Part 3

60 8 3
                                    

  Sahabat itu hadir sebagai pelengkap kekurangan dalam hidup kita. Bukan hanya di butuhkan di saat kita membutuhkanya.

*****
Para mahasiswa baru telah selesai melaksanakan OSPEK di lapangan. Sementara hampir seluruh mahasiswa baru berhamburan ke dalam kelas dan ada yang ke kantin dahulu, di lapangan masih tertinggal dua mahasiswi. Mereka sedang berjalan sambil jongkok, memutari lapangan. Keduanya bernama Deiva dan Latisha. Mereka sedang menjalani hukuman karena saat OSPEK berlangsung mereka ribut. Tidak mendengarkan dosen sedang menjelaskan arahan dan bimbingan OSPEK. Terlebih dosen yang sedang brrbicara itu ternyata si dosen kiler. Siapa lagi kalo bukan pak Raffly.

Selesai menjalani hukuman, Latisha berjalan dengan keadaan seperti orang pincang. Disusul, Deiva di belakang dengan keadaan sama persis. Mereka menghampiri Delima yang sudah menunggu mereka sejak tadi.

Delima menyodorkan dua minuman untuk mereka. Delima merasa lucu, mengingat kejadian saat mereka bertengkar tadi. Adu mulut antara Deiva dan Latisha sangat berisik. Mereka berdua tak ada yang mau mengalah. Sehingga keributan mereka terdengar oleh pak Raflly, dan mereka pun mendapatkan hukuman. Jika saja, mereka tidak bertengkar, mungkin mereka tidak akan dihukum.

"Demi seorang pangeran tampan yang tiba-tiba datang ngelamar gue. Bakal gue beli ini kampus. Terus gue pecat tuh si dosen upil. Kasih hukuman kagak kira-kira. Dari pada gue di suruh jalan jongkok lagi, gue lebih milih suruh bersihin lapangan," gerutu, Deiva yang tidak terima dihukum oleh pak Raflly.

Latisha yang sedang memijit kakinya, Merasa kesel mendengar ocehan Deiva. Dia tidak ingin ribut lagi seperti tadi karena sangat lelah. Jika saja dia tidak lelah mungkin dia akan memarahi Deiva habis-habisan.

Delima sejak tadi hanya tersenyum memerhatikan mereka. Melihat tingkah mereka membuat Delima bahagia.
“Di saat hidup terasa sepi, tapi ada orang-orang yang bersamaku, orang yang selalu mendukung, dan menyayangiku. Sehingga, aku tidak perlu merasa sepi. Karena, merekalah pelengkap kekurangan seseorang di hidup,” gumam Delima di dalam hatinya.

"Udah yuk, kita ke kelas. Sebentar lagi sudah waktunya pulang kuliah." Delima mengajak kedua temannya menuju kelas, dan membantu keduanya untuk berdiri.

"Dede inces enggak kuat jalan. Mau digendong. Kaki dede inces pegal semua." Deiva menjulurkan tangannya seperti anak kecil yang ingin di gendong

"Inces! Adanya juga lo dede ngeces. Siapa juga yang mau gendong lo, badan berat, penuh dosa gitu," sindir Latisha sinis.

"Ya tuhan apa salah Deiva. Kenapa si nenek judes marah melulu ke Deiva,” jawab Deiva dramastis.

Delima pun jengah. Melihat mereka bertengkar lagi. Tingkah mereka sudah seperti tom and jerry. "Kalo kalian masih mau berantem, ya udah aku tinggal duluan ke kelas."

"Jangan!” teriak Latisha dan Deiva secara bersamaan.

  Akhirnya mereka berjalan bersama, menuju kelas. Delima berada di tengah untuk menjadi pegangan kedua temannya.
***
   Di kantin kampus, pada saat jam pulang kuliah, para mahasiswa banyak berkumpul di sini. Ada yang sedang mengerjakan skripsi, tugas, dan nongkrong. Termasuk geng Trio peak.

"Ngga, lo kagak bawa motor lu?" Fareed merasa heran, tak biasanya Angga tidak bawa motor.

"Motor gue mogok tadi pas di jalan."

"Terus lo naik apa ke sini, pasti naik odong-odong ya." Anan yang sedang menguyah makanan bicara asal ceplos.

"Dasar peak, mana mungkin naik odong-odong. Mungkin, gue udah jadi  Kakek-Kakek ganteng baru sampe ke kampus. Kayaknya otak lo perlu di bersihin, di sedot kotoran otak pake sedotan wc. Biar bersih dan engga mampet." Sindir Angga. Dan di angguki oleh fareed.

Dilema DelimaOnde histórias criam vida. Descubra agora