-Tiga belas-

7.4K 479 38
                                    


"Becca dirawat."

Refleks, David membulatkan matanya. "Hah? Kok bisa?"

"Lo sih lagian. Itu anak orang punya maag kronis. Udah parah banget tuh ampe dirawat. Tanggung jawab bego."

"Terus?"

"Di dalam ada kakak sepupunya. Gue kenal. Nanti lo bilang aja sama dia kalau lo pengen tanggung jawab dan mengakui semua kesalahan yang udah lo perbuat."

"Eh ini enggak murni kesalahan gue dong. Becca juga enggak bilang kalau dia ada maag," sahut David membela diri.

"Terus, pas dia bilang dia lapar, dia punya burung yang harus dikasih makan, lo enggak percaya? Udah, jangan egois Dav. Masuk sana. Bentar lagi Evan, Megan, sama Atha datang."

David menenggguk salivanya susah payah dan dadanya bergemuruh kencang. Bukan ketemu calon mertua woi, sans aja!

"Misi 'Kak."

"Ya? Eh Leon. Tadi katanya mau pulang?"

"Oh enggak, Kak. Ini ada temennya Leon, namanya David."

David tersenyum ke arah Inez dan Iris. "David 'Kak."

"Blasteran mana, Dav?" tanya Iris frontal.

"Indonesia-Inggris 'Kak. Memang kenapa ya?"

Iris tertawa pelan. "Oh, enggak apa-apa. Btw mau jenguk Becca ya?"

"Eh, hmmm... anu Kak..."

"David mau tanggung jawab, gara-gara dia Becca telat makan."

David membesarkan matanya ke wajah Leon. To the point banget anjir lah!

"Oh, gara-gara kamu?" ucap Inez dengan nada meninggi namun dibalas senyuman oleh Iris.

"Ya udah lah. Kamu tungguin Becca dulu ya. Kakak sama Iris mau keluar sebentar. Oke?" sambung Inez yang menarik lengan Iris dan Leon.

David duduk di samping ranjang tempat Rebecca terbaring. Wajahnya begitu pucat, bibirnya tak berwarna, dan wajahnya berbeda dari biasanya.

Rebecca menerjapkan matanya berulang kali memperjelas pengelihatannya. "Lah, lo di sini?"

"Iya. Lo kenapa enggak bilang punya maag sih? Nyusahin tau enggak!"

"Apanya? Lah, lo nya juga lagian main tarik-tarik gue. Orang minta makan bukan dikasih malah enggak jelas gitu. Kenapa lo?"

"Hah? Adanya elo yang kenapa. Ribet banget jadi cewek."

"Oy Mas, jadi orang yang jelas sedikit dong. Sumpah lo enggak jelas banget sih," kata Rebecca dengan suara paraunya.

Pintu kamar terbuka sedikit dan seorang suster masuk ke dalam membawa semangkuk bubur dan air putih hangat. "Mbak waktunya makan ya, tadi buburnya beli di depan kok bukan bubur rumah sakit."

"Oke, Mbak biar saya aja yang ngurusin. Makasih ya," jawab David.

David meletakkan nampan itu di atas meja dan beranjak berjalan ke wastafel. Ia mencuci tangannya sebersih mungkin dengan sabun cuci tangan yang tersedia di wastafel. "Lo harus makan Becc. Minum obat biar cepet sembuh. Minggu depan ada pertandingan."

"Pertandingan apaan? Gue ikut eskul aja enggak."

"Gue sih yang tanding," kata David terkekeh, "lo harus temenin gue."

"Lah, ogah. Mending gue sakit aja kalau begitu."

"Dih jangan dong, ayolah Becc. Gue disalah-salahin mulu tuh sama Leon. Makan gak?!"

ShiverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang