7'th

10.8K 1.7K 84
                                    

Jaemin berjalan dengan setumpuk buku ditangannya hingga sepasang tangan lain mengambil hampir seluruh bukunya dan menyisakan hanya dua buku ditangannya, membuatnya memekik dan hampir mengumpat sebelum tahu siapa pelaku nya

"Yak! E-eh mark sunbaenim" mark tersenyum dan berjalan disamping jaemin dengan buku yang tadinya dibawa jaemin ditangannya.

"Ini mau dibawa kemana?" ucap mark

"Perpustakaan, eum tapi sunbae-"

"Panggil aku hyung saja" potong mark. Jaemin mengerjap beberapa kali lalu mengangguk ragu

"I-iya, tapi hy-hyung biar aku saja yang bawa ini tugasku" ucap jaemin dengan tangannya yang mencoba mengambil alih buku ditangan mark tapi tak berhasil.

"Aku akan membantumu, oke" jaemin menggigit bibirnya ragu

"Ahni biar aku saja hyung, fansmu nanti-"

Greb

Tangan jaemin ditahan oleh sebelah tangan mark yang bebas dan membuat jaemin mengerjap lagi beberapa kali.

Mark mendekatkan wajahnya pada jaemin yang refleks memundurkan kepalanya juga. Mark tersenyum saat wajahnya tepat beberapa centi didepan wajah jaemin

"Biarkan aku membantumu mengerti" jaemin mengangguk

"Kyaaa!! Mereka!" baik jaemin maupun mark menoleh kearah sumber suara

"Aigoo aku sebenarnya mulai suka dengan mark sunbae, ah tapi aku juga suka mereka. Hahh aku akan jadi shiper nya mereka saja ahaha" jaemin membulatkan matanya lalu mendorong dada mark mundur.

"A-ah hyung abaikan saja Mereka. Mereka memang-"

"Kenapa harus kuabaikan eoh? Appa ku bilang tak baik mengabaikan orang lain" ucap mark dengan senyuman tampan.

'Ya tapi jangan sampai keurusan seperti ini juga dong' pikir jaemin

"Ayo, bukankah kau tadi mau mengantar ini keperpustakaan eoh?" mark menggenggam pergelangan tangan jaemin lalu melangkah kearah perpustakaan dengan jaemin yang hanya pasrah saja dengan wajah yang mungkin kini sudah memerah.

"Kyaa kurasa mereka benar benar"

"Hmm mereka akan kumasukkan daftar list couple favorit ku setelah jeno oppa dan renjun oppa"

"jeno dan renjun?"

"Iya kemarin aku hanya sekilas sih melihat mereka berdua"

"Huhh padahal aku baru saja ingin berpindah ke jeno tapi kenapa saingannya bertambah berat T.T"
.
.
.
"jika nilai sejarahmu seperti ini terus maka itu juga kan mengurangi poin diraportmu renjun" renjun menunduk menatap selembar kertas dimeja wali kelasnya yang berisikan nilai nilai nya dan yang terburuk adalah sejarah yang hanya dapat 23 poin dari total seratus.

Ia memang cukup bagus disemua mata pelajaran kecuali sejarah dan juga olahraga sebenarnya tapi nilai olahraga nya masih terbantu dengan nilai teori dan karena itulah dia berada disini, diruang guru

"Aku akan membantumu, aku mencarikan seseorang dari angkatanmu yang catatan nilai sejarahnya hampir sempurna semua, mungkin jika yang mengajarimu adalah teman seangkatan mu kau akan mudah mengerti" ucap wali kelasnya.

Renjun menatap wali kelas nya dengan mata berbinar dan mengangguk antusias

"Permisi"

"suara ini"

"Ah jeno kau sudah datang, masuklah maaf merepotkanmu"

'Apa dia?'

"Dia yang akan-"

"Aku akan mengajarimu pelajaran sejarah dan apapun yang tak kau mengerti" ucap jeno, masih dengan nada datar memotong ucapan wali kelas renjun

"Nah kurasa kalian cukup dekat, mulailah belajar kapanpun. Kuharap nilaimu terselamatkan kali ini tuan huang. Nah kalian boleh pergi" renjun dan juga jeno sedikit membungkukkan badannya dan keluar dari ruangan itu.

