- 1 -

573 68 2
                                    

Amara tersenyum begitu melihat Rangga menunggunya di depan rumah. Wanita itu menepuk pelan bahu Rangga sehingga pria itu memasukan ponselnya ke dalam saku. 

"Udah siap?"

Amara mengangguk. Rangga membuka pintu mobil untuk mempersilahkan wanitanya masuk. Setelah itu mobil hitam miliknya melaju meninggalkan kawasan perumahan elit.

"Kamu jadi meeting-nya?" Amara menarik beberapa map yang tersimpan di atas dashboard. 

Rangga berdeham sebagai jawaban. "Jadwalnya harusnya besok, nggak tau kenapa minta jadi sekarang."

Amara mendengus. "Client kamu itu selalu nggak tau waktu ya, masa weekend gini masih ngurusin kerjaan sih."

Rangga terkekeh, sebelah tangannya terangkat untuk mengacak rambut Amara. "Ya aku juga nggak ngerti. Mungkin dia terlalu sibuk sampe ngambilnya weekend."

"Terus nanti aku di tinggalin lagi?" Amara merajuk. Pasalnya ini bukan kali pertama Rangga memotong waktu kebersamaan mereka demi bekerja.

"Nggak kok, client ku kali ini bawa anaknya. Jadi kamu ada temen lah."

Amara menoleh, "Anaknya laki-laki atau perempuan?"

Rangga menyipitkan matanya, "Kenapa emangnya?"

Amara mengulum senyum membuat Rangga tau maksud dari senyuman itu. 

"Ya kan--"

"--Aku harap sih perempuan," potong Rangga dengan cepat.

Amara terkekeh, "Laki-laki juga nggak papa kok."

Rangga menarik pipi Amara dengan cepat ketika mereka berhenti di lampu merah. "Kamu mau persentasiku hancur gara-gara ngawasin kamu terus hm?"

Amara mengusap pipinya, ia balas mencubit pipi Rangga dengan kedua tangannya. 

"Nggak masalah. Proyek kamu kan nggak yang ini aja. Kalau hilang satu nanti juga tumbuh seribu."

Rangga terbelak, "AMARA!!"

* * * 

Amara mengaduk-ngaduk minumannya tanpa selera. Matanya terfokus menatap Rangga yang sedang berbicara serius dengan clientnya. Sementara bibirnya udah mengerucut saking kesalnya hanya berdiam diri sudah hampir satu jam. 

Amara memang tidak sendiri, ia di temani oleh Syifa. Dia anak client Rangga. Dan perempuan itu sedari tadi memperhatikan Rangga membuat Amara tak nyaman.

"Kakak pacarnya Kak Rangga?" 

Amara menoleh ketika suara asing mengajaknya bicara. Ia menatap wajah remaja yang menatapnya penasaran. Sorot matanya berbinar dengan bibir tersenyum lebar.

Amara mengangguk dua kali, "Udah lama pacarannya?" 

Amara mengangguk lagi. 

"Kakak nggak bisa ngomong?"

"Heh?" Amara berseru ketika Syifa berbicara tak sopan padanya.

Syifa menyengir dengan wajah tak bersalah. "Makanya kalau ada yang ngajak ngobrol itu jawabnya pake suara, bukan anggukan aja."

Amara menatap Syifa dengan mata menyipit, bibirnya sudah akan menyumpah namun tidak jadi. 

"Udah berapa lama kak pacarannya?"

Beside YouМесто, где живут истории. Откройте их для себя