Victim

20K 1K 50
                                    

.
.
.
Mata itu, sepasang Onyx yang dingin. Melihat kearahnya dan terus memandangi. Membuat salah tingkah dan memunculkan rasa gugup yang mencapai ubun-ubun. Onyx tak melepas tatapan terhadapnya sedetikpun.

Naruto semakin erat meremas lutut, kepalanya semakin tertunduk, mata beriris biru sesekali melirik pada pria didepannya.

"Jadi dia sesuai dengan tipe anda bukan, Uchiha sama?" lelaki gembul disampingnya tertawa, menggosok-gosok permukaan tangan pada paha. Naruto panas dingin, ujung mata melirik, melihat pada peluh yang membanjiri dahi si lelaki gembul. Orang yang telah menculiknya sebulan lalu. Mengurungnya didalam kamar selama berhari-hari bahkan berminggu-minggu dan baru sekarang bisa menghirup udara segar namun dibawa pula kehadapan pria jangkung bermata membekukkan ini.

"Pilihanmu kali ini tidak salah." mungkin itu berupa pujian atau sebenarnya tidak. Pria tampan menghembus asap rokok dari mulut dan hidung. Naruto menjadi semakin gugup.

Kemudian sebuah koper abu-abu dibuka diatas meja kaca bening yang menjadi pembatas. Koper yang berisikan uang, uang yang sangat banyak. Lelaki gembul menatap uang itu dengan liur yang hampir menetes, Naruto meringis jijik.

Dia ingin sekali melempar tanya 'Untuk apa uang sebanyak ini?'. Namun tidak ia lakukan karena terlalu terintimidasi oleh suasana.

Lelaki gembul itu meraih, menutup koper diatas meja, memasang kembali kacamatanya, berdiri tegak dengan koper berisi uang berada ditangan. Naruto ikut berdiri saat si lelaki gembul berkata,

"Kalau begitu, saya pulang sekarang juga. Senang bisa berbisnis dengan anda, Tuan."

Naruto berniat mengikuti lelaki gembul untuk segera keluar dari ruangan yang memiliki aura mencekam namum sebelum niatnya terlaksana, seorang pria berbadan besar yang menjadi bawahan pria bermata onyx menahan agar dia tetap berada diruangan itu dan duduk. Naruto memanggil nama lelaki yang membawanya kemari, lelaki gembul, gendut yang tidak tahu diri itu. Jangan bilang jika uang tadi adalah uang transaksi, yang mana jika apa yang dia pikirkan adalah benar-

Dirinya telah dijual.

Dan dia memang tidak akan pernah salah.

Shit. Diculik lalu dijual, jadi dia termasuk kedalam perdagangan manusia?

"Bawa dia." seketika Naruto terkesiap saat sebuah lengan kekar menarik baju atasannya. Memaksanya untuk berdiri dan berjalan.

Naruto digiring paksa keluar dari kamar yang beberapa menit lalu menjadi tempat transaksi jual beli manusia. Transaksi ilegal. Transaksi dirinya sendiri.

Di paksa lagi masuk kedalam sebuah Audi hitam pekat. Naruto sempat memberontak ingin melepaskan diri sebelum dia didorong masuk secara kasar hingga membentur pintu mobil. Naruto meringis sakit. Memilah beberapa umpatan untuk menjadi pengalihan rasa kesalnya.

Audi hitam membawanya kesebuah rumah besar bergaya eropa, berlantai tiga, memiliki aksen yang menawan dan terkandung banyak seni didalamnya.

Naruto merasa kerongkongannya kering.

Apakah dia masih berada di jepang? Tolong seseorang katakan padanya jika tadi dia hanya menaiki sebuah mobil. Bukan sebuah pesawat pribadi yang membawa dirinya ke sebuah negeri tanpa nama.

Lagi, Naruto di seret. Dia sempat tersandung ujung sepatu sendiri, tergelincir oleh lantai keramik yang licin.

Baru masuk saja kedalam bangunan megah itu, Naruto sudah dibuat takjub dalam ringisan sakit saat pria berbadan kekar mengeratkan genggaman pada kaos yang dia pakai. Naruto tercekik.

Menendang orang itu layaknya orang gila yang sedang mengamuk, minta dilepas dengan mulut berisik yang terus-terusan mengeluarakan umpatan-umpatan kelewat sopan.

Your Life In My HandWhere stories live. Discover now