Satu

2 1 0
                                    

"Toru, mau kah kau hari ini menemani ayah jalan-jalan keluar istana? Tidak akan lama. Ayah janji.". Pria paruh baya ini sedang membujuk anak nya yang berumur 8 tahun untuk mau menemaninya jalan-jalan.

Biasanya raja Fumio berkeliling kerajaan dalam 2 sampai 3 kali dalan sebulan. "Aku mau di istana saja ayah, aku mau menemani ibu", "Toru, sebagai seorang pangeran sebaiknya kamu mengenali lingkungan negara dan rakyatmu dengan baik".

"Ayah jika nii-sama tidak mau menemanimu biar aku saja yang pergi", "tidak Mika, ayah harus pergi dengan Toru, kau tinggallah di istana dan temani ibu". Mika adalah anak kedua dari raja Kaito Fumio, adik perempuan dari Toru Fumio. Mika menatap ayahnya dengan kesal dan berbalik ke ruangan tempat ibunya berada bersama dayangnya.

Dalam perjalanan mereka raja bersama putranya itu di  temani oleh pengawal istana yang sangat handal dalam bertarung, karena raja Fumio merupakan raja yang dikenal ramah dan sangat baik terhadap rakyatnya tidak sedikit orang membencinya karena kebaikan hatinya, mengutamakan rakyat daripada tahtanya.

Raja beberapa kali berhenti hanya untuk bersalaman bersama rakyatnya, bahkan berhenti dibeberapa kedai untuk menanyakan bagaimana penjualan mereka selama sebulan ini.

Kerajaan yang dipimpin oleh raja Fumio memang bukan negara yang kaya  tetapi rakyatnya hidup sangat sejahtera karena kerendahan hati rajanya. Pajak dinegara ini hanya diambil secukupnya dari rakyatnya agar rakyat tidak merasa terbebani. Tetapi bagi rakyat yang kehidupannya cukup lebih baik dari rakyat yang lain mereka diminta untuk membayar pajak lebih besar 2:1 dari rakyat biasa agar membantu perekonomian negara.

Mereka berjalan hampir sekitar satu jam dan sampai disebuah rumah kecil yang terletak dipinggiran desa. Didepan rumah tersebut ada 3 orang anggota keluarga yang sedang bercengkrama, sepertinya raja Fumio mengenal keluarga tersebut.

Salah satu pengawal kerajaan mengumumkan kedatangan raja kepada anggota keluarga tersebut. Ketiga anggota keluarga itu langsung berdiri dan memberikan hirmat pada rajanya.

"Hai Katsuo, hai Misaki apa kedatanganku mengganggu kalian?", "tentu tidak heika, kami merasa terhormat anda mau mengunjungi rumah kami yang kecil ini", katsuo menjawab sambil membungkukkan badannya tanda memberi hormat. "Haru beri hormat pada Heika", haru gadis kecil berumur 8 tahun itu membungkukkan badannya.

"Heika ini Haru anak kami, dia berumur 8 tahun, saya kira umurnya sama dengan Ouji-sama", Katsuo memperkenalkan anaknya. "Ya, Toru memang berumur 8 tahun ini.

"Hai Haru, apa aku mengganggu kamu bermain?".

"Tidak Heika, saya tidak sedang bermain. Ayah baru saja memarahi saya karna saya membentak seorang anak yang lebih tua dari saya karna anak itu memukuli anak lainnya yang bertubuh kecil, ayah bilang saya tidak sopan karna orang yang lebih tua harus dihormati".

Raja Fumio tertawa mendengar perkataan Haru. "Haru kau tidak boleh bicara seperti itu didepan Heika", Katsuo menegur anaknya karna mengira kata- kata Haru tidak sopan.

"Tidak Katsuo Haru benar. Kita memang harus melindungi orang yang lemah, begitukan Haru?", Haru menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. "Aku menyukai anakmu Katsuo". Katsuo tersenyum mendengar pernyataan rajanya.

"Haru kenalkan ini anakku, namanya Toru Fumio. Maukah kau berteman dengannya?".

"Tentu Heika", jawab Haru.

"Hai Toru, salam kenal. Aku Harumi Daiki, kau bisa memnggilku Haru". Haru mengatakannya dengan lantang, dan itu membuat orang dewasa disekitarnya serta Toru kaget.

"Haru kau harus memanggilnya Ouji-sama. Dia seorang pangeran". Misaki memperingatkan Haru.

