Ingatan

2.6K 345 51
                                    

Sherly menyelimuti Azka yang sudah terlelap. Wajah Azka terlihat damai saat tidur, berbeda dengan sebelumnya yang terlihat gelisah. Perlahan Sherly mengelap keringat yang masih ada di wajah Azka. Setelah selesai, ia memutuskan untuk keluar dari kamar.

Kakinya melangkah ke ruangan yang berada di paling belakang. Dimana di ruangan itu kita bisa melihat pantai tanpa harus keluar rumah. Merasakan deburan ombak dan angin malam yang bisa menyejukkan perasaan Sherly sekarang.

Sherly berbaring di kursi tidur sofa. Sambil melihat dan menikmati pemandangan malam yang cukup cerah ini. Lagi-lagi ia merasa pernah berada di tempat ini dan merasakan semua yang di rasakannya. Perlahan matanya mulai merasakan kantuk sampai kesadarannya menghilang.

Badan Azka mulai bergerak saat ia merasakan sesuatu yang aneh di tubuhnya. Mata Azka terbuka ketika sakit kepalanya perlahan menghilang. Badan yang sebelumnya terasa sakit, kini sudah lebih baik. Perlahan ia mencoba duduk, matanya melirik seluruh ruangan, ia mencari sesuatu. Sesuatu yang nyatanya tidak ada di ruangan ini.

"Gue mimpi ya kalau nikah sama dia?" Azka menghela napas, ia mencoba bangkit untuk mencari air, "kenapa gue bisa di rumah ini?"

Saat mengambil air, mata Azka tidak sengaja menangkap bayangan seorang perempuan yang tidur di ruang favoritnya. Keningnya mengerut ketika ia menyadari siapa bayangan itu. Ia hafal betul siapa orang itu.

Tidak menunggu waktu lama, Azka sudah berada di samping perempuan itu. "Sherly."

"Jadi semua ini nggak mimpi?"

Azka kembali teringat tentang semua hal yang belakangan ini terjadi ke dirinya ketika melihat cincin yang ada di jari Sherly dan jarinya. Tangannya mengelus pipi Sherly perlahan, senyuman Azka terukir ketika melihat wajah tenang Sherly. Dalam satu gerakan, Azka mengangkat Sherly dan membawa tubuh Sherly ke kamar.

Saat sampai di kamar, Azka tidak langsung tidur. Ia mengenggam tangan Sherly, "Aku janji, aku nggak akan pernah bohongin dan ngecewain kamu lagi. Aku nggak akan ngulangin keselahan aku dulu, aku janji. Aku janji, kamu nggak akan pernah ngerasain sakit yang dulu kamu rasain."

Azka mencium tangan Sherly, "Good night, muffin."

*****

Pagi harinya, Sherly benar-benar tidak menyangka bisa bangun di atas tempat tidur. Ia kira, ia akan tetap tidur di ruangan itu sampai pagi hari. Walau ia tidak melihat Azka yang memindahkannya kesini, tetap saja ia yakin kalau dirinya di pindahkan oleh Azka.

Azka masih tidur, membuat Sherly bisa mempunyai kesempatan untuk membuat sarapan. Dengan perlahan, ia turun dari tempat tidur. Ia tidak mau menganggu tidur Azka, pastinya karena Azka butuh istirahat yang cukup. Sherly tidak mau kejadian kemarin terulang kembali.

Sapertinya, keinginan Sherly tidak bisa terlaksana dengan baik. Karena isi dapur ini tidak sebanding dengan megahnya rumah ini. Rumah ini sudah seperti istana, apa mereka juga menyimpan makanan di ruang khusus? Rasanya tidak mungkin.

"Pagi."

Sapaan tiba-tiba dari Azka membuat Sherly tersentak kaget, "Pagi juga, gimana keadaan kamu? Udah baik, 'kan? Apa perlu kita ke rumah sakit?"

Azka menggeleng, ia tersenyum manis tidak seperti Azka yang Sherly temui. "Kamu mau apa? Mau masak?"

"Rencananya gitu sih. Tapi nggak ada apa-apa, jadi kayaknya aku cuman bisa masak nasi goreng. Kamu mau, 'kan?" ucap Sherly.

"Apapun masakan kamu, pasti aku mau." Azka mengambil tempat yang pas untuk melihat kegiatan yang di lakukan Sherly di dapur.

Ada sesuatu yang aneh mengenai Azka, pikiran Sherly mengatakan hal itu. "Oh ya, makasih ya udah pindahin aku ke kamar."

{3} RompecabezasWo Geschichten leben. Entdecke jetzt