1'st

33.8K 2.7K 148
                                    

Seorang pemuda manis tampak mengeratkan mantel yang melapisi seragam sekolahnya. Udara dingin yang merasuk hingga tulang ditambah sunyinya malam membuatnya makin mempercepat langkah. Sesekali ia melirik kearah arloji yang melingkar manis dipergelangan tangannya yang menunjukan pukul 10 malam.

Bibir tipisinya sesekali merutuki dirinya sendiri yang tadi begitu larut dalam mengerjakan tugas hingga lupa waktu. Kakinya membawanya melewati gang yang biasa ia lewati sebagai jalan cepat menuju rumah nya.

Gelap, tentu saja.

Disepanjang lorong itu gelap dan satu satunya sumber penerangan yang membantunya melihat jalan adalah cahaya bulan yang kini juga tertutup awan. Sialnya, ponselnya kehabisan baterai.

-Srek-

Ia menghentikan sejenak langkahnya saat telinganya menangkap sebuah suara. Namun beberapa detik kemudian ia mengendikkan bahunya, mencoba untuk tak peduli lalu melanjutkan perjalanannya karena ini benar benar sudah larut malam.

-srek-

Suara itu makin terdengar jelas dan membuatnya menelan ludah gugup. Ia berjalan perlahan mencari sumber suara sembari mengeratkan pegangan pada tasnya. Ia sedikit menyipitkan matanya saat mencoba melihat objek yang bergerak tepat beberapa meter didepannya.

Awan yang sedaritadi menghalangi sinar bulan akhirnya bergeser dan membuatnya dapat melihat objek didepannya. Ia memekik tertahan lalu menutup mulutnya dengan tangannya saat melihat apa yang ada didepannya, perlahan kakinya melangkah mundur.

-krek-

Dan sialnya dia malah menginjak bungkus plastik, dalam hatinya ia menyumpah serapahi orang yang menjadi tersangka pembuangan sampah ini. Ia mempercepat langkahnya saat di rasa orang atau mungkin makhluk yang tadi dilihatnya tengah menyantap makan malam menyadari keberadaannya.

"Astaga, bagaimana ini?" ucapnya dalam hati sembari berlari, namun langkahnya terhenti saat seseorang menghadang tepat didepannya.

"Aku mencium aroma yang manis, apa itu darimu?" ucap pemuda pucat didepannya yang terus mengendus seakan akan ada makanan disini.

Ia melangkah mundur namun punggungnya menabrak sesuatu yang.. Dingin.

"Wah aku menemukan sesuatu yang terasa lebih manis" ucap seseorang dibelakangnya dan sontak membuatnya berjalan menjauh.

"Hei hei dia milikku, kau baru saja makan jangan mengganggu makan malamku," ucap pemuda yang tadi menghadang jalannya.

"Ck, aku yang menemukannya dulu."
Ia mengambil kesempatan untuk berlari menjauh selagi kedua orang tadi ber argumen namun sia sia saja karena salah satu dari mereka kini dengan cepatnya telah mengunci tubuhnya di dinding gang.

"Hmm, kau pikir kau mau kemana? Wajahmu manis juga ternyata, tapi sayang orang semanis dirimu akan jadi makanan ku malam ini," ucap pemuda tadi lalu menyeringai menampilkan kedua taringnya.

"Lepaskan aku. Kumohon," ucapnya walaupun ia berpikir itu akan sia sia karena sepengetahuannya makhluk seperti mereka tak akan dengan baik hati melepaskan mangsanya. Ia merasakan sakit dipunggungnya karena orang di hadapannya ini tadi mendorongnya terlalu keras dan lagi orang ini jauh lebih besar daripada dirinya.

"Jangan bermimpi," desisnya lalu mendekati leher jenjangnya dengan taring yang telah siap mengoyak kulit lehernya.

-bugh-

Disaat ia telah pasrah dengan menutup matanya, berharap rasa sakit yang akan ia rasakan menjelang kematiannya akan sedikit berkurang dengan itu cengkeraman pada bahunya terlepas dan dirasakannya tubuhnya yang lemas terduduk dan bergetar hebat.

Hero + Noren (End)Where stories live. Discover now