3

94.8K 7.9K 76
                                    

Suasana acara di gedung semakin meriah setelah MC membuka acara hiburan seperti bernyanyi bagi orang – orang yang ingin menyumbangkan suara, menikmati makanan di prasmanan dan undian doorprize untuk mereka yang beruntung bisa membawa pulang berbagai macam hadiah menarik seperti mesin cuci, televisi, kulkas, peralatan memasak atau yang paling menarik, sepeda motor baru. Semua hadiah disumbangkan langsung oleh bos mereka, Galih Mahesa.

Raiden menuruti kata ayahnya. Bocah itu tidak berulah dan lebih sering diam di dalam gendongan Galih. Saat Galih tengah memperkenalkan Raiden pada rekan-rekannya, Raiden lebih banyak tersenyum dan menampilkan sederet gigi susunya. Sesekali Raiden ikut mengobrol ketika papanya sedang sibuk berbicara dengan rekan kerjanya, Raiden ikut nimbrung dengan obrolan pahlawan super yang ia tonton bersama bi Aina di rumah.

"Wah! Aden udah gede ya sekarang." Utami dan ketiga rekan kerja Galih tersenyum melihat tingkah kecil Raiden yang memainkan dasi papanya. Utami perempuan paruh baya berusia lima puluh tahun, orang yang memiliki posisi penting sebagai tamu di acara kantor ini sebab perusahaan suami perempuan itu, Joko menjalin hubungan yang baik dengan perusahaan Galih.

"Iya dong! Kan Aden makan nasi di lumah." Balas Raiden tanpa mengalihkan perhatiannya pada dasi Galih saat bocah cilik itu berada dalam gendongan papanya.

Sontak keempat orang yang berada di dekat Galih tertawa mendengar jawaban polos dari Raiden. "Ih! Lucu banget, sih Aden!" gemas Rika mencubit pipi bocah itu dan membuat Raiden risih. Sama seperti Utari, Rika juga tamu penting Galih.

"Jangan dicubit atuh oma, ntal pipi Aden kayak pipi bi Aina, kendol." Ucap Raiden dan lagi mereka tertawa sedangkan Galih menggelengkan kepala mendengar jawaban spontanitas dari anaknya.

Adimas, suami Rika, menepuk punggung Galih pelan, "Raiden cepat besarnya, ya. Terakhir ketemu waktu umur satu tahun, waktu kamu ke acara pernikahan anak om bareng istri kamu." Ucapnya membuat Galih tersenyum tipis. Adimas dan Rika sudah mengenal Galih sejak empat tahun lalu, saat perusahaan mereka menandatangani kontrak kerjasama dan hingga sekarang menjalin hubungan kerja sama yang baik dan saling memberikan keuntungan. Itu mengapa Adimas serta Rika begitupun dengan Utari juga Joko sangat mengenal Galih dan Raiden.

Raiden turun dari gendongan Galih saat anak laki-laki itu meminta untuk diturunkan. Sembari menggenggam tangan Raiden, Galih dengan sopan menjawab. "Kalau bukan Andini yang mengajarkan Aden di rumah dan Handoko saat saya bekerja di kantor, mungkin Aden tidak mengerti banyak kosa kata baru." Ucapnya menahan sesuatu dalam dirinya yang bergejolak aneh saat menyebutkan nama Andini.

"Andini memang hebat, ya! Sudah cantik, baik, pintar cuma sayang-,"Ucapan Rika tertahan saat Adimas menyenggol bahunya pelan. Seketika Rika gelagapan dan meminta maaf, "M-maaf ya, Galih. Tante gak bermaksud-"

Galih tersenyum pada Rika. "Gak apa-apa tante. Sekarang juga saya dan Raiden baik-baik saja. Dan saya sendiri bisa menjadi orangtua tunggal buat Aden."

"Kalau mau, Aden diajak main ke rumah saya saja, nak Galih. Kebetulan keponakan sama anak-anak saya ramai di rumah." Ucap Utami tersenyum mencoba mencairkan suasana yang mulai agak canggung di sekitar mereka.

"Kapan-kapan saya akan ke sana. Aden juga sepertinya butuh teman main." Balas Galih mengadah ke bawah samping kirinya dan seketika matanya membulat sempurna saat sadar kalau di sampingnya kosong. Raiden sudah melepas genggaman Galih sedari pria itu mengobrol tadi bersama keempat rekannya itu.

Mereka sama terkejutnya dengan Galih. Kedua pasangan di depan Galih ikut terkejut mengetahui Raiden sudah menghilang di dekat mereka. "Loh, tadi bukannya Aden ada di sini?" tunjuk Rika di sampingnya yang berada persis di mana Raiden sebelumnya berdiri, dekat dengan Galih.

Unexpected Be MomOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz