Tiga

0 0 0
                                    

Sekarang Toru hampir setiap hari belajar dan berlatih dan kemampuannya dalam memanah dan berpedang semakin baik.

Toru mengetahui baik apa yang sedang terjadi di istana begitupun ayahnya. Orang-orang membenci ayahnya, meracuni ayah dan ibunya. Sedikit demi sedikit racun dimasukkan kedalam makanan yang akan diberikan kepada orangtuanya.

Toru harus melakukan sesuatu, dia tidak bisa membiarkan orangtuanya tersakiti terus. Sebagai seorang anak yang masih berumur 8 Toru hanya bisa memperhatikan gerak-gerik orang di selitarnya. Ayahnya tidak pernah menjelaskan mengapa orang-orang itu melakukan hal buruk. Ayahnya hanya menyuruhnya diam dan memperhatikan yang terjadi. Ayahnya hanya bilang, jangan percaya orang yang ada di istana kecuali Goro-sensei.

Suatu saat, pikir Toru. Saat dia berumur 20 tahun, setelah posisnya sebagai putra mahkota diresmikan, dia akan menghukum balik orang-orang yang berbuat jahat kepada orang yang disayanginya.

****

"Ayah, apa kita hari ini akan ke istana?", Haru yang dibantu ibunya merapikan bajunya bertanya pada Katsuo. "Iya". "Apa ayah hafal setiap sudut istana?", "dulu iya, tapi ayah tidak tahu keadaan istana sekarang". Haru menjawabnya dengan oooohhh... Yang panjang.

"Ayah, apa kita akan bertemu dengan Heika? Apa kita akan bertemu dengan Toru? Apa kita akan bermain disana?", Haru memberondong ayahnya yang sedang memasang sendal jeraminya dengan pertanyaan. "Ya, ya, dan tidak".

Katsuo menatap Haru dengan penuh harap sambil mengatakan "Haru, jangan berbuat hal yang tidak-tidak di istana. Kau mengerti? Kita kesana bukan untuk bermain. Ada yang harus ayah lakukan di istana, kalau bukan Heika yang meminta ayah untuk mengajakmu, ayah tidak akan membawamu. Kau mengerti Haru?". Katsuo memberi penekanan disetiap pernyataan yang dia berikan pada Haru agar dia mengerti. "Baiklah ayah. Aku mengerti".

"Oka-san, kami pergi dulu, masaklah makanan yang enak saat kami sampai dirumah sore nanti". Haru hanya pergi berdua dengan ayahnya, karena ibunya harus menyiapkan dagangan untuk dijual besok pagi. "Baiklah Hime-sama. Hati-hatilah kalian dijalan", Misaki mengatakannya sambil memberi hormat kepada putri sulungnya, keluarga kecil ini memang sering bercanda solah-olah mereka adalah keluarga kerajaan, dan dibalas tawa oleh anak dan ayah itu.

Sampai digerbang istana, penjaga gerbang menanyakan keperluan mereka keistana. Katsuo mengeluarkan surat yang diberikan Heika padanya, lengkap dengan stempel kerajaan pada surat tersebut.

Salah satu pengawal kerajaan mengantar Katsuo dan Haru menuju kekediaman raja. Pengawal disana mengumumkan kedatangan Katsuo.

Katsuo masuk, dan langsung bersimpuh memberi hormat pada rajanya, dan diikuti Haru.

"Terimakasih Katsuo, kau sudah mau memenuhi undanganku dan datang bersama Haru", "tentu Heika, saya sangat merasa terhomat mendapat undangan dari anda".

"Haru bisakah kau menunggu diluar sebentar, ada yang harus ayah bicarakan dengan ayahmu". "Baik Heika". Ketika Haru berbalik kearah pintu Fumio melanjutkan "aku sudah meminta pengawal yang di luar untuk mengantarkanmu ketempat Toru".

"Benarkah Heika? Apa aku boleh bermain dengan Toru?", Haru menanggapinya dengan sangat bersemangat sampai ayahnya menoleh kebelakang dengan tatapannya yang tajam, yang langsung membuat Haru terdiam dan meminta maaf pada Fumio. "Haha, sepertinya ayahmu sudah memperingatkanmu Haru. Ya kau akan bertemu dengan Toru, tapi tidak untuk bermain. Mengerti Haru?". "Ya Heika".

Haru berjalan bersama seorang pengawal yang ditunjuk Heika menemaninya ketempat Toru, pengawal itu memiliki beberapa bekas luka di wajahnya. Haru ingin bertanya mengenai bekas lukanya, tapi dia menahan diri mengingat kata-kata ayahnya tadi.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 06, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Sikatsu No Tame Ni (For Life)Where stories live. Discover now