Part 16

3.5K 161 1
                                    

Dari matamu..
Matamu kumulai
Jatuh cinta
Ku melihat melihat ada bayangnya
Dari mata kau buat ku jatuh
Jatuh terus
Jatuh ke hati

Begitulah lagu yang terdengar di headset yang tersambung ke handphoneku. Kata Nanda lagu ini kesukaannya. Yang sekarang juga menjadi kesukaanku. Lagu ini pertama kali kudengar ketika Nanda mengirimkan video yang ia edit dari video ketika kemarin kami sedang sarapan di Mcdonald. Hari ini pun begitu. Ia mengajakku ke Mcdonald. Sembari handphonenya terus merekam kegiatan kami yang menunjukkan ketidakjelasan.

Ia mengatakan padaku bahwa memakan sesuatu menggunakan saos yang banyak adalah hal yang enak. Memiliki kenikmatan serta tantangan tersendiri. Sedangkan aku mengatakan padanya. Bahwa memakan kentang goreng dengan mencolek es krim adalah hal yang paling mengasyikkan.

"Ayo rasain ini." Ia mencolek kentang goreng dengan saos yang begitu banyak.

Aku menggeleng. "Lupa?"

"Ohiya kamukan gabisa makan pedes ya? Dasar anak kecil." Ia tertawa kemudian aku mencubit pinggangnya.

Aku cemberut. "Bangke."

Ia tertawa lagi. Tawanya renyah. Pasti terekam dalam video. Kemudian aku menatap handphone-nya. Kemudian mulai berkaca sedikit. Lalu merapikan rambutku yang sedikit awut-awutan. Mengikat ulang bandana biru yang kugunakan. Kemudian mulai tersenyum-senyum sendiri. Padahal kamera itu dalam mode video yang sedang merekam.

"Emang ya. Kalo cewe dimana-mana liat kamera. Pasti bawaannya gaya. Kalo ga gaya ya kacaan." Nanda melipat tangannya didepan dada.

Aku terkekeh. "Namanya juga cewe. Aku cantik ya, Nan ya?" Aku mengedipkan mataku berkali-kali padanya.

"Ga." Jawabnya singkat membuatku cemberut.

"Kamu jelek, biar cuma aku yang suka." Aku meliriknya lalu tersenyum. Menyandarkan kepalaku pada bahunya. Membuatnya melingkarkan tangannya dipundakku.

Ia mulai mencubit pipiku. Menekan-nekan lesung pipiku. Mengacak-acak rambutku. Membuat bandana menjadi hal-hal aneh yang diikatkan dikepalaku. Ia selalu punya cara untuk membuatku cemberut sekaligus tertawa. Yang terakhir, ia akan berakhir dengan memelukku. Selalu begitu. Nanda bilang ia suka memelukku. Mencium wangi aroma parfum vanilla yang lembut. Ia juga suka berlama-lama didekat rambutku, katanya wangi stoberinya ia suka.

"Aku suka semua yang ada sama kamu." Begitu ucapnya selalu ketika aku mengeluh. Entah karena aku merasa gendut. Atau merasa pendek. Atau bahkan merasa bukan seperti perempuan seutuhnya.

Tapi Nanda bilang, Tuhan menciptakanku seperti ini ada maksudnya. Sedikit berisi dibagian badan agar nyaman ketika dipeluk. Tidak lebih tinggi, agar pas saat dipeluk dan berjalan bersama pasangannya. Banyak lagi yang Nanda jelaskan. Ucapan-ucapannya membuatku mulai bersyukur atas apa yang aku punya.

"Kamu punya semuanya yang mungkin bisa dimiliki orang lain hanya dua atau tiga." Aku memiringkan kepalaku ketika menatapnya. Aku tak mengerti ucapannya.

"Keberanian. Kamu selalu berani mencoba apapun."

"Keceriaan. Semua tahu setiap orang punya kesedihan terdalam. Tapi kamu bisa menyembunyikan dibalik keceriaan."

"Kemanjaan. Dibalik sosok berani, kamu adalah orang yang manja dan menggemaskan." Ia mencubit pipiku.

"Kepolosan. Kamu terkadang polos dalam beberapa hal. Membuat orang gemas padamu."

"Kekanakan. Kamu memang berani. Tapi sifat anak-anakmu selalu muncul. Kayak sekarang, suka ngambek." Ia tertawa pelan.

"Kejujuran. Kamu orang yang jujur, terlebih tentang perasaan."

"Kesetiaan. Nah makanya aku sayang." Ia mengacak-acak rambutku, kemudian tersenyum.

"Ketulusan. Kamu selalu tulus sama orang. Padahal belum tentu orang tulus sama kamu." Matanya berubah sendu. Seperti ada yang ia ketahui.

"Kebaperan. Kamu sih suka baper. Awas aja kalo baper terus jatuh cinta sama yang lain." Ia mengedipkan sebelah matanya.

Aku memukul lengannya pelan. Kemudian berakhir dengan mendarat pada pelukannya. Pelukan yang selalu punya magic. Nanda selalu bisa membuatku lupa pada waktu. Seperti sekarang. Waktu beranjak senja. Matahari menuju peraduannya. Menyelinap dibalik laut. Ia menggenggam tanganku. Seakan tak ingin aku lepas darinya.

•••

Aku turun dari motornya sambil memegang bandanaku. Nanda merapikan helai-helai rambutku yang berantakan. Kemudian ia tersenyum. Menatapku lama. Menatapku yang sedang merapikan semua hal yang ada pada diriku.

"Key.." Ia memanggilku lirih

Aku mendongak, menatap matanya. "Ya?"

"Ada yang mau aku bilang." Ia menghela napas. Kemudian tersenyum. Membuatku bingung. Kabar baikkah? Atau buruk?

"Ada apa?" Aku memiringkan kepalaku.

"Eh.. Nanti aja deh ngomongnya. Kamu masuk, istirahat ya." Ia mengacak rambutku pelan.

"Dasar gaje." Nanda tertawa melihatku cemberut.

"Yaudah sana kamu pulang. Istirahat. Jangan keluyuran lagi." Aku mengaitkan kaitan helm yang sempat ia buka ketika sampai dirumahku.

Ia mengangguk, kemudian menghidupkan motornya. Tapi ia tak langsung pergi. Merogoh tasnya kemudian meraih tanganku lalu memberikan sebungkus squishy berbentuk anjing lucu. Nanda ingat rupanya pada Kimmy. Aku tersenyum. Kemudian memeluknya sejenak. Lalu mengusap pipiku pelan dan mulai melajukan motornya.

Kenapa rasanya seperti ia akan pergi jauh?

•••

Duh baper. Enaknya kalo punya pacar gitu. Eh? Keyrina aja engga pacaran sama Nanda. Tapi bisa gitu, masa kamu yang punya pacar atau doi gabisa gitu sih? Wkwk

Ditunggu part selanjutnya yashhh!! Bakal ada yang menegangkan dan konfliknya akan semakin rumit.

Vote dan komen supaya aku semaki semangat ya guys.

Gomawo🙏💙

Another TimeWhere stories live. Discover now