Thirty Five

275K 18.3K 979
                                    

"Sahabat sejati adalah seseorang yang rela terus ada bersamamu meskipun semua orang menganggap keberadaanmu setara dengan rongsokan. "

----

Flashback On.

"Ma, kapan bangun? " gadis itu menghela nafas dengan tatapan menyendu menandangi seorang wanita cantik yang terbaring lemah diranjang rumah sakit. Jika dilihat wanita itu seperti tertidur lelap tidak merasakan sakit apapun padahal hidupnya hanya bergantung peralatan medis.

Sudah tiga tahun semenjak kecelakaan lalulintas wanita itu tak kunjung sadar dari koma. Padahal dokter mengatakan kondisi wanita paruh baya itu membaik dan akan sadarkan diri dalam waktu dekat, tapi hingga sekarang ia tak kunjung sadarkan diri.

Tanpa sadar setetes cairan bening menetes dipipi gadis itu, banyak beban yang harus ia pikul sendirian. Baru saja hari ini ayahnya dipecat dari perusahaan karena terbukti korupsi. Lalu jika ayahnya berhenti bekerja, siapa yang akan mencari uang untuk biaya rumah sakit ibunya?

Apa yang bisa diharapkan dari anak gadis dibangku SMA? Bekerjapun penghasilan tak seberapa. Gadis itu benar-benar frustasi tidak tahu harus berbuat apa lagi.

Saat ia sedang sibuk memikirkan bagaimana mendapatkan biaya pengobatan tiba-tiba pintu kamarnya diketuk perlahan. Seorang wanita glamour berdiri tepat disampingnya, sebelah tangan wanita itu menenteng tas kulit merk mahal dengan jari dihiasi cincin permata sebesar biji salak.

Gadis bermata sembab itu agak mengerutkan kening merasa tak asing dengan wajah wanita dihadapannya. Ia tersentak kaget mulai sadar dan mengenali siapa wanita ini. Yang menjadi pertanyaan dibenaknya adalah apa yang membuat ibu teman sekolahnya datang dan menemuinya? Padahal selama ini mereka belum pernah benar-benar bertegur sapa,hanya sekilas melihat saat pengambilan raport kelas.

Wanita glamour itu merapikan sekilas rambutnya barulah menatap serius gadis yang berdiri dihadapannya dengan tatapan bingung. "Tidak perlu canggung, saya disini hanya ingin mengajak kamu bekerja dengan saya."

"Bekerja? "

"Cukup kamu penuhi semua perintah saya, biaya rumah sakit ibu kamu akan saya tanggung. " wanita itu tersenyum manis dengan tenang melanjutkan ucapannya. "Selama kamu menurut, ibu kamu bisa tetap dirawat dirumah sakit. "

Gadis itu diam beberapa saat, mulai tergiur dengan penawaran yang diberikan. "Memangnya apa tugas saya? "

Wanita itu tersenyum miring mendadak wajah kalemnya berubah licik dengan tatapan mata menajam. "Merampas kekayaan keluarga Henry Calston. "

Flashback Off.

"Ra?" Gladys menggoyangkan telapak tangan didepan wajah Ratna. "Kok bengong? "

Ratna tersentak dari lamunannya meringis kecil menanggapi ekspresi bingung Gladys. "Enggak papa, lagi laper makanya nggak konsen."

"Laper tapi dari tadi cake lo belum disentuh sama sekali." sindir Velly.

Saat ini mereka bertiga memang sedang berada di cafe dekat sekolahnya. Gladys sempat berdebat cukup lama dengan Given yang terus memaksa ikut karena khawatir Ivan kembali mengganggunya. Tapi tidak mungkin juga membawa Given, sudah lama mereka bertiga tidak nongkrong dan menghabiskan waktu bersama seperti gadis pada umumnya. Keberadaan Given justru akan menjadi kecanggungan, apalagi jika masuk sesi curhat tentang cowok.

Why ? [ SUDAH DISERIESKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang