Aku Terpuruk

253 4 0
                                    

Inspired by: Breakeven (song by The Script)

Aku terpuruk. Sangat terpuruk. Aku masih hidup tetapi sulit sekali untuk bernafas. Jiwaku sudah mati. Jantungku masih berdetak tetapi tubuhku kaku. Segala sesak yang ada di dadaku menahanku di sini, mencekikku erat dengan segala hal tentangmu. Aku terus-menerus berdoa agar bisa bebas dari semua ini. Bahkan semua waktuku telah terbuang sia-sia hanya untuk gagal melupakanmu. Banyak hal yang bisa aku lakukan, tetapi saat aku mencoba untuk mulai melangkah, entah dari mana bayangan sosokmu muncul, datang lagi ke arahku, dan menahan langkahku untuk maju. Aku merasakan adanya rasa cinta yang bukan membuatku bangkit tetapi  malah membuatku semakin terpuruk. Semua hal tentangmu sangat membekas di diriku. Persis sebagaimana luka yang tak bisa sembuh.

Kamu telah mendapatkan segalanya. Kebebasanmu, hatiku, bahkan hatinya. Kamu pun sama sekali tidak merasakan rasa sakit seperti yang aku alami. Tak ada rasa penyesalan sedikit pun yang terlihat dari tatap matamu yang seolah mengejekku. Yang seolah mengatakan bahwa aku pelakunya, aku yang telah membuangmu, aku yang telah menyia-nyiakan perasaanmu. Dan inilah balasan yang aku dapat karena telah menyakitimu.

Lalu, apa yang harus kulakukan?

Aku masih mecinta, tetapi setiap saat rasa cinta itu berubah menjadi rasa sakit yang tak bisa dijelaskan. Aku hancur berkeping-keping. Kupikir, seharusnya hati yang terkoyak itu tak akan meninggalkan bekas luka apa pun. Tapi nyatanya hati ini tetap terluka dan terkoyak lebih luas.

...

Apakah mencintai seseorang memang sesakit ini?

...

Tidak, mencintai seseorang sama sekali tidak menyakitkan. Melihatmu melangkah pergi dari hatiku dan bahagia bersama orang lain adalah definisi menyakitkan yang sebenarnya.
Mereka bilang hal buruk terjadi pasti karena ada penyebabnya. Tapi tak ada satu pun kata bijak yang mampu memperbaiki hatiku ataupun memotivasiku untuk bangkit. Semua orang bahkan iba melihatku seperti ini. Mereka tahu aku sedang berpura-pura bahagia tetapi nyatanya aku terpuruk. Mereka mengerti perasaanku yang belum dapat bebas darimu. Mereka tahu aku yang dulunya berjuang untuk bertahan, aku yang sakit hati kamu campakkan, aku yang menahan semua beban dari saat kamu masih milikku sampai kamu telah melepaskanku.

Kamu telah melupakanku saat aku masih berduka cita. Kamu telah bahagia saat masih kubiarkan air mataku jatuh tanpa menghapusnya. Kamu sudah bisa tertawa saat aku lupa caranya untuk tersenyum. Dan kamu sudah menjelajahi hati yang lain saat separuh hatiku belum kamu kembalikan. Kamu pun telah menghapus segala hal tentangku bahkan saat aku belum berniat untuk melupakanmu.

Apa yang harus aku lakukan saat hal terindah tentang diriku adalah kamu? Apa yang harus aku perbuat mengingat hanya kamulah yang aku miliki? Apa yang harus kukatakan saat kamu baik-baik saja dan aku tercekik segala rasa yang sama? Segala rasa yang dari dulu masih ada dan menetap menghantui hidupku? Apa yang harus aku lakukan saat kamu telah melangkah pergi dan aku tertinggal di belakangmu? Saat kamu dapat tertawa dengan yang lain dan melihatku terdiam kaku, terpaku rasa perih ini?

Aku tahu kamu sudah bahagia bersamanya. Aku tahu kamu sudah menemukan orang yang akan menjadikanmu prioritas terbesarnya, orang yang akan selalu mendahulukan kepentinganmu. Aku tahu dialah orang yang dapat membahagiakanmu, yang dapat membuatmu nyaman dengan segala kehangatan yang ia bawa. Dialah orang yang dapat membuatmu melupakanku secepat ini tanpa sedikit pun penyesalan, dan meninggalkanku terpuruk sendirian menyesali apa yang seharusnya tak aku sesali.

Hari-hari terbaikmu akan menjadi hari-hari terburukku, itu pasti. Saat aku terjaga semalaman, kamu bisa tertidur dalam senyummu. Saat kesunyianku hanya mengingatkanku akan dirimu, tetapi kamu tidak merasakan sepi sedikit pun. Saat semua hal yang aku lakukan hanyalah mengingatkanku tentang dirimu, tetapi kamu sudah melupakan semua detail tentangku.

Kamu yang pergi, aku yang dipersalahkan. Kamu yang melukai, aku yang harus menanggung bebannya. Kamu yang tak bisa mecinta dengan benar, tapi aku yang harus disakiti cinta. Sekarang aku sedang mencoba untuk meresapi apa pun yang tersisa tentang kita, memahami segala hal yang membuatku bertahan di sini, mencoba segala cara yang dapat membuatku membiarkanmu 'tuk pergi. Karena kamu telah meninggalkanku tanpa cinta.

Tapi kenapa aku tak bisa bebas dari semua ini?

Kenapa kamu tak pernah membebaskanku?

Ketika aku masih mencintai, sedangkan kamu yang kucinta telah meninggalkanku pergi. Kupikir, seharusnya hatiku tidak akan berakhir dengan rasa sakit setajam ini. Tapi ternyata aku salah.

Karena saat sebuah hati disakiti, ia tak akan pernah sembuh total.

Karena saat sebuah hati dilukai, ia tak akan pernah kembali seperti semula.

Karena saat sebuah hati dipatahkan, cinta sebesar apa pun... tak akan mampu membuatnya utuh kembali.

Dan aku masih saja terpuruk. Sangat terpuruk.

~o~

Sisa Sesak KemarinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang