Tiga Filo

134 5 0
                                    

"Stres banget gue!" Gino menghela nafas sembari mengacak rambutnya.

"Masalah ekskul?" tanya Sofi. Mereka berjalan beriringan di sepanjang koridor sepulang sekolah.

"Sebagian alat musik rusak karna atap ruang band yang bocor," jawab Gino dengan lesu. "Kek gini gimana mau menang lomba band tingkat SMA..."

"Kenapa OSIS gak adain bazar?" usul Sofi yang ikut prihatin.

"Itu dia, mulai besok seluruh ketua ekskul bersama anggota OSIS mau rapat." Gino memberi jeda, lalu mengehela nafasnya. "Gue juga bakal jarang ketemu bahkan pulang bareng sama lo. Gapapa kan?" Ujar Gino sembari memberikan helm kepada Sofi saat mereka tiba di parkiran.

"Biasa aja kali, lo kan bukan sopir gue," jawab Sofi sembari tertawa geli, lalu memasang helmnya.

"Yakin?" Gino memastikan. Namun Sofi tidak menjawab. "Sofi?!" tanya Gino lagi.

Audy membuka kaca helmnya, "Apa?"

Dengan geram, Gino langsung menjitak kening Sofi. "Telinga lo gak peka banget sih. Kayak hati lo." Gino langsung naik ke atas motornya. Sedangkan Sofi masih terdiam dengan pikirannya.

"Kok gue di jitak, ya?" gumamnya.

                                                            ♤♡♤

"Jangan lupa lo ntar malem," ujar Didit sambil meraih helm motornya.

"Udah sepuluh kali lo ngomong gitu, Dit. Sekali lagi lo bilang, gak dateng gue," ancam Rangga.

"Ya elah, lu masih sepuluh kali. Lah gua? Gak pagi, siang, bahkan tengah malem lu bedua nelpon gue. Cuma untuk ingetin kalo waktunya gue yang traktir, udah kayak rentenir," kesal Didit. Dio dan Rangga hanya tertawa geli.

"Wajar dong, porsi lo tuh empat kali lipat dari porsi-porsi kite," ujar Dio. Mendengar itu, Didit ikut tertawa. Namun beberapa saat, tawa Didit pudar saat matanya tertuju tepat ke arah belakang Rangga. Merasa bingung, Rangga membakikkan badannya dan seketika wajahnya menjadi datar.

"Kayaknya kita bedua dluan deh, Rang," ujar Dio sembari naik ke atas motornya. Didit menganguk setuju dan menghidupkan mesin motornya. Rangga tersenyum tipis saat melihat Dio dan Didit yang sudah pergi.

"Bram, gue mau nanya sama lo," sahut cewek tersebut.

"Nama gue Rangga bukan Bram," jawab Rangga dengan nada dingin, lalu meraih helmnya. Cewek tersebut menghela nafasnya berat.

"Bener lo yang mukul Rafi sampai bibirnya berdarah?" tanya cewek tersebut dengan nada serius.

"Lo kesini cuma mau nanya itu doang?" Rangga melirik cewek tersebut lalu naik ke atas motornya.

"Berarti bener," ujar cewek tersebut.

"Gak akan ada yang terluka, bila semua hal ada penyebabnya." Hanya itu yang Rangga jawab. Ia langsung menghidupkan mesin motornya dan melaju meninggalkan Dinda yang terdiam.

                                                     ♤♡♤

"Sori gue gak bisa jenguk bokap lo," ujar Gino lalu menerima helm dari tangan Sofi.

"Iya," jawab Sofi.

"Kalo bokap lo dah siuman, kabarin gue langsung, ya," ujar Gino sembari menghidupkan mesin motornya. Sofi menganguk tersenyum. Ia melambaikan tangannya saat Gino pergi. Dengan semangat, ia berjalan masuk ke dalam rumah sakit. Ia segera menuju ruang inap papanya. Namun Audy bingung, ruangan tersebut kosong. Perasaan Audy mulai tidak enak. Ia segera keluar dari ruangan dan mencari seorang suster.

FiloSofiWhere stories live. Discover now