Bab 1 : Aku, Ingin seperti Mereka

246 27 0
                                    

Mungkin seharusnya Kwangmin bersiap- siap untuk berangkat sekolah hari ini. Menyiapkan buku barunya, dengan seragam yang lebih bersih. Karena ini adalah hari pertamanya sekolah sebagai Siswa kelas 3. Namun, yang terjadi justru terbalik, ia harus tetap diam di sebuah ranang ukuran kecil dengan kamar bernuansa putih. Bau bat-obatan tercium sangat khas, Kwangmin bahkan sudah sangat bosan dengan suasana tersebut. Ia, sangat ingin seperti mereka yang dapat hidup dengan normal.

Kwangmin mengambil Hpnya, ia mengangkat panggilan dari Youngmin. Ia yakin Youngmin pasti sedang gelisah karena mendengar kabar tentang dirinya.

"Yeoboseyo" Kwangmin mengangkat panggilan tersebut. Ia sedikit bersadah pada tempat tidurnya sambil mendengarkan ocehan Youngminyang terdengar sangat cemas.

"Na, Gwaenchana." ujarnya meyakinkan. Ia memainkan selang infuse yang ada ditangannya. "Kya. Bukankan disana masih subuh sekarang?" Kwangmin melihat jam dinding yang menunjukan pukul 8 pagi, yang artinya di London baru jam 1 pagi dini hari.

"Bagaimana aku bisa tidur, saat aku mencoba menghubungimu, Eomma yang mengangkatnya. Dia bilang kau masih di UGD." Ujar Youngmin penuh penyesalan. Ia menyesal karena tidak dapat berada disisi Kwangmin saat ini. Padahal ia tahu, setiap kali Kwangmin kambuh, hanya dirinya yang dibutuhkan. Kwangmin sangat tergantung padanya, selain So Hyun yang merupakan sahat terbaik Kwangmin. Youngmin adalah orang yang paling dibutuhkannya saat ia terjatuh.

Tapi, Kwangmin dan Youngmin harus berpisah selama 4 bulan. Itu karena pihak sekolah mengirim Youngmin ke London untuk mengikuti pertukaran pelajar. Dan dengan berat hati, Youngmin menyetujuinya. Baru satu minggu Youngmin disana, ia sudah mendengar kabar bahwa Kwangmin masuk Rumah Sakit.

"Aku hanya merindukanmu."ujar Kwangmin manja. Ia memang benar-benar merindukan Youngmin, sampai terbawa pikiran. Baru pertama kalinya Kwangmin jauh dari Youngmin.

"Jangan sakit. Aku juga akan sakit, mendengarmu sakit." Ujar Youngmin sendu. Disana, ia terlihat sangat kacau, ia belum memakan apapun karena terlalu khawatir.

"Aku ingin sepertimu, kau dapat melakukan hal yang kau inginkan." Uajr Kwangmin, tenggorokannya terasa sangat sakit, kepalanya bahkan sampai terasa memanas. "Aku, bahkan dihari pertama sekolah, aku harus diam disini. Hanya karena aku terlambat memnum obatku. Hanya karena aku mencicipi sebungkus permen." Kwangmin mulai terisak. "Kapa aku seperti mereka? Aku juga ingin mencicipi Ramyon, cake, dan jalan jalan sampai malam, aku juga ingin mengikuti peajaran olah raga." Kwangmin tak dapat melanjutkan kalimatnya. Ia tak dapat membendung air matanya.

Tak ada yang dapat disampaikan oleh Youngmin. Hatinya terasa sangat sakit saat mendengar Kwangmin mengatakan hal seperti itu. ia merasa bersalah karena tidak dapat membantu saudaranya, ia merasa bersalah. Youngmin pun akhirnya memutuskan panggilannya. Ia juga ikut terisak disana. Disudut yang gelap, sendirian.

$$$

So Hyun memainkan pulpennya saat pelajaran dimulai. Bangku disebelahnya kosong, membuat dirnya juga merasa kosong. Biasanya, akan ada seorang Namja yag duduk disana sambil menengadahkan kepalanya, membiarkan wajahnya bercahaya karena terpapar sinar matahari. So Hyun menginginan pemandangan itu saat ini. Ia merasa amat sangat kesepian karena Namja itu tidak ada disebelahnya saat ini.

Kwangmin,

Namja yang dimaksud So Hyun adalah Kwangmin. Namja yang sudah menjadi salah satu bagian hidupnya saat ini. Kwangmin bukan hanya sekedar sahabat baginya, namun Kwangmin adalah teman hidupnya. So Hyun selalu merasa bahwa dirinya harus melindungi Kwangmin, bagaimanapun caranya. Walau ia harus kehilangan nyawanya sendiri.

So Hyun memasukan bukunya setelah Sseongsangnim menyudahi pelajaran. Dengan lemas, ia kembali menengok kesebelahnya. Rasanya ia tidak mempunyai semangat hidup lagi.

A LIFE FOR YOUWhere stories live. Discover now