Dua belas

5.2K 696 168
                                    

--------------------------------------------------
Sorry for typos and happy reading.

--------------------------------------------------

-12-

Mendekati jam makan siang, Myungsoo memarkirkan mobilnya di dalam garasi rumah besar tersebut. Biasanya, jika itu adalah hari libur. Myungsoo akan makan siang di rumah kedua orang tuanya. Kadang juga sampai malam dia berada di sana.

Pria itu memainkan kunci mobilnya sembari terus memasuki kediaman keluarga Kim tersebut, dia menolak pintu yang memang tidak terkunci. Sembari bersiul menyanyikan lagu secara acak, pria itu langsung menuju ke arah dapur, dia merasakan ada pergerakan di dalam sana. Mungkin ibunya sedang menyiapkan makan siang mereka.

Cring.

Prak.

Kunci besi itu terjatuh ke bawah membuat suara nyaringnya yang membentur lantai memenuhi ruangan dapur yang terlihat sangat luas. "Suzy?" pria itu pasti sedang berkhayal, bagaimana bisa Suzy berada di sana. Di dapur rumah orang tuanya dan menggunakan celemek. Rambut panjang hitamnya wanita itu ikat ke atas membentuk model bun, celana jeans ia padukan dengan baju kemeja berwarna biru laut. Wanita itu terlihat santai, seperti sedang berada di rumahnya sendiri.

"Ini benar-benar kau, Suzy?" suaranya masih terdengar tidak percaya sedangkan Suzy memasang wajah santai. Mengangkat sebuah piring besar yang berisi japchae lalu meletakkannya di tengah meja makan.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Pria itu masih tak bergerak dari posisinya, matanya sedikitpun tak ia kedipkan. Dia takut, kalau dia berkedip sedikit saja, mungkin Suzy akan segera menghilang dari radar penglihatannya.

"Anakku, kau akhirnya sampai juga." Bahu Myungsoo di tepuk pelan dan pelakunya adalah Kim Hwi-hyang. Ibunya sendiri.

"Ayo, duduk. Ayahmu akan turun sebentar lagi." Myungsoo menatap wajah ibunya dengan tatapan penuh tanya. Sebenarnya apa yang sedang terjadi? Kenapa Suzy berada di rumahnya, menggunakan celemek dan menata meja makan. Memangnya Suzy itu calon istrinya apa? Pria itu tidak mengerti, sedikitpun tidak.

"Kunci mobilmu jatuh nak." Sang ayah menendang pelan tulang kering kaki Myungsoo sembari menunjuk kunci mobilnya yang tergeletak sedih karena diabaikan begitu saja. Myungsoo tidak peduli dengan benda itu, dia hanya butuh satu hal sekarang ini. Penjelasan.

"Kau mau terus berdiri di situ? Ayo duduk, kita akan mulai makan." Suzy menanggalkan celemek yang ia pakai, menyangkut benda itu di gantungan celemek kemudian langsung bergabung dengan ibu dan ayah Myungsoo di meja makan. Myungsoo rasanya ingin berteriak, tidakkah ada orang yang mau menjelaskan situasi ini padanya?

Suzy tidak melirik Myungsoo sedikitpun, wanita itu hanya terus menatap meja, mengecek menu makanan seolah semua makanan itu lebih menarik dari pada seorang Kim Myungsoo. Hwi-hyang melihat Myungsoo, mendengkus sesaat sebelum bergerak menarik putra satu-satunya itu guna segera bergabung dengan mereka.

"Ayo kita makan Myung, semua ini dibuatkan oleh teman ibumu."

"Teman ibu?" Myungsoo mengernyitkan keningnya dalam, memandang sang ibu dengan tatapan semakin tak mengerti. Apakah yang dimaksudkan oleh sang ayah adalah Suzy? Sejak kapan Suzy dan ibunya berteman? Sepertinya ada yang ganjil di sini.

"Hm, dia teman baru ibumu."

"Dia Suzy, kami baru berteman tidak lama ini. Dia sangat pintar memasak, jadi ibu minta dia sesekali datang dan memasak. Untunglah hari ini dia bisa." Suzy menyumpit beberapa potong daging yang sudah diiris-iris tipis, Myungsoo tidak tau apa nama makanannya. Yang jelas, dia tahu pasti bahwa wanita itu baru saja meletakkan daging itu di atas tumpukan nasi ayahnya. Kok kesal ya?

Because of Kiss [END]Where stories live. Discover now