Sinopsis

701 20 0
                                    

Akira adalah seorang penulis blog sekaligus penulis novel, dia menderita suatu penyakit pada jantungnya, sejak dia berumur enam tahun dia telah menjadi anak yatim piatu. kedua orang tuanya meninggal karena suatu kecelakaan saat masih berada di Jepang untuk mengurusi pekerjaan kantor mereka. saat ini Akira tinggal bersama keluarga angkatnya, lebih tepatnya dia diangkat oleh keluarga sahabatnya sendiri. pada suatu ketika, dia tidak sengaja bertemu dengan salah seorang pembaca cerita di blognya, nama pembaca itu adalah Nadia Ananda, awalnya mereka bertemu dengan keadaan saling tidak suka dan membenci. dan hal itu karena mereka berdua yang tidak pernah saling mengetahui wajah sebenarnya masing masing.

tapi lambat laun seiring mereka sering bertemu, mereka mulai mengenal diri masing masing dan perlahan saling jatuh cinta tanpa diduga. namun, tanpa diketahui Nadia, Akira telah menyembunyikan banyak hal darinya, mulai dari kebohongan, perasaan, hingga penyakitnya yang selama ini ditutup tutupi.

dan pada akhirnya semua itu berhasil diketahui oleh Nadia. segala hal yang disembunyikan oleh Akira telah terbongkar sudah. karena menyadari hal itu, Nadia mulai membenci Akira karena terlalu banyak menyembunyikan sesuatu darinya. dan untuk membuang rasa cinta sekaligus rasa sakitnya dibenci Nadia, Akira memutuskan untuk pergi dan tinggal di jepang, tempat ibunya dilahirkan dan dibesarkan. dan meninggalkan keluarga angkatnya yang ada di indonesia.

lalu akankah mereka akan saling mencintai lagi? dan apakah dengan penyakit parah yang diderita Akira, mereka berdua bisa tetap hidup bersama? semua itu hanya takdir tuhan dan waktu yang bisa menentukannya.

°°°°°

Akira meratapi langit bersalju di atas sana dengan pandangan kosong nan sedihnya. "Aku tidak tahu sampai kapan semua ini akan berakhir....tapi, kurasa itu tidak akan lama lagi..." kepulan asap tipis terus terhembuskan dari celah celah mulutnya karena hawa dingin di musim ini yang begitu menusuk pori pori kulit.

kedua tangannya dia masukkan ke dalam saku jaket kulit tebalnya. entah menunggu apa, yang jelas sejak tadi dia hanya berdiri di tempat ini saja, berada di tepi puncak bukit dengan memandangi pemandangan indah nan bersalju yang berada jauh di bawah sana. seakan dia mengucap dan mengungkapkan semua perasaan yang dia rasakan di waktu yang baginya saat ini adalah saat terakhir untuknya. karena mungkin semua yang telah dia perjuangkan selama ini akan sia sia dan percuma dikarenakan tembok penghalang yang bernamakan rasa sakit fisik.

berhubung seseorang yang saat ini dia pikirkan sedang berada dibelakangnya, dia pikir ini adalah kesempatannya untuk mengungkapkan semua perasaannya, sebelum satu satunya nyawa yang dimilikinya pergi dari tubuh lemahnya. tapi seakan ada duri ditenggorokannya, setiap kata kata yang ingin dia katakan seolah tidak ingin keluar dari pita suaranya dan melarang semuanya terungkap.

sudah hampir satu jam berlalu tapi dia hanya berdiam diri saja di sini dan hanya mengucap beberapa kalimat yang dia ucapkan beberapa detik tadi. bukankah seharusnya dia mengungkapnya sekarang? sebelum semuanya berakhir dan dia belum sempat mengatakannya? ya, mungkin sudah saatnya dia mengatakan perasaannya dan berhenti menjadi patung kaku yang selalu mengabaikan dan sok tidak peduli pada perasaan hatinya sendiri. "Nadia..." akhirnya satu kata panggilan itu dapat dia ucapkan dengan nada yang rendah dan terdengar sedikit lirih.

"i-..iya, ada apa?.." dengan sedikit takut takut, Nadia melangkahkan kakinya beberapa langkah ke depan mendekat pada Akira.

perlahan kedua mata Akira mulai terpejam erat, nafasnya dia tarik cukup panjang dan kembali dihembuskannya menjadi kepulan asap tipis nan dingin. "ada hal yang ingin ingin kubicarakan" kedua kelopak matanya kembali terbuka. dia berbalik ke belakang hendak menghadap pada seorang perempun tercintanya yang sejak tadi berada di belakangnya.

tapi, niatnya yang tadi telah dikuatkannya untuk mengutarakan perasaannya kini harus terhenti di tengah jalan, karena Nadia yang saat ini berada di depannya sedang tertunduk seolah ketakutan jika menatapnya. tangan kanan Akira yang tadinya sudah setengah terulur untuk menyentuh Nadia, kini mulai tergenggam menyesal dan kembali dia tarik turun lagi untuk membatalkan niatannya. "maaf" ucap sesalnya, kepalanya menunduk menyesal, dia berpikir mungkin ucapannya tadi masih terlalu terdengar cukup kaku dan kasar seperti biasanya.

Sedetak Jantung Terakhir UntukmuWhere stories live. Discover now