19. Your Smile (Sungjae)

101 18 8
                                    

Seoul, 25 September 2017

Savitriii!

Apa kabar? Wah, kita sudah benar-benar sangat sangat saaaangat lama sekali tidak bertemu ya!

Setelah kepindahanmu waktu itu, aku sama sekali tidak mendengar kabarmu lagi. Ya, kau lupa dengan teman sebangkumu yang tampan ini, ya?

Kalau boleh jujur, aku agak sakit hati ketika mendengar kabar kepindahanmu dari orang lain. Kau benar-benar tidak menyukaiku sampai sebegitunya? Selama hampir dua tahun duduk bersamamu, kupikir aku sudah berhasil meluluhkan hati kerasmu itu.

Ani, maksudku bukan meluluhkan dalam maksud tertentu, aku hanya.. yah.. kau tahu maksudku.

Bodoh, tentu saja kau tidak tahu.

Vit, dua tahun ini kau tidak hanya menemaniku duduk bersama di dalam kelas, tapi kau juga menemaniku menghabiskan dua tahun masa paling hebat yang pernah aku rasakan.

Semua itu karena ada kau.

Rambutmu yang selalu tergerai menutupi sisi wajahmu adalah pemandangan paling cantik untukku. Meski kau jarang menoleh padaku—hanya beberapa kali, ketika pulpenmu jatuh, atau ketika kau harus membagikan kertas ujian—tapi sungguh, sisi wajahmu saja sudah membuat hatiku berdesir.

Kadang, ketika kau sedang sangat serius, kau akan menyelipkan rambutmu di balik telinga. Mata indahmu yang terfokus pada kertas di hadapanmu, ujung pulpenmu yang sering kau gigit-gigit, dan gerakan tanganmu yang lembut saat membalik buku.

Kadang juga, helai rambutmu membandel. Dia sering keluar dari balik telingamu, membuat tanganku gatal ingin kembali menyusupkannya.

Ups, maafkan kelancanganku. Tapi sungguh, mataku rasanya tidak bisa lepas darimu setiap kali kau bergerak. Setiap kau tersenyum dan bercerita heboh dengan sahabatmu. Meski kau tidak pernah satu kalipun menatapku, mata ini hanya melihatmu, Vit.

Mungkin hanya satu kali kau benar-benar bersikap baik dan manis padaku. Saat itu hujan deras menyapu sekolah. Aku yang menyukai hujan membiarkan jendela di sampingku terbuka, meski yang lain menutupnya rapat-rapat. Tapi tiba-tiba aku merasakan tangan yang menarik pelan lengan bajuku.

Aku menoleh dan melihatmu, menggigil kedinginan. Tanpa perlu berkata-kata, aku langsung menutup jendela dengan sekali sentak. Aku cukup panik saat itu, karena aku lupa kau tidak kuat dingin.

Kau kaget? Bahwa aku tahu kau tidak kuat udara dingin? Tanpa perlu kau katakan pun aku tahu, Vit. Segala tentangmu, aku tahu.

Lalu, mungkin.. Mungkin yang paling membuatku yakin bahwa aku benar-benar menyukaimu adalah responmu saat itu. Kau tersenyum kecil, mengangguk dan berkata, "Terima kasih, Sungjae-ya."

Saat itu, aku hanya bisa merasakan kehangatan menjalar di setiap inci tubuhku. Sedingin apapun cuaca sore itu, aku tidak bisa merasakannya. Yang kutahu hanya, aku harus melihat senyum itu, setidaknya sekali lagi.

Tapi kau sudah pergi sebelum aku sempat melihat senyum itu. Atau setidaknya sempat mengatakan sesuatu.

Vit, kau mungkin akan terkejut ketika membaca ini. Tapi kau harus tahu, bahwa aku bukan hanya seorang Yook Sungjae yang nakal dan cuma bisa cengengesan saja. Ada satu sisi diriku yang mendadak berubah total jika itu menyangkut kau. Sisi diriku yang lain.. yang rasanya ingin selalu bersikap romantis dan gentle. Keinginan untuk melindungimu, menjagamu.. yah, begitulah.

Sesungguhnya, aku tidak pernah tahu kenapa kau tidak menolak ketika dipasangkan duduk denganku, meski bisa saja kan, kau meminta bangku lain. Kim ssaem tidak akan pernah menolak permintaan murid berprestasi sepertimu. Aku juga tidak pernah tahu kenapa kau terlihat sangat alergi jika terpaksa harus bicara denganku.

Meski aku tidak pernah tahu semua alasan itu, aku tetap bersyukur karena kaulah yang duduk di sampingku, bukan orang lain. Dan meski kau tiba-tiba pergi, tanpa berpamitan padaku—yah, mungkin aku memang tidak penting, ya—tapi aku juga tetap bahagia.

Karena itu kau, Savitri.

Jadi, terimakasih banyak untuk dua tahun yang sudah kau lewatkan dengan duduk bersamaku. Aku hanya berharap kau baik-baik saja saat ini. Terimakasih banyak.

Tertanda,
aku yang merindukan senyummu,


Yook Sungjae.

Tertanda, Aku. ✔Onde histórias criam vida. Descubra agora