Hari ini hari sabtu, seperti biasanya sekolah ramai dengan siswa-siswi yang ekskul. Khusus anak baru, hari ini adalah demo ekskul. Padahal seharusnya hari jumat, tapi hari jumat diliburkan dan diganti hari sabtu dimana semua pelatihnya datang.
"Rame juga ya rin, kita ngumpul dimana?" tak lama setelah Kanza bertanya seperti itu, ada panitia MOS yang sudah berteriak-teriak menyuruh semuanya ngumpul dilapangan.
Karina dan Kanza pun berjalan kearah lapangan, iya, orang yang ikut berlari bersama Kanza itu Karina. Sahabatnya sejak smp. Kalau Karina tipe-tipe bar-bar maka Kanza juga sama. Makanya mereka klop.
Semuanya sudah diatur oleh panitia MOS dan duduknya sesuai kelas yang akan ditempati. Kanza dan Karina tidak sekelas bahkan tidak sejurusan kalau Kanza masuk ke IPA maka Karina ke IPS. Kanza masih setia dengan cita-cita masa kecilnya, ingin jadi dokter. Dan Karina yang benci banget dengan fisika tapi menyukai biologi harus say goodbye. Karna dia pengen jadi pengacara seperti Hotman Paris. Emas nya dimana-mana cuy!!
"Mau ketempat gue gak Za?" Karina menoleh menunggu Kanza menjawab.
"Ngapain duduk perkelas, udahlah kita dibawah pohon mangga aja tuh," tunjuk Kanza dengan dagunya.
"Ah lo mah, udah pernah dihukum. Malu gue kampret," celetuk Karina sambil menoyor kepala Kanza.
"Lo pake baju ngapain malu, biasa kelakuan kaya setan aja lho."
"Emang kampret sekali mulutnya." Sinis Karina, "Yaudah duduk dibelakang aja, dibelakang jurusan bahasa. Biar ga keliatan."
Kanza menurut, sambil mengikuti jalan Karina dari belakang. Sejujurnya dia agak sedikit risih melihat tatapan murid-murid disini. Emang setan itu yang ngehukum gue dihari pertama.
"Gue berasa jadi narkogirl, jalan diliatin begini." Celetuk Karina.
Kanza mendelik, "Muka lo mah tampang perampok Rin."
Reflek, Karina berhenti berjalan dan langsung menggeplak kepala Kanza. "Elah, seneng banget sih lho gaplok-gaplok kepala gue. Gue udah di fitrah selama 16 kali dalam 16 tahun. Mau masuk neraka jahanam jalur prestasi lho? Hah?" Kesal Kanza.
Karina mengepalkan tangannya keatas, "Emang sesekali mulut lho gue tempelin pembalut, biar diem."
"Selamat pagi semuanya,"
"Pagi Kak. Selamat datang kakak, selamat datang kami ucapkan. Terimalah salam dari kami yang ingin maju bersama-sama." Ah itu yel-yel selama MOS yang harus dijawab setelah panitia MOS menyapa mereka.
"Ah rin, kira-kira abis selesai MOS. Ada yang kaya gini gak sih," Kanza berdekhem pelan, diikuti Karina yang menunggu lanjutan gadis itu. "Bayangkan dirumah kamu ada bendera kuning.."
Kali ini Karina mencubit lengan gadis itu gemas, "Gobloknya natural sekali. Itu mah pas mau kelulusan, abis itu pulangnya lho disuruh sungkeman."
"Ah kdrt dalam pertemanan lho mah rin. Eh tapi ya, selama ini gue gak pernah sungkeman tau sama bonyok gue." Ucap Kanza santai.
Karina menatap Kanza agak sanksi, "Za.."
"Santai kali Rin, tegang amat lho kaya kanebo kering."
"Emang sialan banget lho mah ah."
"Demo Ekskul terkeren pertama yaitu Geritas Dance. Geritas Dance adalah ekskul dance pertama yang paling banyak menyumbangkan piala untuk sekolah dan menorehkan prestasi untuk Indonesia di ajang Internasional. Beri tepuk tangan," seru MC dengan bangga.
Murid-murid semuanya dengan penasaran, maju agar lebih dekat dengan yang menampilkan ekskul. Jelas mereka penasaran, kebanyakan sih para lelaki yang dengan semangat memperhatikan lekuk tubuh mereka.
