7. SORRY...

15.7K 945 139
                                    


WARNING 18 +
(Sorry guys, keteken publis padahal tadi belum selesai di edit)

--budayakan vote dulu sebelum membaca--

"Jadi, perempuan itu siapa kamu?" Dokter Mikaila yang berjalan di samping Raga menatap sekilas wajah tampan namun dingin sosok pria di sampingnya itu, Raga yang menerima pertanyaan barusan menarik sedikit sudut bibirnya sebelum menjawab sampai mereka sudah berdiri di samping mobil pribadi milik dokter cantik itu.

"Calon istri!" Jawab Raga begitu cepat dan penuh ketegasan, membuat Mikaila yang sesungguhnya sempat menaruh hati pada Raga langsung tercengang dengan mata mengerjab. Namun hanya beberapa detik dan setelahnya perempuan itu kembali terlihat biasa dengan ekspresi anggunnya.

"Jadi benar, kamu menikahinya karena dia... hamil anak kamu?"

Raga semula mengangguk. Dan beberapa detik setelah mencerna kalimat Mikaila dengan benar, manik mata Raga melebar menatap terkejut wajah perempuan di hadapannya itu.

"Apa? Siapa?" Tanya Raga sungguh terkejut bercampur panik. Seumur hidupnya Raga sangat membenci anak kecil. Menurutnya, bayi adalah makhluk mengesalkan yang akan membuat kepalanya pusing. Dalam mimpi sekalipun, Raga tidak pernah membayangkan jika rumahnya akan di huni oleh seorang bayi.

Mikaila mengulum senyum melihat wajah terkejut Raga sambil menggeleng.

"Sebaiknya Kirana kamu bawa kedokter obgyn deh, Ga, buat mastiin. Feeling aku sih anak kamu lebih dari satu nih, Ga. Soalnya mual dan muntah yang Kirana alami terlalu belebihan. Dan dia juga bilang beberapa kali ngerasa perutnya kram dan mudah lelah. Beberapa pasien yang aku tangani, mereka gak sadar kalau hamil dan bayinya kembar, ciri-cirinya ya kayak Kirana ini,"

"WHAT?!"

Dan setelah mengatakan itu kepada Raga, Mikaila menepuk pelan pundak Raga, kemudian masuk ke dalam mobilnya meninggalkan lelaki itu dengan wajah memucat bercampur shock.

"Gak mungkin. Yang benar saja," bisik Raga sambil menggaruk pelipisnya tidak mengerti dan melangkah kembali memasuki rumah besarnya.

***

Saat Raga kembali menuju kamar Kirana, dia melihat perempuan itu kembali berusaha mengeluarkan isi perutnya, membuat pelayan yang membantunya tampak kualahan memijiti punggung Kirana. Raga mengerut bingung. Pasalnya, beberapa jam yang lalu dia melakukam hal yang sama dan dengan cepat Kirana berhenti mengeluarkan isi perutnya dan langsung terlihat tenang.

Melihat wajah Kirana yang begitu pucat dan seperti tengah menahan rasa sakit, entah mengapa membuat hati kecil Raga terasa di cubit. Mati-matian Raga mencoba untuk tidak perduli, namun sialnya kedua kaki Raga justru berjalan kearah tempat tidur.

Begitu melihat Raga berdiri di dekat mereka, pelayan perempuan itu langsung menunduk hormat sembari mengambil alih baskom serta handuk hangat bekas Kirana dan pamit keluar dari kamar itu.

"Jangan pegang-pegang!" Kirana berseru cepat saat dari sudut matanya dia melihat Raga hendak menyentuh pundaknya.

Raga menghela napas. Menyembunyikan kedua tangannya ke dalam kantong celana rumah yang dia kenakan dan menatap Kirana lekat.

"Kata Mikaila kamu ini terlalu stres. Sebenarnya apa yang kamu pikirkan sih, Kirana, sampai buat kamu sampai sakit begini?" Tanya Raga yang kali ini mencoba untuk mengalah.

BUTTERFLY ( COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang