Bab 3 - SI ANAK HARAM

266 8 2
                                    




Di taman Istana yang luas, setiap jam 4 sore selalu terlihat pemandangan beberapa pelayan wanita yang menggunakan kain dikepalanya dan menggunakan sarung tangan yang sedang sibuk mengurus tanaman.

Di Pavilion di samping kolam yang ada di bagian barat taman, seorang anak perempuan terlihat duduk disana sambil memegang buku, namun mata gadis bermata biru dan berambut hitam itu sama sekali tidak ke arah buku tersebut, matanya memandang kosong ke arah pohon kesemek.

Melihat hal itu salah satu pelayan pun memetik satu buah kesemek dan membawakannya ke tempat gadis muda itu.

"Nona... "

Panggilan pelayan tersebut membuyarkan lamunan gadis muda itu. Langsung saja mata nya memandang ke arah pelayan yang menyodorkan buah kesemeknya. Gadis muda itu tampak kebingungan, namun dia tetap mengambil buahnya.

"Untukku? Kenapa?"

"Ku fikir anda menginginkan buah ini karena matamu tertuju kesana"

Gadis muda itu langsung tertawa kecil "Jangan bercanda bibi, kau tahu apa yang sebenarya ada di benakku"

Pelayan itu tersenyum, "Nona Valerie, sebaiknya anda tidak perlu memikirkan perkataan Tuan Putri,  Anda tahu dia seperti apa".

Valerie menghela nafasnya, "Meskipun begitu, tetap saja aku kesal karena dia menyebutku si pembawa sial".

"Kejadian dengan Tuan Edward itu bukan kesalahan Anda, hal itu karena memang Tuan Edward tidak mencintai nona Rosalia", kata si pelayan itu sambil mengelus kepala Valerie.

"Ya aku tahu, tapi tetap saja Rosalia fikir karena aku berbicara di pesta hari itu dengan Edward, dia langsung menolak tawaran untuk menikah dengan Rosalia".

"Siapapun pasti akan menolak menikah dengan wanita seperti itu, kecuali dia pria yang gila kekuasaan dan harta sepertinya"

Mereka berdua pun tertawa, namun tawa tersebut langsung hilang saat mereka melihat Panglima Mavi berjalan ke arah mereka berdua.

Setelah sampai di hadapan Valerie, langsung saja Mavi berkata, "Nona Valerie, anda diminta untuk datang ruang pertemuan"

"Sekarang? Aku? Kenapa"

"Anda akan tahu setiba Anda disana, Nona."

Mavi dan Valerie pun meninggalkan pelayan tersebut menuju ke ruang pertemuan. Suasana ruang pertemuan terlihat sangat dingin, apalagi beberapa orang yang ada disana terlihat memandang jijik ke arah Valerie. Tentu saja hal itu adalah hal yang biasa bagi Valerie, terutama Putri Rosalia yang selalu mencari masalah dengannya.

Setibanya di depan sang raja, Valerie lansung membungkukan badannya, "Ada apa Yang Mulia memanggil Hamba kemari?"

"Benjamin, Jelaskan kepadanya!" jawab Raja Ronald

Benjamin pun menceritakan tentang kedatangan Utusan dari Dark Circle, perjanjian yang dibuat oleh Raja Refaa serta penolakan dari Putri Rosalia untuk menikah dengan Pangeran Dark Circle kepada Violet.

"Jadi begitulah, karena Anda adalah putri dari Pangeran Altear, adik Yang Mulai Ronald, itu berarti Anda juga keturunan dari Raja Refaa dan secara otomatis Anda merupakan salah satu kandidat calon pengantin Pangeran dari Dark Circle"

Valerie terdiam hanya bisa diam dan memejamkan matanya sejenak sambil meresapi perkataan Benjamin.

Valerie menarik nafasnya dalam – dalam, "Secara tidak langsung,  Anda ingin meminta saya untuk pergi ke Dark Circle menggantikan Putri Rosalia, benar begitu?"

"Oh, Baguslah kalau Si Anak Haram ini mengerti!"

"Rosalia!", Dengan suara lantang Sang Raja menegurnya, "Cukup! Jangan sebut Violette seperti itu lagi. Dia juga Saudaramu!"

