UNFORGOTABLE (16)

43.5K 1.8K 4
                                    

-Ketika memori masa laluku bersamanya selalu berputar di pikiranku, aku merasa iri dan pengecut karena tidak dapat menggapainya lagi.-

°°°°°

Waktu istirahat sudah tiba, saatnya para siswa untuk mengisi perut mereka yang mulai keroncongan. Namun, tidak dengan gadis berambut coklat itu. Dia lebih memilih menghabiskan waktu istirahatnya untuk bermain basket di lapangan.

"Cait? Cait? Caitlin?" teriak Stella dari pinggir lapangan.

"Sih Caitlin enggak capek apa yah main basket sendirian terus panas - panasan kayak gitu?" tanya Rachel.

"Auuh aah... Cait? Cait? Kantin yuk!" ujar Stella sambil melangkah mendekati Caitlin di tengah lapangan. Namun, Caitlin tetap tak menjawabnya.

"Cait?" panggil Stella kesal lalu merampas paksa bola basket dari tangan Caitlin.

"Apa sih Stella?" tanya Caitlin malas.

"Ayo ke kantin! Lo harus makan!" ujar Stella.

"Iya, Cait kantin yuk! Daripada lo panas - panasan disini. Mending makan, lo kenyang." ceplos Rachel.

"Gue enggak laper. Gue pengen main basket. Sini balikin bolanya!" jawab Caitlin.

"Susah juga yah ngebujuk lo. Ya udah nih. Tapi, kalo lo berubah pikiran susul kita aja ke kantin" kata Stella dan Rachel hanya manggut - manggut.

"Hm"

Caitlin kembali mendribble bola basket itu, lalu memasukan bola itu ke ring. Dan begitu seterusnya, sampai ia merasa lelah. Ia berdiri membungkuk memegang kedua lututnya dengan napas terengah - engah dan keringat bercucuran di wajah dan tubuhnya. Lalu, muncul sebuah tangan yang menyodorkan sebotol air mineral di hadapan gadis itu. Dengan cepat, Caitlin menoleh kearah pemilik tangan itu, ia mendapati Davin sedang berdiri di hadapannya dengan memegang sebotol air.

"Kak Davin?" panggil Caitlin sedikit tak percaya.

"Ini buat kamu. Habis main basket pasti haus." ujar Davin datar.

"Hmm.. Iya. Makasih ka" jawab Caitlin malu - malu.

"Oh iya, permainanmu bagus juga. Bahkan lebih bagus dari Jasmin." puji Davin.

"Masa sih kak? Emangnya Jasmin jago banget yah basketnya?" tanya Caitlin penasaran.

"Iya, kebetulan dia itu kapten tim basket sekolah ini." jawab Davin datar.

"Oh iya? Ter---" ucapan Caitlin terpotong saat seseorang menarik paksa tangannya.

"Ngapain lo? Lepasin!" dengus Caitlin.

"Enggak" jawab orang itu.

"Ihh, tapi gue masih mau ngomong sama kak Davin. Lo apa - apaan sih?" tukas Caitlin kesal.

"Ikut gue!" ajak orang itu. Caitlin berusaha berontak namun tetap saja ia tidak bisa melepaskan tangan orang itu.

"KAK DAVIN? Lanjut nanti aja yah ka ngobrolnya. Makasih airnya." pamit Caitlin dan Davin hanya menaikan alisnya heran.

"Lo mau bawa gue kemana? Hah?" tanya Caitlin dengan suara yang meninggi. Namun, orang itu hanya diam dan tetap menarik paksa tangan Caitlin.

"WOI! JAWAB DONG JANGAN DIEM AJA. LO BUDEK?" bentak Caitlin dengan sedikit berteriak. Orang itu tetap diam dan tak menunjukan ekspresi apapun.

"DAVID?" teriak Caitlin dan orang itu menghentikan langkahnya. " Lo mau bawa gue kemana? Hah? Tangan gue sakit." ujar Caitlin sedikit meringis.

David menghentikan langkahnya, dan melepas tangan Caitlin yang mulai memerah. Lalu, laki - laki itu pergi meninggalkan Caitlin tanpa berbicara sepatah kata pun. Caitlin menatap bingung sekaligus jengah dengan sikap David yang kasar dan aneh.

𝐒𝐔𝐑𝐕𝐈𝐕𝐄 (𝐄𝐍𝐃) Where stories live. Discover now