3 : Gabriel's wants

110K 6.8K 125
                                    


Dari dulu hingga sekarang yang Gabriel inginkan hanya gadis itu. Dia yang penakut dengan topeng sok berani. Dia yang gemetar namun menolak mengakui. Dia yang terlalu mirip ... dengan seseorang.

Dia yang saat ini tengah menatap Gabriel yang keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk yang tersampir rendah dipinggangnya.

Gabriel ingin tertawa, gadis cantiknya yang berpikir dirinya telah bebas kini menyadari ia masih terperangkap. Gabriel sadar sepenuhnya ini obsesi gila. Kegiilaan yang membuatnya senang.

"Kenapa kau mandi disini?" suaranya bergetar dan itu membuatnya puas.  Dia suka mendengar seseorang ketakutan dibawah kendalinya. Sinting memang.

"Satu pemberitahuan untukmu, Baby. Ini kamarku." Aluna terperangah. Sedikit malu karena dia tidak tahu apa-apa. 

"Kalau begitu kenapa kau bawa aku kesini," Aluna bertanya, menyuarakan apa yang sejak tadi berputar-putar diotaknya. Apa yang diinginkan pria itu dalam dirinya. Dia pendek, tingginya saja hanya mencapai dagu pria itu. Wajahnya memang lumayan cantik meski tidak bisa disaingkan dengan salah satu model yang pernah dikabarkan berkencan dengan Gabriel.

Claire Calk contohnya, wanita dengan tinggi 178 itu adalah model asal Australia dengan wajah campuran Australia dan California. Wanita cantik dengan gaya anggun dan uang berlimpah.

Wanita yang diincar hampir oleh semua majalah. Dan merupakan trending topic selama lebih dari dua minggu ketika dikabarkan berkencan bersama Gabriel. Aluna tidak tahu itu hanya sebatas isu atau bukan. Yang pasti beberapa bulan yang lalu kembali beredar kabar bahwa hubungan mereka tidak pernah ada.

Abaikan saja, itu bukan urusannya.

"Karena aku ingin kau disini." berbisik, mendadak Gabriel sudah berada disampingnya. Berbisik penuh misteri. Mengigit kecil ujung telinga Aluna. Meniupkan aroma nafas mint dari mulutnya. Aluna bergetar ngilu sekaligus ketakutan. Menyadari sepenuhnya tubuh Gabriel hanya ditutupi sehelai handuk.

"Jangan seperti ini, Gabriel." Aluna menolak, ia tidak nyaman. Tubuhnya beringsut mundur dengan hati-hati. Berusaha mati-matian agar tak membangkitkan amarah Gabriel yang tidak stabil.

"Lalu aku harus bagaimana?"

Aluna kesulitan menemukan suaranya. Nafasnya terengah. "Biarkan aku pulang Gabriel."

Dia tidak tahan, Aluna ingin pulang. Duduk membaca novel diatas kasurnya yang nyaman meski tak sehalus milik Gabriel. Dia ingin menikmati coklat panas yang baru saja dia beli satu kotak kemarin.

"Kalau begitu biarkan aku mengantarmu," ujar Gabriel dengan bibir menyeringai. Dia tahu Aluna akan menolak. Dia pasti berpikir untuk tidak memberi tahu Gabriel diamana ia tinggal. Gadis bodoh, hina Gabriel dalam seringainya.

Dia pikir siapa yang menyiapkan semuanya? Toko bunga tempat Aluna bekerja adalah salah satu properti mainan milik Gabriel, kontrakan yang ditinggali Aluna juga merupakan miliknya.  Dengan kekuasaan dia bebas, semuanya ada didalam genggaman tangannya.

"Tidak-tidak jangan!" Aluna panik, dia tidak mau pria itu tahu rumahnya. Tidak mau pria itu bisa datang seenaknya kesana nanti. Dia tidak mau, setidaknya dia harus memikirkan cara untuk pergi dari rumah ini dulu.

Sama seperti apa yang ada dalam pikiran Gabriel. Gadis itu takkan mengijinkan dia mengantarnya pulang.

"Kalau begitu tetaplah disini." Gabriel berujar santai bangkit dari atas tempat tidur meninggalkan Aluna yang termangu sendirian.

Gabriel melangkah menuju lemari mengeluarkan kaos dan celana pendek santai. Mata Aluna membelalak menyadari apa yang akan dilakukan Gabriel, dengan cepat ia memejamkan matanya. Wajahnya merona marah. Apa-apaan pria itu. Dia pikir Aluna ini apa?

Dengan tidak tahu malu berganti pakaian didepan gadis seperti Aluna. Yang bahkan tidak pernah dekat dengan laki-laki manapun. Kecuali adik-adiknya di panti dulu.

"Kau tidak tidur?" suara Gabriel membuat Aluna membuka matanya, menatap pria yang sekarang memakai pakaian lengkap. Aluna sadar dia harus tidur, besok dia ada kuliah pagi.

Tapi dia harus tidur dimana?

Menyadari kebingungan Aluna, Gabriel tersenyum gila. Mendekati Aluna diatas tempat tidur. Naik dan langsung mendekati Aluna.

"Kau mau apa?" Aluna bertanya dengan takut-takut.

"Aku mau tidur, Aluna. Dan kau kau tidur bersamaku Aluna," ujar Gabriel santai, dengan satu tarikan mulus tubuh Aluna jatuh menubruk tubuh Gabriel. Gabriel mendekap tubuh mulus itu. Dengan santai ia membaringkan tubuhnya diatas tempat tidur. Menarik Aluna berbaring diatas dadanya.

Lampu kamar mendadak mati, ketika Aluna menatap sebuah remote kecil ditangan Gabriel. Yang kemudian diletakkannya diatas meja disamping tempat tidur.

Nafas Aluna terengah terkejut, merasakan dekapan hangat melingkupi tubuhnya. Matanya menyala terang. Dia tidak berani bergerak, diantara seluruh manusia yang pernah ia temui hanya Gabrielah yang membuatnya bergetar ketakutan. Merasakan nafas Gabriel yang teratur Aluna tahu pria itu pasti sudah tertidur lelap.

Gabriel selalu seperti ini, dia selalu cepat tertidur ketika mendekap Aluna. Dan dekapan itu pada akhirnya membuat Aluna terbiasa. Aluna benci mengakui bahwa perlahan dekapan Gabriel sangat nyaman.

Matanya mengerjap karena kembali memberat. Perlahan mata coklat terang itu terpejam nyaman. Lelap dalam dekapan pria yang paling ia takuti.

Ironis ....

^•_•^

Tubuh Gabriel bergerak nyaman, semakin mengeratkan dekapannya pada gadis kecil diatas dadanya. Nyaman ....

Empat tahun berpisah dari gadisnya tidak sedetikpun ia bisa tidur senyaman ini. Gadisnya adalah sumber kenyamanan. Dan hal itu benar benar membuat Gabriel tidak ingin melepaskannya.

Gerakan dalam dekapannya membuat Gabriel sadar gadisnya akan segera terbangun. Gabriel menunggu hingga ia merasakan tubuh Aluna menegang dalam dekapannya.

"Selamat pagi ...." senyum lebar dari wajah dewa itu tercipta. Mata hitam kelamnya menyusuri wajah putih merona yang menatapnya dengan terpaku. Menggerakkan tangannya menyusuri wajah putih itu dengan lembut.

"Aku akan menjemputmu lagi ketika kau pulang nanti." Tidak! Seruan batin Aluna nyaris terlalu cepat mendengar apa yang dikatakan Gabriel. Setelah pulang kuliah nanti dia akan pergi dari Gabriel. Sudah dia katakan bukan dia tidak mau kembali bersama Gabriel.  Kalau diperlukan dia akan bolos saja nanti agar tidak perlu bertemu Gabriel. Pulang kerumahnya yang nyaman dan jauh dari makhluk bernama Gabriel.

Ya! Dia akan pergi. Salahkan Gabriel yang memberikan kebebasan kepadanya untuk pergi kuliah.

Gabriel's MineWhere stories live. Discover now