(39) B

41.9K 1.5K 15
                                    

~Sekuat apapun aku mencoba untuk membenci kalian, sekuat itu juga hatiku menolaknya~

°°°°°

Caitlin masih terdiam di tempatnya tanpa pergerakan sedikitpun. Tubuhnya seolah kaku dan sulit untuk digerakan. Pelukan itu terasa hangat, namun luka di hatinya kembali menganga setelah ia bersusah payah untuk menyembuhkan luka itu.

Kenan, Diana, Alan, Joshua, dan Catherine melepaskan pelukan mereka dari tubuh Caitlin. Caitlin hanya menatap lurus ke depan dengan tatapan kosongnya tanpa mempedulikan keluarganya yang berdiri di sampingnya.

"Cait?" panggil Diana lembut. Caitlin berusaha menulikan pendengarannya sejenak. "Cait? Mommy minta maaf. Mommy minta maaf atas semua kesalahan yang Mommy perbuat ke kamu" lanjutnya. Caitlin mendengar itu hanya tersenyum mengejek.

"Gampang sekali bukan untuk kalian meminta maaf. Tapi, apa kata 'maaf' bisa mengembalikan HATI yang sudah hancur? Apa bisa?" ketus Caitlin dengan menekankan kata 'hati'. Caitlin masih menatap lurus ke depan tanpa melirik orang yang berbicara padanya. Ia seperti menghindari tatapan dari orang - orang yang ada di sekitarnya saat ini.

"Cait? Berhentilah untuk bersikap seolah kau membenci kami! Kami tahu kau tidak pernah membenci kami sedikitpun" Alan menimpali.

"Ckck,,, atas dasar apa kalian berpikir seperti itu? Apa yang selama ini kalian lakukan padaku, apa itu tidak bisa membuatku membenci kalian? Kalian salah! Aku tidak sebaik yang kalian pikirkan. Aku sangat membenci kalian sejak malam itu. Malam dimana aku dipermalukan, dicampakan. Kalian seharusnya berpikir! Kenapa aku pergi? Kenapa aku menghilang? Kenapa aku kabur? Seharusnya kalian mencari tahu! Tapi apa? Semuanya nihil, kalian bahkan tidak peduli. Terkadang aku bertanya - tanya pada diriku sendiri sebenarnya aku ini anak dari keluarga kalian atau bukan?" ujar Caitlin sambil memejamkan matanya dan kembali merasakan rasa sakit itu.

"Tolong hentikan! Jangan katakan itu! Kamu adalah anak kami, darah daging Mommy dan Daddy" sergah Diana cepat.

"Lalu kenapa kalian selalu mengabaikan aku? Kenapa? Aku juga anak kalian! Aku butuh perhatian dan dukungan dari orang tuaku. Tapi, tidak pernah aku mendapatkan itu sedikitpun! Seolah kedua orang tua ku sudah mati!" bentak Caitlin sambil menatap kedua orang tuanya penuh amarah. "Kenapa? Jawab! Ckck,, oh aku tahu. Kalian melakukan itu sebagai balas dendam dan hukuman bagiku bukan? Hukuman atas kesalahan yang tidak aku perbuat? Hukuman karena telah membuat kesayangan kalian buta dan suamimu koma selama satu minggu? Oh iya? aku hampir lupa kalo aku ini hanya ANAK PEMBAWA SIAL di keluarga kalian? Bukankah begitu Tuan & Nyonya Gibson? Aku benar kan?" lanjutnya. Itu membuat keluarganya merasakan sebuah batu besar menghalangi napasnya. Sesak.

"Cait? Daddy minta maaf, nak. Daddy mohon maafkan Daddy yang sudah menamparmu dan membentakmu malam itu. Daddy benar - benar menyesal, Daddy mohon!" seru Kenan akhirnya. "Kami datang kesini untuk meminta maaf padamu. Tolong beri kami satu kesempatan lagi untuk bisa membahagiakanmu!" tambahnya memohon.

"Kesempatan? Bahkan aku sudah terlalu sering memberikan kalian kesempatan tapi selalu kalian sia - siakan" cela Caitlin membuat Kenan dan Diana tertohok.

"Cait? Please!. Kita emang enggak pantes dapet maaf dari kamu, tapi tolong beri kita kesempatan satu kali lagi. Hanya satu kali. Kita janji untuk memperbaiki semuanya. Please!" pinta Joshua dengan mata yang memerah. Caitlin hanya memejamkan matanya dan menghela nafas panjang untuk menetralkan nafasnya yang memburu.

Didetik berikutnya, Caitlin merasakan rasa sakit itu dan mulai menjalar ke seluruh anggota tubuhnya. Caitlin tak bersuara. Keluarganya hanya terdiam menatap Caitlin yang masih enggan bersuara. Sampai terdengar suara rintihan tertahan yang bersumber dari Caitlin. Kini wajah gadis itu mulai dipenuhi peluh dan memucat.

𝐒𝐔𝐑𝐕𝐈𝐕𝐄 (𝐄𝐍𝐃) Where stories live. Discover now