19

662 35 2
                                    

Tian menghentikan motorya tepat di depan rumah Keyla.

"Udah sampai" Tian mematikan mesin motornya.

Keyla turun dari motor besar itu, lalu berusaha melepas tali pengaman helm yang dipakainya, gagal. Memang, baru pertama kali ini ia memakai helm, tak ayal Keyla kesusahan melepasnya.

Tian tersenyum geli melihat Keyla, "Apa susahnya sih, minta tolong?"

"Gue kira gampang, taunya susah" Dumelnya sambil tetap berusaha melepas pengaman helm-nya.

Tian mendekat, "Sini, gue bantuin" tangannya mengambil alih, dan kurang dari lima detik,
Tian sudah melepas pengait sekaligus melepas helm yang dikenakan Keyla.

Keyla berdecak, gitu doang? Kenapa gue gak bisa? Batinnya.

Tian tertawa tergelak.

Keyla menatapnya dengan jengkel, "Apanya yang lucu?! Lo ngeledek ya?!"

Tian menghentikan tawanya, lalu ditatap mata gadis di depannya. "Lo tambah cantik kalo lagi cemberut. Tapi.."

"Tapi apa?" Tanya Keyla.

"Tapi.. Lebih cantik kalo lagi senyum"

"Ih.. Apaan sih?!" Keyla mengulum senyumnya, berusaha memperlihatkan ekspresi kesalnya yang dibuat-buat.

Tian terkekeh, melihat kedua pipi Keyla bersemu merah. "Lo masuk gih,"

"Gak mau mampir dulu?"

"Lain kali aja, kan gue bakal tiap hari kesini"

Keyla mengangguk mengerti, "Hati-hati di jalan"

"Iya sayangkuh.." Ujar Tian. Ia lalu menaiki motornya dan menghidupkan mesin, setelah melambaikan tangan ke arah Keyla, Tian melajukan motornya.

Keyla tersenyum menatap kepergian Tian, ia lalu berjalan menuju rumahnya sambil memegangi kedua pipinya yang lagi-lagi terasa menghangat.

Dari kejauhan, seorang cowok yang duduk dibalik kemudi mobil, memukul setir mobil dihadapannya. Dafa, sedari tadi ia memperhatikan Tian dan Keyla geram.

Tian melajukan motornya dengan kecepatan diatas normal. Ia sulit menghilangkan kebiasaan ngebutnya, meskipun Keyla sudah sering memperingatkannya.

Tian sampai di rumahnya, ia langsung memarkirkan motornya di sebelah mobil berwarna merah.

Mobil siapa?

Tian memasuki rumahnya.

"Yang di halaman mobil siapa Om?" Tanya--nya kepada Pongky yang sedang asik nonton tivi.

"Punyaku lah" Pongky masih menatap layar tivi di depannya.

Tian melepas sepatu, sekaligus kaos kakinya. Ia lalu berjalan menaiki tangga, "Udah kayak CEO aja, pake beli mobil sport segala" Cibir Tian.

Pongki tidak menanggapi ucapan Tian. "Cepat ganti baju, kita cari makan siang di luar saja"

"Iya! Asal Om yang traktir!" Teriak Tian dari dalam kamarnya.

Lima menit kemudian, Tian turun, mengenakan celana panjang hitam, dipadukan dengan atasan kemeja biru.

"Yok! Berangkat!" Seru Tian bersemangat.

"Nih.. Kau yang nyetir" Pongki menyodorkan kunci mobil.

"Ogah, Om aja deh yang nyetir" Tolak Tian.

"Yaudah" Pongki bangkit dari duduknya, lalu berjalan keluar rumah, diikuti Tian. Pongki langsung memasuki mobil tersebut, begitu juga Tian.

Mobil perlahan-lahan mundur, setelah keluar dari area halaman, mobil dengan perlahan melaju, meninggalkan area perumahan, menuju jalan raya.

Seperti HujanWhere stories live. Discover now