Hening, hanya suara sepatu yang beradu dengan lantai yang memecah keheningan keduanya.

'Aku benci keadaan seperti ini'  pikir renjun

"apa maksudmu?" ucap jeno datar, masih berjalan lurus disamping renjun dengan tangan yang ia masukkan kedalam sakunya

Renjun menatapnya dan mengerjap beberapa kali.

"Bagaimana ka- ah iya aku lupa kau itu vampire dan pasti bisa membaca pikiranku" ucap renjun pelan setelah berhenti dari acara terkejutnya.

"Kau mengerti lebih cepat dari mark hyung" ucap jeno masih dengan nada datar, renjun menatapnya bingung

"Mark sunbae? apa hubungannya dengan dia?" tanya renjun polos. Jeno berdecak pelan lalu menatapnya.

"Dia itu hyungku, dan kau pikir dia itu werewolf? Dia sama sepertiku. Tapi bahkan dia hampir tak mengerti apapun tentang kekuatan bangsa kami" ucap jeno panjang lebar.

Renjun berhenti melangkah dan mengerjap menatap jeno yang juga ikut berhenti dan berbalik

"ada apa?"

"Wah ternyata kau tau caranya berbicara banyak" ucap renjun. Jeno berdecak pelan lalu lanjut berjalan menuju kelasnya

"Hei pelajaran sejarahku bagaimana?" ucap renjun setengah berteriak Namun tak mendapat respon apapun dari jeno.

"Heuh sialan" Umpatnya

"Jangan menyumpah serapahi orang dibelakangnya" bisik jeno tepat ditelinga renjun dari belakang. Hembusan nafas hangat jeno mengenai tengkuk renjun dan membuatnya sedikit bergidik

Renjun menoleh dan tak mendapati namja itu berada dibelakangnya. Dan ketika ia menoleh kedepan siluet namja itu telah masuk kedalam ruang kelasnya

"Heuh dasar, aku bisa jantungan kapan saja dan mati muda jika berada didekatnya. Bagaimana jika orang tau identitasnya tadi? Beruntung sedang sepi"

Renjun kembali melangkah menuju kelasnya yang telah kosong karena semua penghuni nya sudah berada dilapangan indoor untuk pelajaran olahraga.

Renjun terdiam.

"Kenapa juga aku memikirkan hidupnya" ucapnya lalu kembali mengambil baju olahraga dan sepatunya untuk menyusul teman sekelasnya.
.
.
.
.
"Kekuatan mereka sepertinya meningkat drastis tuan, kurasa sebentar lagi mereka Siap melakukan upacara pendewasaan" ucap seseorang dengan tudung hitam yang menutupi sebagian wajahnya

"Apa?! Bagaimana bisa?" balas seseorang yang sedaritadi tengah duduk disinggasananya sembari memeperhatikan pedangnya yang kini ia lemparkan kesembarang tempat.

"Dua orang manusia" balas seseorang bertudung itu dengan nada datar yang khas.

"Manusia? Makhluk lemah itu?" seseorang bertudung itu mengangguk

"Salah seorang sangat persis dengan 'dia' dan seseorang lagi adalah orang yang pertama kali dikenalnya"

"Bukankah aku telah membunuhnya? Ini menarik" Seseorang itu menyeringai dalam kegelapan.

"Kirim seseorang dan dapatkan 'dia'. Aku ingin tau apakah dia masih secantik dulu atau tidak hingga masih bisa membuat pangeran itu bertekuk lutut, dan aku juga ingin melihat seseorang lagi yang membuat si sulung itu jatuh cinta" seseorang bertudung tadi mengangguk lalu hilang dalam kepulan asap hitam disekitar tubuhnya.

"Mari kita sedikit bermain, lee"
.
.
.
.

Tbc

Hero + Noren (End)Where stories live. Discover now