"Gila, depan buaya darat semua za."
"Orang yang tampil aja fakgirls."
Karina menoyor kepala Kanza sambi terkekeh, "Jujur sekali anda."
"Realita, itu mukanya udah pada kaya tepung beras." Ucap Kanza sambil terkekeh kecil dengan ucapannya.
"Tepung beras yang di korea namanya apa tuh? Enak tau."
"Tepokkaki?"
Karina berpikir sebentar, lalu mengangguk, "Iya anjay, enak ya tepokkaki apalagi kalau pedas."
Ini si Karina yang bego, atau emang namanya beneran tepokkaki? Kanza menggaruk kepalanya bingung.
"Demo ekskul kedua yaitu Ekskul Basket yang dimaba banyak orang-orang ganteng dan cantik. Tertarik masuk ekskul basket? ini ekskul kedua yang sudah menyumbangkan banyak piala ke sekolah yang dilatih oleh pelatih kita, Coach Erios."
Mata Kanza serta Karina membulat, "ERIOS?" ucap mereka berbarengan diikuti tatapan aneh para siswa-siswi disini. Coach Erios yang mendengar teriakan yang memanggil namanya pun menoleh. Senyuman miring terlihat diwajahnya kala matanya melihat sepasang sahabat itu.
Kanza bahkan sudah merosot dari bangkunya dan menutupi mukanya. Beda lagi dengan Karina yang masih bergeming lalu berbisik ke Kanza, "Mampus, untung gue ketemunya gak sering. Beryukurlah kaki gue sempet patah. Dan dia tentu saja bebasin gue ikut yang lain, mati ditempat lho mampus.
"Sialan Karina!" Decak kanza.
"Kanzayla noted, mau lari kemana lagi kamu Kanza?" Kekeh Erios. Laki-laki itu lalu menepuk tangannya seakan menyemangati anak-anak didiknya yang sedang tampil dilapangan.
"Gue rasa Erios jinak disini za, jadi santai aja." Seru Karina sambil terkekeh pelan.
Kanza melotot, "Let's see."
Semua orang memperhatikan permainan basket itu yang diikuti para cowok ganteng, bahkan kelas 11 dan 12 sudah tidak karuan melihat pemandangan dilapangan. Kelas 10 yang belum berani apa-apa hanya bisa menggit jarinya melihat tampang kakak kelasnya yang banyaknya diatas rata-rata.
"Ganteng yang barusan nge shoot, za."
"Permainannya biasa aja sih," seru Kanza ga nyambung.
"Untuk tingkat senior high school, ini bahkan udah high level za."
Kanza mengangguk menyetejui, tapi belum beberapa lama dia menyetujui pas melihat perempuan-perempuan yang ikut ekskul basket dia bergumam, "Kacau. Seriusan coach nya Erios?"
Karina bahkan mengangguk menyetujui ucapan Kanza, permainan para perempuan, kacau. "Gue rasa karna Erios dibayar, dan kalau ada apa-apa dia yang bertanggung jawab."
"Jadi dia kejam sama gue karna gue gratis gitu?"
"Kalau itu, kayanya memang dia punya dendam kesumat sama lho Za."
"Emang Erios durjana."
"Mulut, gue orang yang pertamakali ngakak kalau lho dikerjain sama Erios."
"Dan gue orang yang pertamakali lemparin sepatu kemuka bangsat lho."
"Emang anjir."
Tanpa sadar, Erios memperhatikan mereka berdua diatas bangku penonton. Dan ya, sesuai dugaannya pasti mereka meremehkan kemampuan tim perempuannya. Dan Erios tidak menyangkal diotaknya, dan dia akan membuat gadis bernama Kanza itu mengikuti permainannya.
"See you, anak songong," gumam Erios pelan.
Kanza menyadari pandangan Erios, tapi gadis itu berusaha tidak terpengaruh. "Erios, sialan."
"Let's play the game, Kanza." Kekeh Karina jahat.
26.08.2017.
01.07.2020 (Revisi)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kanzayla
Teen FictionGadis berambut belonde itu selalu membuat semua yang berada didekatnya merasa nyaman, dengan tampang polos dan senyum yang selalu melekat di dirinya. Walaupun masalah-masalah selalu mengahampirinya, tapi tak membuat senyum di wajah gadis itu redup. ...