-Tiga Puluh Lima-

4.8K 358 9
                                    


David diam menyaksikan kepergian Rebecca yang penuh emosi. Ia menoleh ke arah Megan dan temannya itu mengangkat bahunya.

"Lo ikut gue," kata David yang langsung menarik Megan menuju motornya.

Ia mengendarai motornya menuju kedai teh Thailand yang letaknya tidak jauh dari sekolahan. Mereka langsung duduk berhadapan dan saling menatap dalam diam.

"Kenapa dia bisa marah?"

Megan diam.

"Kenapa dia bisa marah?" tanyanya sekali lagi.

"Semua salah gue."

David menatap Megan bingung. "Jelaskan."

Megan menarik napasnya dalam-dalam serta mengumpulkan banyak keberanian agar siap menerima semua konsekuensi yang telah ia lakukan.

"Gue ngehilangin data yang ngebuktiin kalau Sarah salah," katanya sedikit gemetar.

Megan pun dapat mendengar jika gigi di dalam mulut David itu bergemelatuk keras. "Maksud lo apa?"

"Gue iri sama dia. Gue iri sama dia yang bisa buat Leon suka sama dia. Gue iri karena dia bisa dapatin lo. Dia yang baru kenal lo beberapa bulan dan udah berhasil jadi tunangan lo. Sarah bilang kalau gue juga berhak untuk dapatkan apa yang gue mau. Dia juga bilang, dengan gue ngehilangin bukti itu, Sarah bisa balaskan dendamnya dia."

"Sarah lagi?"

"Iya. Sarah anaknya selingkuhan bokap lo."

"David?"ucap seseorang dari belakang Megan dan membuat David membulatkan matanya.

"Papa?"

💖💖💖

"Siapa yang kalian maksud tadi?"

Sekarang, orang yang David sebut 'Papa' duduk di antara Megan dengan dirinya.

"Semua ini udah kayak drama, Pa. Semua terjadi seperti ada skenarionya. Enggak masuk akal," jawab David.

"Jelaskan siapa yang kalian maksud!"

"Sarah. Anak selingkuhan Papa itu, anak yang udah ngerebut kebahagiaan David dengan seenaknya berniat menghancurkan David sama tunangan David.

Dia yang udah bikin Mama hampir gila, David yang hampir kehilangan kesadaran. Dia yang udah buat semua hancur berantakan, termasuk Ibunya. Orang yang Papa bawa ke rumah waktu itu."

"Apa maksud kamu, hah?"

"Dia. Dia berencana balas dendam ke David dengan alasan karena Papa udah ngerusak kebahagiaannya dia," jawab David lantang.

"Maaf Om mencela. Apa boleh saya menambahkan?"

"Silahkan."

"Oh, maaf. Bukan saya yang menambahkan. Tapi tunangannya David bersama sepupunya."

"Tunangan?"

David tertawa hambar dan menatap orang tua itu dengan sinis. "Bahkan Papa sendiri enggak tahu kalau anaknya tunangan. Apa Papa masih pantas David sebut sebagai pahlawan David?" katanya lalu terdiam. "Kayaknya enggak."

"Besok siang ke kantor Papa."

"Bahkan David enggak tahu kantor mana yang Papa maksud. Terlalu banyak perusahaan yang Papa urus sampai anak Papa satu-satunya ini lupa."

"Papa kirim alamatnya ke kamu nanti. Bawa sekalian tunangan kamu dan sepupunya itu."

💖💖💖

Rebecca menoleh ke belakang dan tidak mendapati David yang mengejarnya. Padahal, perempuan seperti itu. Bersikap ngambek di depan hanya untuk mendapatkan sebuah perlakuan yang biasa disebut 'perjuangan'.

ShiverWhere stories live. Discover now