"Paman tidak pernah menikahi Pelayan itu. Karena itu Rosalia tidak salah menyebutnya sebagai Anak Haram, bukan?!" Bela Pangeran Jean.

Betapa senang hati Rosalia mendengar pembelaan kakakya untuknya. Melihat hal itu, Valerie pun tersenyum.

"Itu Benar Yang Mulia, apa yang di katakan Tuan Jean adalah kenyataan kalau Hamba hanyalah anak haram. Dan karena status hamba sebagai Anak Haram, nama hamba tidak pernah tercatat sebagai keturunan dari Raja Refaa." Matanya melirik ke arah Rosalia dan Jean. "Jadi rasanya agak aneh kalau hamba pergi dan menggantikan posisi penting ini untuk Putri Rosalia yang jelas – jelas tercatat sebagai keturunan Raja Refaaa."

Senyum di wajah Rosalia tiba – tiba berubah jadi masam, mata Jean langsung terbelalak melihat Valerie bisa menggunakan fakta itu sebagai senjatanya. Para mentri langsung saja saling berbisisk – bisik. Sedang Benjamin tertawa kecil, seakan – akan dia bangga akan pembelaan Valerie.

"Kau! Seharusnya kau beryukur sudah diizinkan tinggal di Istana ini!" jawab Rosallia dengan nada marah.

"Itu benar nona Valerie", Mentri gendut yang tadinya hanya diam kini angkat bicara, "Seharusnya Anda bersyukur karena kalau bukan Yang Mulia Raja Royyan, maka Anda tidak akan bisa tinggal di istana ini. Jadi Anda tidak seharusnya menolak"

"Itu benar Yang Mulia Royyan lah yang meminta kalau nona Valerie tetap di besarkan di istana, dan tidak ikut diusir keluar istana mengikuti ibunya, Castella. Karena bagaimanapun nona Valerie adalah darah daging anaknya. Namun seperti apa yang nona Valerie katakan, saat ini dia tidak tercatat sebagai keturunan kerajaan, Tuan Gerald", jawab Benjamin.

"Omong Kosong!"

"Cukup!", Raja Ronald langsung saja menghentikan perdebatan antara mentrinya dengan sang penasihat.

"Jadi Valerie, kau menolak untuk pergi ke Dark Circle?"

"Saya tidak pernah mengatakan kalau saya menolak Yang Mulia. Saya hanya mengatakan kalau seorang seperti saya tidak sepantasnya menerima posisi penting seperti ini"

"kalau begitu masukan saja namanya dalam pohon keluarga, dengan begitu dia tidak akan bisa menolak lagi!" Kata Pangeran Jean.

"Masalah tidak akan selesai hanya dengan memasukkan namanya tuan, saat namanya dimasukkan ke dalam keturunan Raja Refaa, maka nona Valerie dan ibunya akan diakui secara umum oleh masyarakat sebagai istri dan anak dari almarhum pangeran Altear. Selain itu kemungkinan akan ada keraguan dari masyarakat mengenai keluarga kerajaan dan mempertanyakan tentang Castella", sanggah Benjamin.

Rosalia langsung saja berdiri, "Ayah! Biar bagaimana pun aku tidak ingin kesana! Hidupku bukan untuk dihabiskan di lubang semut begitu saja!"

"Rosalia, tenaglah!" Suara lantang Raja Ronald membuat semua yang ada di ruangan itu terdiam. Rosalia pun hanya bisa menunduk tanpa berkata – kata lagi.

Setelah semuanya tenang, Mata Raja Raja Ronald langsung beralih ke arah Valerie. Dia memandang mata Valerie dengan tajamnya seakan – akan menunggu jawaban dari Valerie. Selama Mata Sang Raja dan Gadis itu saling bertatapan seluruh ruangan hening seperti membeku selama beberapa saat, sampai akhirnya gadis itu membuka suaranya.

Sebelum membuka suaranya, Valerie memalingkan matanya dari tatapan tajam nan dingin dari sang raja.

"Aku... Jika... Jika itu memang titah Yang Mulia, maka hamba tidak akan berani menolaknya".

Rasa Sedih terpancar di wajah Valerie, karena dia tahu inilah keputusan yang terbaik. Dan Valerie tak akan mampu melawan orang – orang yang ada disana.

Rosalia tersenyum dengan kemenangannya, "Jawaban Bagus"


CALOUTWhere stories live. Discover now