(Special! Aomine and Ogiwara): Menjenguk Teman = Dihadang

39 3 0
                                    

(Kelanjutan dari Hospitalized with Dedek Yukiko)

Namaku Daiki Aomine, salah satu mahasiswa di kampus Sumedang. Kenapa aku malah nyasar sampe ke rumah sakit yang segede hotel bintang enam, syukurlah aku menyeret Ogiwara, temanku pas SMA.

Tujuan kami ke sini adalah memastikan teman sesama kampus dalam keadaan sehat tanpa kurang secuil apapun, bisa berabe kalau anak itu mendadak masuk jadi pasien rumah sakit. Demi kebahagiaan bersama, akhirnya kami menyusul Yukiko dan Nash, tapi kenapa aku malah kesasar seperti ini?

Padahal jam besuk udah lewat, kalau ketemu suster jaga mungkin aku bakal langsung disuntik mati terus di masukin ke kamar mayat. Sepertinya ini bakal sulit, kemana Yukiko pergi?

"GYAAAA!" aku mendengar suara seksi dari sampingku

"Ogiwara? Maneh ngapain?" tanyaku

"Darimana saja maneh, maneh hampir membuat abdi jantungan gegara kesasar di rumah sakit angker kayak begini!" ucap Ogiwara sembari mengomeliku, "Btw, maneh tau dimana kamar Nash?" tanyanya

"Abdi mana tahu. Padahal urang masuk kesini lewat jam besuk" jawabku seraya menggeleng-gelengkan kepala, kulihat Ogiwara wajahnya rada pucat, "Ogiwara, naha kok wajah maneh pucat?"

"Tadi abdi mendengar ada yang jejeritan. Jangan-jangan mbak kunti lagi jaga?" oke kali ini Ogiwara terlalu berlebihan

"Mana ada kuntilanak?" selaku seraya menengok kanan-kiri nggak ada siapa-siapa, Ogiwara menunjuk seorang wanita resepsionis, wajahnya tertunduk lesu dan rambutnya acak adul kayak habis pakai hairdryer

Kita berdua berjalan ke meja resepsionis, lalu aku bertanya, "Permisi, mbak, saya mau tanya apakah ada pasien yang bernama Nash Gold Jr itu di kamar nomor berapa ya?"

"Di...sana..., naik.., terus..., eh kamu... Daiki Aomine ya? Yang main di LAST GAME itu kan?!"

"I-I-Iya....."

"Kyaaaaa! Minta tanda tangan dong, sayah ngefans!!" ternyata wajah sang mbak-mbak yang kupikir cantik jelita sekarang menampakkan wujud yang cuma separoh muka, muka sebelahnya remuk seperti habis digencet sesuatu, matanya menggelambir ke bawah, gigi-giginya mencuat dan dia nyengir sambil ngasih notes dan bolpoin

"UGYAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!"

Aku nggak sempat melakukan apa-apa sesaat setelah Ogiwara dengan semangat empat lima membawaku serta meninggalkan wanita buruk rupa tersebut. Kami akhirnya pontang-panting entah kemana sampai kami bertabrakan dengan sesuatu atau lebih tepatnya sesuatu itu kecil dan halus banget kayak bantal.

"Aduuhhh...... di rumah sakit nggak boleh teriak-teriak! Eh, Aomine-nii, Ogiwara-nii?"

"YUKIKOOO! Syukurlah, alhamdulillah. Ya ampun abdi seneng banget ketemu maneh dan nemuin maneh masih utuh di sini! Ayo cepat kita pulang sebelum teman kita berubah jadi jurig!" ucapku senang

"Tapi Nash-nii masih terkapar di kamar dan mana mungkin bawa dia pulang oge?" ya ampun anak ini beneran kelewat polos

"Gimana mungkin urang bawa Nash yang jadi pasien inap di sini dibawa kabur?" terang Ogiwara, Yukiko hanya pasang wajah datar

Kami akhirnya pergi untuk ke pintu keluar, jelas kami tak mau lewat pintu depan karena ada om satpam dan bisa-bisa kami ditangkap hidup-hidup lalu diintrogasi dikilik-kitik pakai bulu ayam sampe pagi.

Kami pun membuka pintu darurat yang tak kalah serem karena lewat lorong yang lumayan panjang. "Astaghfirullah..... ini tempat memang cucoks buat jurig nongkrong" timpal Ogiwara

"Blueekk..... baunya apek gini kayak Aomine-nii" sahut Yukiko kurang ajar kepadaku, aku cuma hanya tersenyum kesal. "Huaduh, bau ketek abdi kayak kemenyan maknyuss" timpalku seraya mencium bau ketekku

"Hah????" Ogiwara dan Yukiko bingung

Pada akhirnya kami harus berlari pontang-panting karena kami dikerubuti oleh 3 mbak kuntilanak di sayap kiri, 4 barudak tuyul di sayap kanan, mas genderuwo jadi penjaga pintu siap menghadang, dan mas pocong jadi striker (emangnya ini sepak bola apa?).

Intinya kami harus babak belur karena mereka benar-benar mengerikan. Nggak hanya nongol, mereka dengan nafsu ingin merobek-robek baju kami juga. Berasa kayak korban pelecehan tapi bedanya yang melakukan ini bukan manusia.

"S-Sudah... abdi.... tidak kuat..." Ogiwara terkapar bersimbah air mata karena digrepe-grepe mbak kunti sedangkan aku dicolek-colek sama tuyul kurang ajar ditambah dengan santainya meraba-raba saku celanaku

"Sudah tahu 'kan, kita harus apa?" tanyaku, dengan menghitung mundur akhirnya kami lolos dari rumah sakit terkutuk itu. Apa kabar Nash yang ada di sana? Entahlah semoga dia tidak apa-apa. Semoga dia tidak jadi korban pelecehan dan jadi pelampiasan para mbak kunti yang ada di sini


Kagami Urang Sumedang [ Kagami Drabble Collection ]Where stories live. Discover now