.fourteen.

4.6K 727 3
                                    

Tiba di pantri, Taehyung membuat secangkir cappuchino sedangkan Jimin menyeduh secangkir teh hangat. Mereka duduk di lounge yang tak jauh dari pantri.

Sebelum memulai pembicaraan, Taehyung menghirup aroma cappuchino yang menguar; mengecap rasa kopi itu dengan pelan, menikmatinya.

"Jadi, apa yang terjadi padamu? Ada yang tak beres?"

"Bukan masalah serius. Tak usah khawatir."

Taehyung menyimpan gelas berisi cappuchino itu di atas meja di hadapannya.

"Apapun itu, ceritakan saja padaku."

Ah, Jimin memang bisa diandalkan untuk berbagi masalah, apapun permasalahannya.

"Aku salah mengartikan perhatian Sajangnim untukku. Ia mungkin menganggapku tak lebih sebagai karyawannya. Perhatian Direktur terhadap karyawan, kurang lebih begitu." Berhenti sejenak untuk mengambil napas, Taehyung tersenyum hambar. "tapi kenapa aku merasa tak suka ketika melihatnya dekat dengan perempuan lain? Sampai-sampai aku hampir tak bisa tidur semalaman karena memikirkannya."

Jimin tersenyum. Taehyung heran, kenapa Jimin malah tersenyum sedangkan apa yang ia ceritakan bukanlah sesuatu yang bisa membuat tersenyum?

"Itu berarti kau cemburu, Taetae."

Taehyung ... cemburu? Cemburu? Tak mungkin.

Tapi entah kenapa ia tak bisa mengelak hal itu. "Mungkin," jawabnya ragu. Ia mengambil gelas cappuchino yang sempat terlupakan karena bercerita. Menikmati cappuchino yang asap transparannya mulai berkurang, menjadi hangat.

"Belum tentu 'kan ia siapa-siapanya makhluk es itu?"

"Mungkin," jawab Taehyung seperti sebelumnya. Jimin menghela napas.

"Mungkin dan mungkin. Jawaban itu tak membuatku puas, Tae. Percaya padaku, ia menaruh perhatian besar padamu, lebih dari hubungan Karyawan dan Bosnya."

Taehyung tak menanggapi perkataannya. Setengah percaya, setengah tidak. Ia tak ingin menyimpan angan yang sulit diraih. Ia rasa Jeon Jungkook terlalu tinggi untuknya.

"Ah, ya ampun! Kenapa aku baru ingat sekarang?"

Jimin menepuk jidatnya. Ia menatap Taehyung, senyuman lebar terpampang di wajahnya.

"Ingat apa?"

"Laporan yang kubuat. Sumbangan dana untuk Sweet's Florist! Toko bunga yang kemarin kita kunjungi!"

Apa hubungannya semua itu dengan Jungkook?

Baiklah. Sedikit informasi dariku. Ia memberikan dana sumbangan untuk toko bunga ini. Perkataan Seokjin tempo hari melintas di pikiran Taehyung.

Taehyung bergeming, memikirkan berbagai spekulasi.

Jika ia mengaitkan Si Pengirim Bunga Misterius itu dengan Jungkook, ada kemungkinan mereka orang yang sama. Jungkook juga keluar ketika jam makan siang, dan sering keluar di jam sore. Apa dugaannya ini ...

"Tak mungkin. Tak mungkin," gumamnya pelan. Mencoba mengelak dari spekulasi itu.

Jimin hendak bersuara, namun suara langkah kaki yang semakin mendekat membuatnya mengatupkan kembali mulutnya. Ia cepat-cepat mengambil cangkir tehnya lalu menyeruput pelan teh itu, tak jauh beda dengan Taehyung.

"Saya harap kalian tak membuang-buang waktu jam kerja sekarang ini di sini."

Suara Jungkook. Ia melewati lounge, berjalan menuju ke pantri.

"Ne, Sajangnim. Kami kembali," jawab Jimin. Taehyung hanya mengangguk mengiyakan, tanpa berani menatap matanya.

Secret Sender [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang