Manusia Baru

8K 837 85
                                    

Kurang lebih sosok Bima tuh kayak di atas.



Tania's Pov

Hari pertama masuk sekolah kenapa aku sudah harus berhadapan dengan Kak Retta? Dan lebih parahnya lagi, aku menabraknya di koridor kelas, kejadian yang sama tepat satu tahun lalu walau di beda tempat. Pesonanya, aura karismatiknya, keramahannya masih saja bisa menghipnotisku. Ah Kak Retta, kenapa Kakak nyebelin banget sih jadi orang?!

"Woy, ngedumel sendiri lo. Kenapa sih Tan?" Tanya Dhea mengagetkanku. Ya, aku satu kelas lagi dengan anak ini dan Uben karena kami sama-sama mengambil jurusan IPS. Sedangkan Indira sama Sasya mereka berdua masuk IPA.

"Siapa yang ngedumel sih?"

"Lah itu lo barusan gregetan sendiri. Gara-gara senior cowok ganteng tadi yaaa?"

Duh, aku baru ingat kalau tadi setelah menabrak Kak Retta aku juga menabrak seorang cowok karena jalan terburu-buru.

"Apaan sih Dhe? Engga, ih lagian tuh cowok siapa sih? Bikin gue malu aja dilihatin orang-orang."

Dhea menghela nafas, "ah lo nih kebiasaan dari dulu gak pernah peka sama informasi satu sekolah."

"Ya emang anak-anak di sini pada tau dia siapa?"

"Duh sist, elo tuh ya cowok ganteng gitu pasti semua anak-anak pada tahu keleus," tiba-tiba saja Uben nyamber kayak petir dari belakang dan langsung duduk di atas meja kami.

"Siapa sih emang?" tanyaku benar-benar tak tahu.

"Jelasin Beeeeen," sahut Dhea.

"Elo tuh seharusnya sujud syukur Ketaaaan. Yang tadi iketin tali sepatu lo tuh namanya Bima, dia baru pindah ke sini dan dia anak kelas XII. And one more thing!" ucap Uben sambil memainkan jari telunjuknya dengan centil.

"Apa?"

"Dia anaknya Bapak Menteri!" jawab Uben tegas.

Aku memutar bola malas, "idfc."

"Hah? Apaan tuh?" tanya Uben dan Dhea barengan.

"I don't fuckin care," jawabku.

"Oooh," mereka berdua manggut-manggut.

"Ben, emang tadi lo di bawah pas gue nabrak tuh cowok? Kok lo sok-sok-an tahu sih?"

"Engga, tapi kabar burung langsung bertebaran di sekolah ini. Paling bentar lagi lo jadi bahan liatan anak-anak satu sekolah."

"Ih apaan sih? Gue aja gak kenal sama tuh cowok."

"Tuh Dhe sok-sok jual mahal nih temen elo nih," Dhea cuma ha-hem-ha-hem aja.

"Yee siapa yang jual mahal?"

"Ah paling juga minggu depan gue lihat lo udah bakal jalan ke sekolah bareng sama Kak Bima. Pokoknya kalau sampe lo kenal sama dia terus jalan bareng, lo harus ajak gue ya Tan. Lo harus kenalin gue ke Kak Bima. Unch, aku gak tahan sama babang ganteng. Adrian mah lewat," ucap Uben lagi dengan ganjennya.

"Bodo aaah, udah-udah sana, udah mau masuk tuh Ben,"

"Yuhuuu," Uben pun turun dari meja kami sambil mencolek daguku. Huh dasar cowok tomboy!

Tak lama setelah bel berbunyi, wali kelas kami di kelas XI ini pun masuk dan langsung melakukan pemilihan organisasi kelas. Bu Yuli, guru mata pelajaran Ekonomi yang menjadi wali kelas kami ini memang dikenal disiplin. Beliau berusia hampir 40 tahun tapi masih belum menikah. Anak-anak satu sekolah pun tahu kalau Bu Yuli sangat mendukung kesetaraan gender. Berkat sifatnya yang seperti itu, Dhea pun ditunjuk sebagai ketua kelas. Hahaha, anak semacam Dhea jadi ketua kelas, bakal jadi apa nantinya.

Reminisce (Completed)Where stories live. Discover now