part2

73 10 8
                                    

Delima pov

Delima berjalan menyusuri kampus, untuk mencari kelasnya sesuai data yang tertera di papan pengumuman. Saat Delima memasuki kelas, seseorang perempuan yang sepertinya sudah menunggu Delima. Kemudian perempuan itu memangilnya dan melambaikan tangan. Delima pun menghampiri perempuan itu.

"Kamu udah lama banget nungguin aku ya, Tis? Maaf ya tadi aku abis nolongin orang di pingir jalan. Aku senang banget, akhirnya kita satu kelas." Delima memeluk temannya yang bernama Tisa.

Latisha fawnia adalah sahabat Delima sejak SMP. Delima merasa senang bisa satu kelas bersama sahabatnya.

"Gue juga senang bisa satu kampus sama, Lo. Berkat Lo, gue bisa seperti ini. Lo emang lebih dari sahabat terbaik dihidup gue, Delima. Mungkin tanpa ada lo hidup gue akan hancur." Latisha menangis dan memeluk erat tubuh Delima.

"Udah. Jangan nangis ah, aku udah anggap kamu seperti saudara kandung. Jadi, kalo kamu butuh aku, aku akan selalu ada untuk kamu." Delima menghapus air mata Latisha.

Sebaiknya masa lalu itu hanya perlu kita kenang, menjadi sebuah kenangan kehidupan yang sempurna. Karena dari kehidupan masa lalu kita bisa mengubah hidup baru menjadi lebih baik, dan lebih mampu menghadapi kehidupan yang semakin berjalan.

Latisha tak bisa mengucapkan sepatah katapun. Dia sungguh terharu dengan sosok seorang Delima. Dia bagaikan sosok seorang malaikat tanpa sayap. Di saat orang bersedih dan putus asa menghadapi hidup, tetapi dia mampu bertahan dan tegar. Walaupun kehidupan di masa lalu amat pahit.Sehingga membuat Latisha akan selalu melindungi dan menjaga Delima.

Delima menyadarkan Latisha yang sedang melamun. "Hey malah ngelamun. Ayo, bersiap-siap. Sebentar lagi kita mau mulai OSPEK kelapangan."

Setelah selesai mempersiapkan peralatan ospek mereka yang akan dibawa kelapangan, mereka langsung berjalan menuju lapangan. Saat sampai di depan pintu, Delima ditabrak oleh seorang perempuan. Karena terburu-buru perempuan itu tidak sengaja menabrak Delima.

"Aduh!" rintih Delima. Delima meringis pelan karena tabrakan itu membuat Delima membentur dinding.

"Eh, sorry. Gak sengaja, sorry banget, ya." ucap perempuan yang menabrak Delima itu, dengan raut wajah merasa sangat bersalah.

"Lain kali lo jalan tuh lihat dong pake mata, jangan nyelonong aja." Latisha memarahi perempuan yang menabrak Delima tadi.

"Udah jangan marahin dia. Lagian juga dia udah minta maaf."

"Makasih udah maafin gue. Enggak kayak dia noh, Si Galak." perempuan itu menjulurkan lidahnya untuk mengejek Latisha, dan memamerkan senyuman pada Delima.

Delima tersenyum melihat tingkah perempuan yang menabraknya itu. Menurut Delima, perempuan itu sangat lucu saat meledek dan membuat Latisha geram ingin memarahi perempuan itu lagi.

"Oh, iya. Kita kan belum kenalan, kenalin nama gue Deiva Elsya." Deiva menyodorkan tangan untuk berkenalan.

"Aku Delima, dan ini sahabat aku Latisha." Delima memperkenalkan dirinya dan Latisha.

"Kalian, mau kelapangan ya?. Kalo gitu bareng gue sekalian yok." Kemudian Deiva, menarik tangan Delima. Mereka pergi kelapangan.

Delima kaget, saat Latisha menarik tangganya menuju kelapangan.

Latisha memutar bola matanya jengah. Melihat, tingkah Deiva yang seenak jidatnya menarik orang. Sehingga, membuat Latisha geram. Ingin memarahi Deiva.

  Mereka bertiga jalan bersama, menuju lapangan yang sudah dipenuhi oleh para mahasiswa baru, yang akan melaksanakan ospek.

                         *****

Dilema DelimaWhere stories live. Discover now