31. BITTER REALITY

7.4K 617 51
                                    

--vote terlebih dahulu sebelum di baca gengs--

***

Karlin mengerjab pelan saat sinar matahari menerpa kulit wajahnya dan terasa hangat. Mimpinya barusan membuatnya tersentak dan begitu kelopak matanya terbuka,  Karlin langsung menangkap sosok Kirana yang tengah berdiri disisi ranjang dan mengamatinya yang semula dengan raut wajah khawatir,  kemudian terlihat bahagia begitu mendapati dirinya mulai tersadar.

"Kak Karlin?" Kirana tidak berubah.  Suara lembutnya sungguh sarat kekhawatiran yang membuat hati Karlin sungguh terenyuh, dan tanpa basa-basi airmata perempuan itupun jatuh meluruh yang kembali membuat Kirana di serang rasa panik.

"Kak,  kakak kenapa?  Ada yang sakit? " Tanya Kirana panik dan saat adiknya itu ingin memeluknya dengan sigap Karlin menepis tangan Kirana yang hampir merengkuhnya.

"Kamu gak pantes bersikap baik sama aku kayak gini, Na,  setelah apa yang udah aku lakuin sama kamu selama ini! " pekik Karlin tanpa sangka dan sempat membuat Kirana diam tertegun sambil menggeleng lemah.

"Apapun yang terjadi di antara kita...  Kamu itu tetap saudara aku, Kak, " suara Kirana mulai terdengar tegas.

Karlin menggeleng lemah.

"Aku gak pantes jadi kakak kamu,Na!" Karlin memutar tubuhnya hingga memunggungi Kirana dan saat perempuan itu hendak menghampiri Karlin,  pintu kamar rawat Karlin terbuka,  mengalihkan perhatian Kirana ke arah pintu yang terbuka dan sosok Raga melangkah masuk dengan membawa sebuah kantong pelastik berisikan makanan untuk Karlin dan juga Kirana.

Satu jam yang lalu,  setelah Arief dan Ilya pergi dari ruangan dimana Karlin di rawat, Kiranapun segera saja menghubungi Raga.  Walaupun saat di telpon Raga terdengar enggan dan mengatakan jika dia tidak akan datang ke rumah sakit,  tapi pada akhirnya suaminya itupun datang menghampirinya dan membawakan pesanan Kirana untuk Karlin.

Mendapati raut wajah istrinya yang terlihat begitu sedih, Raga pun tersenyun lembut sambil meletakkan kantong pelastik bawaannya di atas meja kecil di samping tempat tidur,  kemudian menghampiri Kirana dan merangkul istrinya itu.

"Gimana keadaan Karlin?"

Suara berat Raga yang terdengar menelusup gendang telinga Karlin sempat membuat perempuan itu tertegun selama beberapa detik.  Memejamkan matanya sesaat,  airmata Karlin kembali mengalir begitu saja dan sekuat tenaga perempuan itu menahan diri dengan menutup mulutnya agar tidak terdengar terisak.

Namun usaha Karlin itu sia-sia saja,  karena baik Kirana maupun Raga sudah melihat dengan jelas punggung Karlin yang bergetar.  Saat Kirana hendak menghampiri Karlin,  dengan sigap Raga menahan tubuh istrinya itu,  memberikan isyarat jika Karlin mungkin ingin menenangkan diri sendirian. Sempat protes melalui tatapan matanya,  namun begitu Raga memandang manik mata istrinya lekat,  Kiranapun hanya mampu menghembuskan napas dan menurut saat Raga menariknya keluar dari ruangan dimana Karlin di rawat.

Kirana menghela napas keras dan mendudukkan diri di salah satu bangku besi yang berada di depan ruangan Karlin di rawat.  Melihat wajah istrinya yang begitu lelah,  Ragapun tampak khawatir.

Menghela napas keras,  Raga menggeser posisi berdirinya begitu rapat dengan Kirana dan menarik kepala perempuan itu hingga bersandar di Perutnya.

Tanpa ada penolakan,  Kirana menyenderkan kepalanya di perut Raga,  menggerakkan kedua tangannya melingkar di pinggang suaminya itu sambil menghirup aroma parfum milik Raga yang begitu menenangkan. 

BUTTERFLY ( COMPLETE)Where stories live. Discover now