.fifteen [end].

6.1K 721 23
                                    

Taehyung tak menyangka Jungkook akan mengantarnya pulang dan mampir ke sebuah restoran, untuk yang kedua kalinya. Bahkan kali ini, restoran yang mereka kunjungi terbilang restoran elit. Lihat saja tatanan meja bundar yang disusun dua buah kursi saling berhadapan, dengan pencahayaan dari lilin-lilin di dekat jendela-jendela restoran-hampir ruangan ini didominasi oleh jendela lebar, karena restoran ini berada di tengah-tengah taman bunga. Jika malam-malam datang, dan mendongak ke atap, ternyata bisa melihat bintang-bintang karena atap yang terbuka-hanya ketika malam.

Keduanya belum memesan satu hidangan pun. Keheningan yang menyelimuti membuat Taehyung jengah juga. Haruskah ia yang berinisiatif membuka pembicaraan?

Ah, Taehyung tahu. Ia belum mengucapkan terima kasih pada Jungkook karena dulu mengantar pulang.

"Um, Sajangnim, dulu saya lupa mengucapkan terima kasih telah mengantar saya pulang."

Mampir dulu ke restoran pula, tambahnya dalam hati.

Taehyung mengamati ekspresi yang tampak di wajah Jungkook, sayang sekali ia tak bisa melihat dengan jelas karena cahaya remang-remang.

"Hmm," jawaban ambigu. "dan jangan memanggilku Sajangnim di luar jam kerja. Jangan bicara terlalu formal juga," lanjutnya.

Jadi, Taehyung harus memanggilnya apa? Nama depannya? Jeon-sii? Kenapa tiba-tiba begini?

Lagi-lagi Jungkook membuat jantungnya berdetak lebih cepat.

"Jeon-sii?"

Taehyung mencoba memanggil Jungkook dengan nama depan.

"Itu masih formal."

"Um, Jungkook?"

Dalam cahaya remang-remang, Taehyung melihat Jungkook mengukir seulas senyum. Senyum yang membuat detak jantungnya over kontraksi. Senyum yang membuatnya salah tingkah. Senyum yang membuat Taehyung terjerat pesonanya.

Taehyung tersenyum hambar. Ia meyakinkan dirinya sendiri untuk jangan terlalu senang dulu. Bagaimana jika perempuan bernama Eunha itu memang memiliki hubungan khusus dengannya?

"Oh ya Jungkook-" Taehyung berhenti sejenak, menimbang-nimbang apa ia harus menanyakan perempuan itu padanya. Jungkook mengangkat satu alisnya, memandang Taehyung dengan tatapan bertanya. Taehyung menghirup napas dalam-dalam lalu berujar. "kalau boleh tau, siapa Eunha-ssi?"

Taehyung mengerjap. Penglihatannya masih normal, bukan? Ia melihat sudut-sudut bibir Jungkook tertarik membentuk sebuah seringail-

"Kau penasaran?"

Taehyung kelabakan, tak sanggup melihat ke arahnya. "Ah, kau tak menjawabnya pun tak apa-apa kok."

"Dia teman kuliahku dulu. Kemarin ia melamar kerja. Aku berencana menempatkannya di bagian manajemen keuangan."

Huh? Lalu bagaimana dengan Taehyung?

Jungkook ... tak bermaksud mengeluarkan Taehyung dari perusahaan, 'kan? Apa ia selama ini membuat banyak kesalahan? Apa ia-

"Dan ... kau sendiri menjadi sekretarisku."

Pemikiran Taehyung terputus oleh perkataan Jungkook. Belum sempat ia bertanya kenapa bisa menjadi sekretarisnya, seorang waitress datang.

"Aku pesan masakan yang sama dengannya."

Apa?

"Aku terserahmu." Dalam hati Taehyung berkata, Aku tak begitu tahu makanan Italia. Kau mau aku memilih hidangan secara acak?

Entah Jungkook bisa mendengar suara hati Taehyung atau membaca gerak-gerik lelaki di hadapannya, ia memesan beberapa makanan pada Waitress itu. Setelah Waitress itu pergi, Taehyung bertanya padanya.

"Kenapa aku bisa jadi ... sekretarismu?"

"Bukankah kau memang sudah terbiasa dengan tugas-tugas yang sering kuberikan padamu?" Taehyung tak menyangka. Jadi selama ini Jungkook membiasakan Taehyung menjadi sekertarisnya? Kenapa ia tak menyadari tugas yang diberikan Jungkook padanya bukan hanya tugas di bagian keuangan. "lagi pula dari dulu aku memang ingin menjadikanmu sekertarisku," lanjutnya.

Berarti ... dari dulu Jungkook memang menaruh perhatian lebih padanya?

"Tunggu sebentar ya."

"Hm ..."

Taehyung hanya bergumam, tak mampu untuk berkata-kata. Sungguh, ia masih sedikit shock dengan semua pernyataannya Jungkook beberapa menit lalu.

"Aku tak bisa menjadi orang yang romantis tapi-"

Jungkook datang, membawa sesuatu di balik punggungnya. "Untukmu." Taehyung terbelalak saat Jungkook memberikan setangkai mawar merah."bagaimana jawabanmu?"

Jawaban ... jawaban apa?

Taehyung mengerutkan dahinya, keheranan. Sungguh, ia tak mengerti maksud dari 'jawaban' yang dimasksud Jungkook. Berpikir jernih pun rasanya sulit sekali.

Jungkook mendengus, menatap Taehyung seolah berkata, masa-kau-tidak-tahu. Tapi Taehyung memang benar-benar tak tahu.

"Kau tak tahu arti dari bunga mawar merah?"

Taehyung terpaku. Jantungnya lagi-lagi berdedak lebih cepat dari biasanya, menggila. Bola matanyasedikit melebar. Ya Tuhan... bunga mawar merah itu 'kan ... artinya ...

Taehyung tak sempat menyelesaikan pemikirannya.

"Haruskah kuucapkan dengan kata-kata?"

Taehyung menangkap nada kesal dalam intonasi suaranya. Ia tersenyum, mengangguk pelan. "Ya?"

"Aku mengingankanmu menjadi pacarku. Jawabanmu?"

"Boleh minta waktu untuk berpikir?"

"Tidak," jawab Jungkook tegas. Seolah kembali menjadi Bos di kantor. "aku butuh jawaban saat ini juga."

Kebahagiaan dalam diri Taehyung meluap-luap. Ia mencium bunga mawar merah yang ia genggam. Sama seperti mawar-mawar lain yang diberikan olehnya.

"Yes, Sir. Aku mau."

Waitress datang menghidangkan makanan di meja kami.

Sepertinya, Taehyung harus mengawetkan bunga-bunga mawar yang diberikan oleh Jungkook. Ah ya, lain kali ia berniat menanyakan padanya alasan mengapa mengirimkan bunga-bunga mawar melalui gadis kecil itu.




-end.

gw bilang mau hiatus, tp kemaren bilangnya mau namatin ini. jadii daripada janji gw gk ditepati, gw namatin ini :"

voment yak~

ps: jungkook gk bisa romantis, tp nyoba romantis buat taee #eakk walaupun keknya failed wkwk. atau gk fail? gk tau juga xD /yha

pss: gk ada sekuel wkwk

..

raieunix [09/08/2017]

Secret Sender [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang