KALIAN BEREMPAT!!!

1.2K 29 0
                                    

Arvad duduk di rooftop sambil menggambar sesuatu, tersenyum membayangkan kejadian kemarin. Tiba-tiba Handphone-nya berdering, ada sebuah pesan masuk.

My Hiding

Lagi dimana?

Pesan dari Chesta dan Arvad hanya tersenyum kembali memasukan ponselnya ke saku. Ia kembali fokus pada gambarnya. Tiba-tiba seseorang datang dan berdiri di hadapannya membuat bayangan pada kertas yang ia gambar.

"Ini." Chesta mengacungkan kotak makan yang dibawanya. Arvad memandangnya dan menyuruh Chesta minggir dengan tangannya. Kesal merasa tak dianggap Chesta beranjak pergi tapi Arvad segera meraih tanganya dan mendudukannkya di sebelah ia duduk.

"Makan, kenapa dikasih ke gue?" Kata Arvad.

"Ini kan dari fans lo buat lo." Kata Chesta dan Arvad hanya menggeleng kesal. Ia segera membuka kotak makannya dan mengambil sepotong kue di dalamnya.

"Atau mau gue suapin?" kata Arvad tersenyum sambil mengacungkan kue ke mulut Chesta.

"Nggak perlu." Katanya sambil mengambil kue itu dari tangan Arvad. Arvad hanya tersenyum melihat sikap Chesta. Ia juga memakan sebagian sisa kue di kotak makan.

"Bilang aja mau makan sama gue." Kata Arvad ersenyum. Chesta hanya melirik sebal.

"Hem,, lo bisa gambar?" tanya Chesta saat melihat kertas di pangkuan Arvad sudah terisi goresan pensil. Sebenarnya ia sering melihat Arvad fokus dengan pensil dan kertas tapi jarang melihat hasil gambarnya.

"iya lah, masa lo udah setahun setengah pacaran sama gue nggak tahu juga." Jawab Arvad sambil meneruskan gambarnya. Chesta hanya memasang muka masam. Ia memberikan sebuah kotak, Arvad bingung dan hanya memandangnya.

"Kado?" tanyanya kemudian, melihat kotak dengan bungkusan kado. Chesta hanya mengangguk. "Gue kan nggak ulang tahun." Lanjutnya mengernyitkan dahi.

"Udah ambil aja, kalau nggak mau gue kasih orang lain lho." Kata Chesta.

"Oke gue ambil, enak aja kasih orang lain." Arvad segera mengambil kotak tersebut dan membukanya. Ia sediki terkejut dengan isi kado itu dan hanya memandang sedih.

"Kenapa? Lo nggak suka? Atau lo udah punya seri yang ini?" tanya Chesta yang kawatir melihat wajah Arvad berubah sedih.

"Nggak kok, gue suka malah suka banget. Tapi gue nggak bakalan bisa nyimpen." Kata Arvad menatap Chesta.

"Kenapa?" tanyanya bingung.

"Gue udah ngumpulin semua komik kesukaan gue, karena gue suka koleksi, gue suka bacanya karena gue juga pengen gambar komik gue sendiri tapi percuma. Orang tua gue nggak suka sama apa yang gue lakuin bahkan mereka udah buangin komik-komik gue." Arvad tersenyum sedih.

"Gue nggak tahu masalah ini." Kata Chesta ikut merasa sedih.

"Iya gue sebenarnya masih ngumpetin beberapa komik di rumah temen gue tapi akhirnya dia yang kena omelan dan kita nggak boleh temenan lagi." Kata Arvad mengingat seorang temannya dulu. "Orangtua gue juga sering ngelarang gue buat ini itu padahal gue bosen dirumah mereka nggak pernah ada waktu, makanya gue milih tinggal bareng kakak gue walaupun gue tahu dia udah berkeluarga tapi untungnya suaminya mau nerima gue." Ia terus bercerita.

"Gue yakin orang tua lo pasti punya maksud baik kok dibalik sikapnya itu." Kata Chesta mencoba menenangkan. "Kok lo jadi melow gini?" Ledek Chesta.

"Btw jangan kasih tahu siapa-siapa ya, ntar gue nggak punya fans lagi." Kata Arvad tersenyum. "Ye,,,enak lo dong punya fans biar di kejar-kejar ya?" kata Chesta kesal.

"Nggak, maksud gue biar kita bisa makan kue mulu barengan." Kata Arvad, Chesta tertawa dan berpikir memang kadang enak juga mereka bisa makan gratis.

"Tadi berangakat bareng Gafi, kenapa motornya?" tanya Chesta ingat tadi pagi melihat Arvad berangkat bersama Gafi. Arvad terlihat bingung dan tersenyum.