"Hahaha, aku semakin menyukaimu Haru. Mungkin kapan-kapan kita bisa pergi bermain bersama, ya kan Toru?". Toru tidak menanggapi  perkataan ayahnya, dia hanya berpikir kalau Haru adalah anak yang susah diatur dan Toru tidak menyukai orang seperti itu.

"Maafkan Haru Heika. Haru memang anak yang selalu mengatakan apa yang ada dalam pikirannya, bahkan kadang kami kerepotan karena ulahnya". Katsuo merasa tidak enak pada rajanya karena ulah anaknya sendiri.

"Tidak masalah Katsuo, aku suka orang seperti Haru".

"Ayah, bisakah kita pulang sekarang, aku lelah". Toru pun mengeluarkan suaranya setelah selian lama berada di rumah Haru.

"Sebentar Toru. Ayah belum memperkenalkan mu dengan Katsuo. Dia adalah teman ayah. Dulu sebelum kau lahir dia bekerja sebagai tabib di istana. Beri salam toru, jangan menjadi anak yang tidak sopan. Ayah tidak pernah mengajarkan begitu." Toru membungkukkan badannya pada Katsuo dengan cepat. Sepertinya dia tidak ingin melakukannya.

"Toru, untuk orang yang tinggal di istana, kenapa badanmu kurus sekali?". Haru menanyampaikan perkataan yang sekali lagi membuat kaget orang tuanya, dan Toru yang memasang wajah sangat kesal.

"Kau sangat tidak sopan Haru. Kau mau ayah mengurungmu dikamar lagi?". Katsuo kembali menegur Haru.

Haru menatap raja sambil mengatakan, "Heika apakah kita harus dihukum jika mengatakan kebenaran?".

"Tidak Haru. Menyampaikan kebenaran itu sangat baik. Menyampaikan kebohonganlah yang buruk, dan orang yang melakukannyalah yang harus dihukum. Tapi jika kita tidak tahu pasti akan suatu hal, kita harus mencari tahunya lebih dulu, kalau tidak lebih baik kita tidak membicarakan mengenai hal itu. Kau mengerti Haru?".

"Ya Heika. Maaf kalau saya mengatai Toru kurus".

"Tidak Haru. Toru memang orang yang kurus karena dia tidak suka makan". Fumio menjawab sambil melirik kearah anaknya.

"Benarkah Toru? Aku suka sekali makan". Haru menjawab dengan senyuman lebar yang dia punya.

Semakin dilihat, Toru berpikir dia semakin tidak menyukai anak ini. Dia sangat merepotkan, mengatakan hal yang tidak sopan padanya, dan sepertinya dia selalu membuat repot orang tuanya dan senyumannya membuat Toru makin tidak suka. Toru berharap ini pertemuan terakhirnya dengan anak menyebalkan ini, meskipun kelak dia menjadi raja dia tetap tidak akan mau bertemu anak ini.

"Heika sudah saatnya kita kembali, matahari hampir terbenam. Denka pasti mengkhawatirkan anda". Pengawal mengingatkan raja.

"Ya, baiklah Katsuo, Misaki, Haru, kami harus kembali ke istana. Kapan-kapan kami akan mampir lagi kesini, bolehkan Haru?", "tentu Heika. Anda boleh kemari setiap hari", jawab Haru.

"Terimakasih Heika anda sudah mau datang kesini dan membawa Ouji-sama. Saya harap anda tidak kerepotan karna tingkah seseorang." katsuo menyampaikan kata-kata itu sambil melirik Haru yang tetap tersenyum.

Katsuo, Musaki dan Haru memberi hormat saat Fumio hendak pergi dan menuju istana.

"Ayah, aku tidak menyukai anak itu...". "Namanya Haru, Toru".

"Aku tidak peduli siapa namanya".

"Kau harus peduli, dia memiliki nama yang cantik". Sanggah ayahnya. "Tidak secantik itu. Aku tidak ingin bertemu dengannya lagi ayah".

"Kau harus mau Toru", "kenapa ayah sangat menyukainya?". "Kau juga harus menyukainya bukan". Toru kaget mendengar penyataan ayahnya.

"Aku tidak mau menyukainya, dia gadis yang jelek".

"Dia punya wajah secantik namanya Toru, dan kau harus menyukainya, karena dia akan menjadi rakyatmu bukan". Fumio mengakhiri perdebatannya dengan anaknya mengenai Haru  karna kalau tidak Toru akan terus mengatakan kalu dia tidak menyukai Haru.

Sikatsu No Tame Ni (For Life)Where stories live. Discover now