Chapter 2

1.5K 173 14
                                    

2

"Menghubungi Ibumu?"

Kyuhyun yang baru saja meletakan gagang telepon diruang keluarga Changmin mengangguk singkat. Pemuda itu berjalan menuju sofa, kemudian mendudukan dirinya dengan nyaman disana. Changmin yang baru saja datang dengan beberapa makanan ringan ditangannya, mengikuti langkah Kyuhyun, kemudian mendudukan dirinya disamping Kyuhyun.

"Ada apa?" tanyanya kemudian. "Ibumu tak mengijinkanmu menginap?" itu pertanyaan bodoh, Changmin tahu itu, tapi entah mengapa ia tetap menanyakan hal itu pada Kyuhyun yang tengah berpikir.

Kyuhyun melirik Changmin, "Ada yang tidak beres" katanya. "Suara Ibu aneh. Dan—Ibu malah menyuruhku menginap beberapa hari dirumahmu" lanjutnya.

Changmin mengernyitkan dahinya. Nyonya Kim memang tak pernah melarang Kyuhyun menginap dirumahnya karena Ibu sahabatnya itu tahu betul bagaimana kondisi keluarganya. Tapi menyuruh Kyuhyun menginap, rasa-rasanya tebakan Kyuhyun tentang ada yang tidak beres itu benar. Ia mengenal Nyonya Kim, wanita cantik itu bahkan selalu khawatir pada Kyuhyun –bahkan untuk sesuatu yang tidak pantas untuk dikhawatirkan. Kadang itu membuatnya iri.

"Pulanglah"

"E?"

"Kau bilang ada yang tidak beres. Jadi cari tahu sana!"

"Tidak perlu. Ibu pasti akan memberitahukan padaku jika ada sesuatu yang penting. Jika dia belum memberitahu—mungkin dia belum siap memberitahukannya padaku"

Oke, Changmin juga berpikir seperti itu. Ibu Kyuhyun punya pemikiran yang sama seperti Kyuhyun, karenanya mudah bagi Kyuhyun membaca situasi jika berhubungan dengan Ibunya. Dan lagi-lagi Changmin merasa iri pada Kyuhyun –pada keluarga Kyuhyun.

"Aku iri padamu" Changmin mulai mengunyah kentang goreng yang baru saja dibawakan seorang maid. "Kau punya pemikiran yang sama dengan Ibumu. Dan—jangan bilang lagi Ibumu adalah Ibuku. Aku sudah tahu" Changmin mendelik pada Kyuhyun yang sudah membuka mulutnya hendak menyanggah.

Kyuhyun terkekeh, nyatanya Changmin bisa menebak apa yang akan dia ucapkan jika pemuda itu mulai mengeluh iri padanya. Tentu saja. "Aku akan menginap seperti yang Ibu minta. Aku anak baik kan?" katanya dengan nada bangga.

"Tsk—berhenti omong kosong Cho. Kau hanya menghindari hyung menyebalkanmu itu" Changmin berdecak. "Kau marah, tapi tak tahu harus bagaimana, karena itu kau memilih menyingkir untuk sementara"

Kyuhyun mengabaikan ucapan Changmin. Pemuda itu mengambil snack dari atas meja, memakannya tanpa nafsu. Itu benar. Apa yang diucapkan Changmin itu benar. Ia marah. Ia ingin sekali memukul kakaknya itu. Tapi—hubungannya dengan sang kakak tidaklah baik. Bahkan bisa dibilang seperti ada sekat pembatas yang bahkan dia tak bisa lewati. Padahal ini sudah tahun kelimanya menjadi bagian dari keluarga Kim. Tapi itu masih belum cukup ternyata untuk Kibum membuka hati untuknya.

"Ayo main game, sepuasnya"

***

Kim Hana meletakan gagang telepon dengan tangan gemetar. Diedarkannya pandangannya mengitari isi ruang keluarga. Satu yang dilihatnya. Berantakan. Wanita setengahbaya itu menghela nafas, Tuan Kim yang melakukannya tadi. Pria itu membanting semua yang ada didepannya ketika mendengar ucapan Nyonya Kim.

"Astaga—Kibum-ie!"

Nyonya Kim terkejut ketika melihat Kibum sudah berdiri diujung tangga dengan wajah datarnya. Nyonya Kim tersenyum, mencoba memperlihatkan pada Kibum bahwa semuanya baik-baik saja. Ya. Nyonya Kim tahu pasti bahwa Kibum bisa saja mendengar semuanya. Meski wanita itu berharap Kibum mendengarkan musik saja seperti biasanya.

My BrotherWhere stories live. Discover now