17. Pengakuan

279 37 3
                                    

Sejak kembali kesekolah nana benar-benar menghindari daffa. Gadis berambut panjang itu masih belum siap untuk bertatap muka langsung dengan daffa. Malu, marah, kesal semua menjadi satu. Terlebih pada kalimat daffa sebelum pria itu mencium bibir nana. kalimat yang daffa lontarkan berhasil membuat nana berpikir keras maksud dari ucapan daffa.

"Eh tunggu! Kayaknya buku gue ketinggalan di perpus deh. Aishh gue males banget balik lagi" ucap lalita saat ia memeriksa buku catatannya yang tidak ada.

"Biar gue aja yang ambil. Kalian duluan aja kekantinnya" ucap nana yang di setujui ketiga temannya.

Nana berjalan menuju perpustakaan sambil memaminkan ponselnya melihat beberapa post-an di feed instagram miliknya sebelum seseorang berdiri dihadapannya dan membuat langkah kakinya terhenti.

"Gue mau bicara!" ucap pria dihadapannya.

"Hmm? gue... gue sibuk" nana berusaha menghindar lagi dari daffa dengan pergi dari hadapan pria itu, tapi daffa menarik lengan nana membuat tubuhnya berbalik menghadap daffa.

"Jangan menghindar lagi. Gimana gue mau jelasin kalau lo ngehindarin gue terus"

"ikut gue!" daffa menarik tangan nana untuk mengikuti daffa yang membawanya ke ruangan musik.

"Lo marah sama gue?" tanya daffa langsung saat ia dan nana sudah berada diruangan musik.

"Gue gak tau" jawab nana.

"Gak tau?" tanya daffa.

"Iya... ya gak tau aja!" nana mengalihkan pandangannya ke sepatunya.

"Gue gak akan minta maaf" nana mengangkat kepalanya dan menatap pria dihadapannya itu yang juga tengah menatapnya tajam.

"Hmm?"

"Karna udah nyium lo. Gue gak akan minta maaf!"

"Dan soal ucapan gue yang berharap semua kebohongan ini menjadi nyata, gue sungguh-sungguh soal itu"

Deg

Nana merasa jantungnya berdetak kencang dan tubuhnya seperti baru tersiram air es disiang bolong.

"Daffa? Gue... gue-"

"Gue paham perasaan lo. Gue juga gak maksa lo. Tapi mulai saat ini gue akan bertindak sesuai keinginan gue dan lo boleh ngelakuin keinginan lo. Gue gak akan maksa perasaan lo."

"Jadi gue mohon. Jangan menghindari gue, please"

"Daffa..."

"Gue mau kekantin dulu. Lo jangan lupa makan" daffa tersenyum kepada nana yang membuat gadis itu semakin mematung ditempatnya.

Sepergi daffa dari ruangan itu nana memegang dadanya yang masih berdetak kencang setelah pengakuan perasaan daffa kepadanya.

"Daffa barusan nembak gue gak sih?"

***

Saat daffa berjalan menuju kantin ia berpapasan dengan yopi yang berjalan berlawanan arah dengannya.

"Gue perlu bicara sama lo" yopi menghentikan langkahnya dan menoleh kearah daffa.

"Gue?" yopi menujuk dirinya dengan jari telunjuknya. Daffa tidak menjawab ia hanya berjalan meninggalkan yopi.

Tibalah mereka ditaman belakang sekolah. Dibawah pohon kayu daffa berdiri dihadapan yopi dan menatap seniornya itu dengan tatapan tajam khas daffa.

"Ada perlu apa?" tanya yopi membuka pembicaraan.

"Soal tantangan lo waktu itu. Gue terima"

"Lo yakin?" tanya yopi sambil tersenyum sinis.

Chocolate CrushWhere stories live. Discover now