2

108K 6.9K 187
                                    

Pekerjaan kantor hari ini selesai tepat waktu. Raina bernapas lega sembari memikirkan hal apa saja yang akan ia lakukan sesampai di rumahnya nanti. Punggungnya letih setelah seharian duduk di depan layar komputer. Tiga hari tanpa atasannya yang sibuk mengurus anak, membuat Raina kerepotan mengerjakan tugas tambahan dari atasannya itu. Ingin protes pun tidak bisa. Beruntung, Alaska mau membantunya walaupun dengan embel akan dibayarkan uang makan sebagai gantinya.

Raina berjalan keluar menuju perkarangan kantor menunggu ojek online pesanannya. Selagi menunggu, handphonenya berdering dan ternyata panggilan itu dari Alaska. Raina menerima panggilannya dan menyampingkan handphone di telinga kanan.

"Mau nganterin pulang, ya? Sorry, ya, udah kepesan Gojek." Ucap Raina usil.

"Geer banget. Gak sudi jadi ojek antar-jemput lu. Miskinnya sama kayak gue soalnya."

Raina tertawa. "Ya-ya. Jadi, kenapa nelepon nih?"

"Lu ikut acara kantor, gak? Nanti malam jam tujuh, habis maghrib." Jelas Alaska.

Raina mengerutkan keningnya. "Acara apa?" Tanya perempuan itu.

"Acara pemakaman... ya acara ulang tahun kantor lah! Udah berapa tahun sih lu kerja di kantor kita?"

Perempuan itu menggelengkan kepalanya mendengar celotehan Alaska. Dia menjawab. "Dua tahun. Mana aku ingat ulang tahun kantor sedangkan ulang tahun mantan aku aja gak ingat."

"Malah curhat. Pokoknya datang, gak? Kalau iya bareng sama gue ya!"

Raina berpikir sejenak. Sebenarnya malam ini ia berniat untuk bersantai dan membaringkan tubuhnya di atas kasur. Tetapi mengenai acara ulang tahun kantor, Raina tidak keberatan untuk datang. Lagi pula kalau Alaska yang meminta berarti ia mendapat tumpangan gratis.

"Oke! Ntar jemput di rumah aku ya! Aku tunggu jam tujuh!"

"Jam enam, lah! Acara jam segitu udah mulai."

"Kan aku mandi dulu...Terus sholat... Belum lagi dandan."

TUT!

Raina menatap layar handphonenya yang menggelap, bingung. Alaska memutuskan panggilannya sepihak lagi. Tepat saat itu, seorang pengendara motor mendatangi Raina. "Neng Galgadot, ya? Yang ke jalan Cibatu Raya, Antapani?"

Raina mengambil helm yang diberikan pengendara itu ke tangannya. "Enggak, bang. Kita ke Asgard sekarang juga." Ucapnya lalu memasang helm di kepalanya.

"Oke, siap neng! Di bulan ada kolong wewe, kita otw!"

***

Galih melekatkan tuxedonya menutupi kemeja putih yang ia kenakan. Pria itu merapikan posisi pakaiannya dengan rapi. Ia bercermin dan menyemprotkan beberapa kali parfum lalu melangkah keluar kamar tepat saat Raiden, putra tunggalnya masuk sambil memasang wajah cemberut. Galih melirik putranya kemudian berjalan mendekat lalu menumpu lututnya agar menyamakan tinggi dengan anak itu.

"Aden mau ikut!" Pinta Raiden, merengek membuka kedua tangannya untuk segera diraih sang ayah. Galih meraih Raiden kedalam gendongan. Membawa putranya itu keluar kamar bersama.

"Aden di rumah saja, ya. Papa ada urusan di luar sebentar."

"Gak mau! Pokoknya Aden halus ikut! Kalo enggak Aden nangis!" mereka berjalan ke ruang keluarga di mana asisten rumah tangga mereka, bi Aina tengah membereskan meja yang diberantakan dengan mainan Aiden di sana. Galih menatap bi Aina, bertanya. "Bi, bisa jaga Aden sampai saya pulang?"

"Papa...!!! Aden gak mau di lumahhh...!" Rengek Raiden di dalam gendongan. Membuat Galih tidak tega melihat putranya.

Galih sadar kalau dia sudah beberapa kali meninggalkan Raiden bersama asisten rumah tangga mereka yang sudah dipercaya oleh keluarganya sejak mendiang orangtua Galih hidup. Perempuan paruh baya berusia enam puluh tahun itu berkata sukarela untuk menjaga Raiden hingga Galih pulang hingga larut malam. Bi Aina sudah seperti keluarga sendiri bagi Galih dan Raiden. Kini, melihat kondisi bi Aina sekarang dan Raiden yang semakin aktif di usianya membuat Galih tidak tega. Memikirkan itu Galih akhirnya luluh, mau tidak mau dia harus membawa Raiden kali ini sekaligus untuk memperkenalkan putranya pada rekan kerja yang akan menghadiri acara kantor malam ini serta para karyawati yang selalu mengejarnya. Jadi Raiden bisa sebagai kedok Galih untuk menjauhi para wanita agresif itu.

Unexpected Be MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang