3

14 0 0
                                    




"Ryan aku pulang dulu ya....dah ditunggu sandy hehehe.." Sisi menyapaku sambil berkedip genit yang membuatku ingin tertawa. Sudah lama ia menyukai sandy dan sepertinya gayungpun bersambut.

Begitu sisi menghilang dari balik pintu aku hanya menghela nafas berat mengingat aku harus pulang dengan pak angga. Sengaja aku berlama-lama dengan sisa pekerjaan sehingga kami akan pulang paling akhir dan menghindari desas-desus di kantor, entah kenapa aku seakan tidak menginginkan cerita kami akan terekspos keluar karena cerita tersebut kuanggap goresan kelam masa laluku.

Kulirik jam dinding yang sudah menunjukkan jam lima sore, perlahan kubereskan mejaku dan bersiap untuk pulang, berharap pak angga lupa akan perkataannya tadi pagi.

Tapi harapanku ternyata tinggal harapan begitu aku masuk ke dalam lift kulihat ia sudah di dalam dan menaikkan sebelah alisnya melihatku melangkah ke dalam lift.

" Sengaja menghindar yan.." sapanya dengan senyum miringnya yang hanya ku balas dengan dengusan pelan.

Perlahan kami melangkah ke baseman parkiran dia mengamit lenganku dan berjalan ke mobilnya. Aku membuka pintu belakang tapi suara pak Angga menghentikanku

" Duduk depan ryan, aku suamimu bukan sopirmu.." katanya pelan dan membuatku menaikkan alis, mengingat kami sudah berpisah lama dan kuanggap hubungan kami sudah selesai.

Aku duduk didepan dan pak angga memasangkan seatbelt yang membuat jarak diantara kami sangat dekat. Bisa kurasakan deru nafasnya menyentuh leher dan membuatku menahan nafas, ia seakan sadar akan efek dirinya pada hanya tersenyum miring dan seakan sengaja menyentuhkan jemarinya pelan diatas perutku yang tertutup blazer hitam.

*

Kami mulai memasuki halaman rumah dan kulihat ibu ada diteras sedang asyik dengan anggrek yang memang menjadi bunga kesayangan beliau sejak kami pindah ke Jogja.

Begitu mobil berhenti aku langsung keluar di susul dengan mas Angga yang ikut melangkah memasuki teras rumah

" Assalamualaikum bu.." sapanya lirih

" Waalaikumsalam.....nak...Angga??"ibu nampak tergagap melihat mas Angga yang berdiri tak jauh dari sisinya,kemudian ia menyium tangan ibu perlahan yang membuat dadaku terasa sesak.

"Masuk dulu nak..."ibu tersenyum sambil melangkahkan kakinya kedalam rumah, kamipun ikut masuk kedalam

" Duduk dulu mas, ryan ambilkan minum" ujarku yang dibalas dengan anggukanpelan

"Bagaimana kabar ibu nak angga di Jakarta..."sayup-sayup aku medengar ibu mengobrol dengan mas angga

".....Ibu percaya pasti ada jalan yang terbaik..."penggalan kalimat itu terdengar ketika aku memasuki ruang tamu dengan nampan berisi minum dan camilan.

"Diminum mas...."kataku pelan sambil duduk disamping ibu

"Kalian ngobrollah ibu masuk dulu"pamit ibu seakan memberi waktu pada kami agar bisa menyelesaikan masalah yang tetap ada meskipun kami berusaha melupakannya. Perlahan mas Angga menyesap minuman yang ada sambil matanya tetap menatapku tajam yang hanya bisa kubalas dengan mengalihkan pandanganku keluar sementara detak jantung ini seakan punya tempo sendiri ketika berdekatan dengannya.

Dulu pernah ada asakami akan bisa bersama mengarungi rumah tangga, tetapi sepertinya asa itu hanyaada dihatiku saja, tentu aku sadar siapalah ryani larasati ini bila dibandingkandengan Rangga Wicaksono, secara keluarga saja kami jauh berbeda. Aku dankakakku hanya dari kalangan biasa, dulu ayah adalah seorang pegawai biasa yangkebetulan bekerja di salah satu perusahaan milik keluarga Wicaksono demikianjuga kakakku yang akhirnya bertemu dengan mbak rena yang merupakan adikkelasnya waktu kuliah.

"ting.."denting gelas menyadarkanku kembali, aku menoleh kearah mas Angga yang sedang menaruh gelasnya dan kembali menatapku.

"Bunda kangen kamu yan..."katanya pelan

"Sampaikan salamku pada bunda mas, maaf dulu ryan gak sempat mengunjungi bunda"sahutku pelan

"Sampaikan sendiri padanya yan....bagaimanapun juga kamu sudah jadi anak bunda"jawab mas Angga pelan

Aku tertawa pelan mendengar ucapannya, sudah lupakah dia dengan ucapan yang sering dilontarkan padaku, tanpa sadar aku mengerjapkan mata menahan jangan sampai aku menangis dihadapannya, sudah cukup air mata yang dulu kukeluarkan untuknya.

"Apakah kita tidak bisa memulainya lagi..."

"Cukup mas....aku menganggap diantara kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi"

"Apa maksudmu ryan...kamu tetap istriku..."Aku mendengus mendengar ucapannya, apakah dia lupa bahwa hubungan kami sudah terpisah selama 2 tahun tanpa ada nafkah lahir dan bathin, yang artinya sudah ada perceraian diantara kami.

"Kita sudah berpisah 2 tahun mas, hubungan apa yang kau harapkan"tukasku tajam

"Bagiku kau masihistriku dan aku ingin kita memperbaiki apa yang salah dimasa lalu" ucapnyategas yang hanya kubalas dengan gelengan pelan tidak mengerti jalur pikirannya.

"Apa yang kau harapkan mas....??"tanyaku

"Selama 2 tahun ini aku banyak memikirkan perjalanan hidupku yan..."jawabnya pelan "dan rasa bersalah itu seakan mengikutiku..."

"Sudahlah mas kita lupakan saja masa lalu anggap itu hanya cerita yang tidak perlu lagi diingat"sahutku pelan, tetapi mas Angga hanya menggelengkan kepalanya pelan dan mulai bercerita apa yang sudah ia alami.

"Setahun setelah kepergianmu, pemerkosa rena ditangkap dan aku sempat menemuinya dipengadilan...."ceritanya pelan "Aku juga bertemu dengan teman-teman rena dan mendapatkan cerita lengkap tentang malam kejadian yang telah menghancurkan keluargaku dan juga keluargamu....."

"Sudah mas...jangan diingat lagi"jawabku bergetar, masih ada rasa sakit bila mengingat kejadian 2 tahun yang lalu, mas Angga menarik nafas pelan seakan tahu aku belum siap menghadapi kejadian yang kuanggap kelam tersebut.

"Baiklah kurasa nanti pelan-pelan akan aku ceritakan apa yang terjadi yan...."ujarnya pelan, aku hanya menunduk mendengar kata-katanya. Perlahan kurasakan genggaman hangat merangkum tanganku dan meremasnya pelan.

"Bagiku kau tetap istriku yan....sudah setahun ini aku mencarimu, ternyata kau sebenarnya sangat dekat denganku"kekehnya pelan dan ucapannya membuatku kehilangan kata-kata. Tanpa sadar rona merah mulai menyebar diwajahku ketika dengan lembut mas Angga mulai menyentuh pipi kiriku lembut.

"A...ak..aku..."ucapku tergagap yang ditanggapinya dengan senyuman mring mas Angga yang membuat lesung pipinya terlihat jelas.

"Istirahatlah yan....besok aku akan menjemputmu....aku akan membuktikan bahwa niatku sekarang tidaklah main-main"ucapnya pelan serasa mengecup puncak kepalaku dan berdiri untuk berpamitan dengan ibu yang tidak kusadari sudah berdiri didekat pintu masuk dengan tersenyum.

"pamit dulu bu.."ucap mas Angga " hati-hati nak angga.."sahut ibuku ketika mengantarnya sampai undakan teras yang dibalas dengan anggukan kepala dan senyum tipisnya.

Begitu mobil masAngga tidak terlihat ibu berbalik kearahku dan tersenyum lembut seraya membelairambutku pelan, yang hanya kubalas dengan melabuhkan kepala diperut ibu yangselalu menimbulkan rasa nyaman bagiku.

Tbc

Kesempatan KeduaWhere stories live. Discover now