#26

3.5K 157 0
                                    

David pov.
Ini sudah hampir 15 menit kami duduk diam didalam mobil dan sudah selama itu pula aku dan Vali ribut, memutuskan turun atau tidak.

"Ayo turun,sampe kapan mau duduk disini. Kalo gini terus gak akan baik juga kan" kataku membujuknya.

"Sabar dong. Aku jantungan tau. Kau tidak pengertian sekali" jawabnya kesal.

Aku sungguh tidak paham,yang akan minta maaf aku bukan dia,tapi kenapa dia yang pusing. "Kan aku yang mau minta maaf,dan kau cukup menemaniku saja. Kenapa jadi kamu yang jantungan,aku biasa saja tuh" jawabku santai.

Dia menatap tajam padaku, "Tapi kau akan minta maaf pada kakakku, aku tau betul dia itu seperti apa. Kamu fikir gampang apa" jawabnya semakin kesal saja.

"Baiklah. Dia kakakmu,kamu yang paling tau. Tapi kalau tidak dicoba ya aku tidak tau. Ayo turun ayo"
"Sabar sedikit. Aku berdoa dulu" katanya sambil memejamkan mata dan melipat kedua tangannya.

Aku spontan menatapnya tak percaya dengan apa yang dia katakan barusan, "Aku hanya meminta maaf amour bukan mau kemedan perang, dia tidak akan membunuhku. Baiklah, begini saja,aku turun dan menemuinya semantara kau disini mendoakan aku, bagaimana?"

Dia membuka matanya,"Aku tidak jadi berdoa. Ayo turun". Aku tidak percaya dengan sikap wanitaku ini. Ada ada saja.

"Arthur Dominic" teriaknya. Tidak butuh waktu lama,yang dipanggil muncul kepermukaan,dia melihatku dengan pandangan kesal,ah jangan lupakan pria kerajaan yang aku lupa namanya itu juga tiba tiba nongol.

"Ada apa Vali,?" jawabnya sangat sabar.
"Ada yang ingin bertemu" jawab mate ku.

'Bantu aku Ad' kataku pada Adam.

"Ada apa?" tanyanya padaku.

"Begini. Aku datang ingin minta maaf mengenai kejadian semalam. Aku tidak bermaksud untuk melukai hati kalian semua. Aku harus melakukan itu untuk adikku."

Dia berjalan mendekat padaku dan memegang bahuku, "aku faham akan itu. Aku pun pernah seperti itu demi wanita dibelakangmu itu." katanya, aku mendelik tak percaya,tapi disisi lain aku lega sekali.

"Terimakasih sudah mengerti" jawab ku.
"Dan setelah itu aku tersadar,betapa beratnya memiliki adik perempuan. Itu merepotkan." ujarnya dan kami tertawa.
"Kau benar. Belum lagi saat mereka jadi mesin pemusnah uang yang paling handal". sambungku yang membuat tawanya semakin kencang.

"Jadi kalian berdua menganggap adik kalian sebagai mesin pemusnah uang. Aku bukan hanya memusnahkan uang Ar,aku juga akan memusnahkanmu" kata seseorang dibelakang kami.

Aku dan Arthur bergidik ngeri.
"Kami hanya bercanda amour" kata ku dengan senyum semanis mungkin.
Dia malah memicingkan matanya. Dia sekarang terlihat seperti mesin pembunuh.

Alu hampir lupa tujuan keduaku datang kemari,untung saja teringat.
"Begini Alpha Arthur,jika anda tidak keberatan,saya ingin membawa Vali ke pack saya" kataku.

"Aku tidak masalah kalau dia setuju, tapi mungkin tidak bisa dalam waktu dekat ini. Karena kami akan kembali ke Inggris untuk beberapa hari" jawab Arthur. Tidak masalah selama dia akan kembali lagi kesini.
"Baiklah,aku pasti akan menunggu sampai dia kembali".

Val pov.
Apa katanya barusan,kembali ke Inggris!! Sejak kapan aku bilang kalau aku akan ikut pulang,dia bahkan belum bicarakan dulu padaku.

"Kata siapa aku akan ikut kembali ke Inggris. Kita tidak pernah bicara tentang ini sebelumnya." Ujarku

"Kita akan pulang kerumah,bukan pergi ketempat asing,apa itu perlu di bicarakan?" tanya Arthur.
"Setidaknya kau tanya aku dulu. Aku setuju atau tidak. Aku ingin ikut atau tidak. Aku keberatan atau tidak." kata ku menyarakan keberatan.

The Hidden Queen.Where stories live. Discover now