"Gue lagi males bawa motor aja, capek semalem nyariin orang ilang." Jawab Arvad berusaha santai. "Maaf ya gue egois." Kata Chesta tertunduk merasa bersalah.

"Akhirnya lo mengakuinya." Katanya sambil tertawa.

"Hah, jadi lo seneng gue merasa bersalah gitu." Kata Chesta sambil memukuli Arvad, sementara Arvad hanya bisa menerima dengan kesakitan. Bel telah berbunyi dan mereka memutuskan berpisah untuk ke kelas masing-masing.

***

Saat Chesta kembali ke kelas guru belum datang dan seisi kelas sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Ada yang sibuk bermain tebak tebakan, ada yang sibuk menggambar, ada yang sibuk mengerjain temannya, dan teman-teman Chesta sibuk merencanakn sesuatu.

"Akhirnya lo dateng Ches, darimana aja sih loe?" Tanya Lisa yang baru melihat Chesta datang.

"Hem, Kenapa emangnya?" tanya Chesta langsung duduk bersama Ina. Vita melihat kotak makan yang di pegang Chesta dengan rasa kesal.

"Jadi kita lagi bahas apa tadi Vit?" tanya Lisa menanyakan pada Vita, vita yang sedang melamun terkejut namanya dipanggil. "Oh, iya tadi.." belum sempat Vita bercerita guru datang dan langsug meminta murid-murid untuk mengumpulkan tugas mereka.

Gafi yang melihat Arvad terdiam melihat komik One piece sedikit penasaran. "Dari fans lo?" tanya Gafi dan hanya dibalas dengan anggukan. "Sini buat gue." Lanjutnya sambil mencoba meraih komik itu. "Eh, nggak enak aja." Kata Arvad menjauhkan komiknya dari jangkauan Gafi.

"Pelit lo." Katanya setelah gagal mendapatkan komik milik Arvad. "Tumben lo dapet barang dari fans nggak loe kasih kita." Lanjut Gafi yang hanya di balas dengan senyum.

"Vad, lo harus cari tahu siapa yang ngancurin motor lo." Kata Yoga yang duduk di belakangnya. "Gue, yakin mereka geng motor yang pernah balapan sama lo ga." Kata Eno membuat Arvad sedikit berpikir.

"Bisa jadi sih mereka ada dendam karena ga bisa ngalahin Gue waktu itu." Kata Yoga berpendapat.

"Tapi kenapa motor gue yang kena?" tanya Arvad kesal.

"Lo lupa motor loe kan di pake balapan nyet." Kata Gafi melirik Arvad yang terlihat sok polos tak tahu apa-apa.

"Gue lupa, lagian sih lo ga ngapain motor gue yang dipake jelas-jelas punya Eno lebih keren." Arvad merasa kesal dengan tatapan Gafi.

"Iya motor Eno paling keren tapi paling sering mogok." Yoga gantian mengejek motor Eno.

"Tapi lo sering make juga ngapa jadi jelek-jelekin motor gue." Kata Eno kesal. "Lo berani sama gue." Kata Yoga kesal. "Sorry ga, sorry." Eno memohon. Sementara Gafi dan Arvad menahan tawa melihat sikap Eno.

"Menurut lo anak SMA 1 terlibat nggak ya? Mana nanti mau ngelawan mereka lagi." Kata Gafi pada Arvad. "Gue nggak tahu, kayaknya sih gitu." Jawab Arvad singkat.

"Lo kok jadi kaya Eno gini apa-apa nggak tahu." Kata Gafi kesal.

"Kok jadi gue lagi sih Gaf." Sergah Eno yang merasa namanya di sebut. "Emang loe kan lemot, harusnya loe jangan jadi geng kita bikin nular aja tuh sampai-sampai Arvad sama kaya loe." Kata Gafi membuat Eno kesal dan memukul Gafi. Akibatnya mereka saling memukul dengan buku.

"KALIAN BEREMPAT....KELUAR DAN LARI KELILING LAPANGAN!!" Bentak Pak guru membuat seisi kelas tercengang, tak ada yang berani bersuara tapi yoga dan ketiga temannya berdiri.

"Oke pak." Jawabnya santai membuat Pak guru semakin kesal. Mereka hanya bisa mengikut perintah pak guru dengan berlari lima puluh putaran mengelilingi lapangan basket.

"Gara-gara lo sih nih." Kata Eno kesal. Tak ada yang menggubrisnya dan tetap berlari tapi Gafi berlari dengan mengerjai Arvad dan yoga membuat mereka bertiga berlari saling kejar-kejaran tanpa Eno yang sedang kesal dengan sikap mereka.

Makasih sudan mau-maunya baca tunggu kelanjutannya ya.

Back To You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang