tak kenal ampun. Rambutnya yang panjang membuat semuanya jadi makin merepotkan. Tidak ada hairdryer di guest house yang membuat kami harus check up dengan rambutnya yang basah.

"Johnny, lihat sini!"

Aku melirik kearahnya. Ternyata dia sedang merekamku dengan handycam miliknya.

Rambut Ten beterbangan diterpa angin. Dia sedikit kesulitan dengan rambut yang kadang menerpa wajahnya. Sambil membereskan kekacauan di rambutnya, Ten terus mengarahkan handycam padaku.

"Jangan rekam aku." Kugunakan tangan kananku untuk menutup lensa handycam tapi Ten lebih gesit memindahkan benda itu hingga sekarang menangkap pemandangan kami berdua.

"Yuhuuuu." Kembali Ten bersorak riang. Tangannya dengan nakal mengacak rambutku tanpa mengalihkan pandangan dari handycamnya.

Tulisan Hollywood sudah ada di depan mata. Setelah satu jam perjalanan, akhirnya kami sampai juga. "Ten, Hollywood." Aku menunjuk Hollywood Sign di atas bukit yang terlihat jelas.

"Ddaebak! Johnny, kita benar-benar di Hollywood!" Lagi-lagi aku hanya bisa tertawa.

Setelah memarkirkan mobil di bahu jalan, kami segera turun untuk mengambil beberapa gambar di Hollywood stret yang menampakkan dengan jelas salah satu icon Amerika Serikat itu.

Ten berlari ke tengah jalan dengan riang hingga nyaris membuat jantungku copot. Saat kulihat lagi, jalan itu ternyata sepi. Aku nyaris meneriakinya gila barusan. Laki-laki itu tidak peduli dengan betapa kagetnya aku, Ia malah menyuruhku ikut ke sana dan mengambil lebih banyak gambar. Aku memotretnya, di tengah jalan. Seketika, aku merasa sama gilanya dengan Ten.

Sinar matahari yang sepenuhnya bersinar terang di atas kepala membuat hasil foto Ten terlihat lebih keren dari biasanya. Kuakui, selain faktor latar yang tidak biasa, kemampuan Ten dalam mencocokan bajunya juga ambil andil dalam kepuasanku mengambil fotonya. Kaos lengan panjang bergaris dan celana super pendeknya membuat Ten terlihat luar biasa. Ya, hebat. Bahkan dia memarkan kaki yang nyaris seperti perempuan itu dalam boot tingginya. Terkutuk kalian cordy noona, dan mungkin member yang memasukkan baju itu ke koper Ten.

Ten menarik pergelangan tanganku, Ia mengarahkan handycamnya ke kami berdua sembari kami berjalan ke pinggir.

"Kita mau kemana, honey?"

Saat Ten tiba-tiba memanggilku dengan panggilan sayang, perutku terasa kram sesaat. Perasaan menyenangkan yang tidak pernah kurasakan sebelumnya memenuhi hatiku. Sebisa mungkin aku menahan diri untuk tidak menunjukkannya di depan kamera.

"Berjalan-jalan disini sebentar. Menghabiskan waktu berdua, hm?" dengan berani aku menyerukkan wajahku ke pelipisnya. Menciumnya secepat kilat lalu kembali mengumpulkan atensi ke handycam yang dibawa Ten. Melempar senyuman nakal kesana. Oh ayolah, ini pekerjaan tapi kenapa rasanya begitu menyenangkan?

Tepat saat aku menciumnya, tangan Ten meremat pergelangan tanganku. Lalu tubuhnya mulai kaku walau masih berjalan. Aku terkekeh melihatnya yang terkejut.

To You (Johnten Ver.)Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα