[Part 4] - 2nd Day

15 0 0
                                    

"Gimana tadi malam Fi, ketemu?" Tanya Rahmat pada Raffi, di tengah-tengah sesi pemanasan jam olahraga.

Raffi menghela napas dalam-dalam, "belum Mat."

Raffi menatap kosong ke tengah lapangan. Tampak sekali guratan kekecawaan pada wajah Raffi.

Rahmat jadi tak tega melihat sahabatnya begitu. "Udah gak usah dipikirin. Kan masih ada kesempatan malam ini." Ucapnya menepuk bahu Raffi.

Raffi memandang sohibnya itu dengan wajah yang tak berubah. Masih tetap dengan wajah yang tak sedap dipandang.

"Loe kenapa sih? Kayak gak ada kesempatan lagi aja? Senyum napa. Segitunya banget loe kecewa."

"Gue bukan kecewa Mat, tapi..." bisik Raffi.

Rahmat mendekatkan telinganya agar bisa mendengar penjelasan dari sohibnya itu.

"Gue kebelet boker Mat! Hahahaha." Jawab Raffi dan langsung kabur menuju toilet dengan tergesa-gesa.

"Sialan lo Fi! Gue kira apaan. Kutu kupret loe Fi." Maki Rahmat melempari Raffi dengan botol air mineral bergambar 'Hello Kitty'.

Botol itu tak lain milik gadis yang selama ini diincar Raffi sejak awal kuliah. Gadis itu bernama Lisa. Mata cokelatnya, bibir mungilnya, mungkin itu sebabnya setiap kali ia berjalan, kepala pasti menoleh untuk memandangnya. Rambut cokelatnya berkembang lebat, perlahan naik turun, seiring dia melangkah. Dan saat ini ia baru saja keluar dari toilet selesai berganti pakaian.

BRUK!!!

Raffi menabrak Lisa hingga keduanya terjatuh.

"Duh, Raffi!!!" Teriak Lisa.

"Hehehe, sorry. Gue gak lihat ada loe tadi." Jawab Raffi sembari membantu Lisa berdiri.

Raffi kembali berlari ke toilet, tapi tangan Lisa menahannya. "Hey Fi, loe jadi cowok gak peduli banget sih. Bantuin gue jalan dong kesana." Tunjuk Lisa ke bangku di pinggir lapangan.

"Tapi...Lis." Jawab Raffi gelisah.

"Gak ada tapi-tapi an! Buruan bantuin gue jalan." Bantah Lisa. Dirangkulkannya tangannya di bahu Raffi minta digendong.

Raffi menepis tangan Lisa menghindar. "Pliss...lepasin gue Lis, gue." Beberapa kali Raffi terlihat menahan napas. Keringat seukuran jagung mulai membasahinya.

"Raffi!!!" Teriak Lisa.

CRUTT...RRT...TTT

Raffi refleks memegangi bagian belakang celananya. "Apes dah, keluar dia, keluar!" Dan mengambil langkah seribu ke toilet. Meninggalkan Lisa yang memandangnya jijik.

"Isssshhhh, jorok loe Fi." Umpat Lisa langsung berlari ke tengah lapangan.

Rahmat yang dari tadi melihat di seberang sana tertawa terbahak-bahak melihat semua itu. "Rasain loe! Dasar cewek sok kecakepan." Batinnya.

***

Malam semakin larut. Seperti malam sebelumnya, pemuda itu kembali menunggu di tempat yang sama. 30 angkot yang lewat sudah di periksa nya, namun tak kunjung juga ditemuinya cewek asap rokok malam itu.

Apa jangan-jangan dia bukan manusia yah? Ah, mana mungkin. Dia kan bayar ongkos kemarin. Masa iya ada hantu naik angkot? Mana batuk lagi gara-gara asap rokok gue, sedangkan kena asap menyan aja mereka suka.

Raffi masih asyik berdiskusi dengan dirinya sendiri. Rahmat yang melihatnya di seberang jalan, tak tega melihat kawannya itu menunggu sendirian.

"Hey, Kincit!" Panggil Rahmat dari seberang jalan.

Mata Raffi mendelik ke pemilik suara tersebut dan menempelkan jari di depan bibirnya, mengisyaratkan Rahmat untuk diam. Ia menoleh ke kiri dan kanan dengan cepat, "untung udah gak ada orang."

Rahmat membawa motornya menghampiri Raffi yang sudah bersiap menerkamnya itu. Sesaat sebelum bogem mentah Raffi mendarat ke wajahnya, Rahmat yang baru siap memarkirkan motornya di pinggir jalan, langsung memberi isyarat dengan kedua jarinya membentuk huruf V, "peace bro."

"Sialan loe Mat! Kalo ada orang yang denger gimana coba?" Maki Raffi pada kawannya itu. Ia kembali ke tempat duduknya tadi.

"Hehehe, sory bro. Gue kan cuma bercanda. Lagian loe gokil banget sih tadi siang. Bisa-bisanya loe." Ucapan Rahmat terhenti karena mulutnya sudah ditutup Raffi dengan tangannya.

"Jangan sampai besok di koran, ada berita seorang mahasiswa mati dibunuh karena disumpel mulutnya pake celana olahraga ini." Ancam Raffi menunjukkan celana olahraganya tadi siang.

"Ieeaaakkkkk, jijay bro." Rahmat melompat mundur menghindar tanpa melihat ke belakang.

BYURR!!!!

Rahmat malah melompat ke selokan yang berada tepat di belakang mereka. Jadilah Rahmat si ksatria baja hitam. Raffi tertawa setengah mati melihat kawannya itu.

"Sialan loe Fi!" Maki Rahmat, "bantuin gue." Makinya mengulurkan tangan minta agar dibantu naik.

Raffi menangkap tangan Rahmat hendak membantunya, namun ternyata Rahmat malah menariknya ke dalam got juga. Dan berujung pada duo jomblo yang berubah menjadi ksatria baja hitam.

"Kampret loe Mat!" Maki Raffi dan mencipratkan air got itu ke Rahmat. Mereka malah saling menyipratkan air got serasa main air di sungai.

Setelah lelah dalam pertempuran air got itu, kedua ksatria itu akhirnya memutuskan untuk pulang. Sudah dipastikan, tak mungkin Raffi menemui Nayla dengan kondisi seperti ini. Bisa-bisa yang ada Nayla malah kabur ke luar negeri sangking jijknya ngelihat dia.

Rahmat menghidupkan motornya yang terparkir tadi. Diliriknya Raffi yang masih saja melihat ke jalanan. Berharap keajaiban itu datang.

"Ayok! Udah malam, besok gue temenin lagi." Ajak Rahmat.

Dengan langkah malas akhirnya ia menurut juga dan memilih pulang denganRahmat. Hari kedua pengejaran kembali gagal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 07, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

After Memory [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang