[02] Kandidat Calon Suami

37.5K 2K 218
                                    

Part Dua

Kandidat Calon Suami

Sore itu aku ke butik yang Aqila maksud. Aku hanya tinggal mengambil karena Aqila sudah menjelaskan semuanya kepada penjaga butik. Gaun yang cukup panjang serta jas Lian di-pack dengan dua kantong sungguh besar. Lumayan berat untuk ukuran tubuhku yang tidak begitu besar. Aku memang cukup tinggi tetapi tidak membuatku memiliki tenaga lebih kuat. Aku agak kesusahan membawa dua kantong besar ke parkiran.

Sore itu adalah hari tersialku. Gaun Aqila dan jas Lian kujatuhkan begitu saja di paving block saat menyadari sepeda motorku tidak ada di tempat aku meletakkannya.

Akhirnya, di sinilah aku sekarang. Aku duduk di depan hakim dan jaksa sebagai saksi di pengadilan menjawab pertanyaan hakim dengan suara bergetar. Sudut mataku menangkap pergerakan terdakwa yang menarik dan mengembuskan napas. Aku tidak habis pikir, mengapa manusia itu suka mencuri?

Jika diperhatikan, terdakwa pencurian sepeda motorku itu mempunyai wajah yang enak dipandang. Wajahnya tidak menunjukkan kesan seorang kriminal. Siapa sangka lelaki dengan wajah baik-baik seperti dia melakukan pencurian.

Sebenarnya aku juga bersalah dalam kasus ini karena teledor meletakkan kunci. Dalam sidang kedua ini, aku serasa berada dalam sel tahanan itu sendiri. Hakim ketua tidak henti menatap tajam dan membeberkan keteledoranku saat meninggalkan kunci sepeda motor. Rasanya aku ingin bersembunyi di balik meja hakim dan menghilang dari pandangan hadirin sidang.

***

"Mbak Lezya?"

Seorang pria bertubuh tinggi dengan wajah yang mampu membuat dada berdesir melihati diriku dengan kebingungan. Dia polisi yang kutemui di kantor polisi.

"Pak Polisi, silakan duduk." Segan, aku menunjukkan kursi kosong di hadapanku. Kabetulan restoran sedang ramai. Mungkin berbagi meja lebih baik.

"Saya dengar kasusnya sudah selesai, Mbak?" Lelaki itu duduk di tempat yang aku tawarkan.

Seorang jomblo berhadapan dengan lelaki tampan merupakan sebuah ujian. Aku harus menekan teriakan di dalam sana yang mengeja 'Nikahin aku, Pak!'.

Aku tersenyum dengan manis. "Alhamdulillah sudah. Saya tidak ingin berurusan lagi dengan kepolisian," sahutku. Tapi jika berurusan dengan polisi seperti Anda, ayuk Pak!

"Tahu tidak Mbak, kasus pencurian sepeda motor menjadi industri di negara kita?

Jika tidak ada penadah barang curian, maka pencuri akan berpikir lagi saat melakukan tindakan mereka. Misalnya mereka telah mencuri, tapi tidak ada yang mau membeli, untuk apa mereka susah-susah mengambil barang yang tidak bisa diuangkan?"

"Jadi kasus pencurian sepeda motor seperti yang saya alami sangat banyak?"

"Mbak Lezya adalah korban yang beruntung karena terdakwa pencurian bukanlah orang lama."

"Maksud Anda?"

"Dia masih amatir, Mbak Lezya ini korban pertamanya," jelasnya.

Korban pertama? Ternyata dia bukan kriminal. Hatiku mulai goyah. Aku ingin bertemu dengan terdakwa untuk meminta maaf. Kalau bukan karena aku yang meninggalkan kunci motorku di depan butik, dia mungkin tidak akan menjadi pencuri. Kasus ini ibarat anekdot yang diberikan kepada wanita, yaitu kucing disodori ikan asin pasti akan disambar.

"Semoga dengan kasus ini dia jera dan tidak akan mengulangi di kemudian hari," sahutku.

"Oh iya, panggil saja saya Siwi," tambahku.

Sepasang Luka (Dihapus Sebagian)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora