time flows

7.2K 415 25
                                    

Lima bulan kemudian...

"Madlyn, jadi pacar gue ya?"

Semua orang yang mengelilingi mereka di tengah lapangan menahan napas akibat permintaan itu. Beberapa ada yang menelan ludah, berdoa, dan berharap semoga Madlyn mengatakan tidak dan segera menampar cowok itu. Mereka tidak rela idolanya dimiliki oleh orang lain.

Madlyn melihat ke dalam mata cowok itu dan menemukan sebuah kesungguhan di sana. Di tangannya, terdapat sebuah bunga mawar putih. Madlyn menyukai mawar merah. Cowok itu bahkan tidak berlutut, layaknya cowok sejati bagi Madlyn. Caranya meminta Madlyn untuk menjadi pacar juga kelewat norak.

Nggak bisa pakai bahasa Inggris apa?

Kejengkelan itu muncul dalam hati gadis yang sekarang menjadi orang nomor dua di SMA Brighten, yang sudah dikenal orang-orang karena kecantikan dan kekuasaannya. Cowok dihadapannya ini, tidak seperti ekskpektasinya. Namun, tak apa-apa, ia tidak akan melewatkan orang yang sudah susah payah ia dapatkan sejak lama.

"Iya."

Satu jawaban singkat itu membuat gemuruh kerumunan itu menjadi-jadi. Lemas lutut beberapa gadis yang berharap cowok itu akan ditolak. Beberapa shipper sejati mereka langsung mengeluarkan spanduk, entah dari pihak siapa, laki-laki atau perempuan.

Congratulations Goldie and Maddie!

💀

"Makan dulu supnya, Gre."

Gadis itu tersenyum kemudian melakukan apa yang diperintahkan lelaki di depannya itu. Ia memakan supnya dengan keyakinan yang penuh bahwa sup itu sama saja seperti sup-sup yang dibuatkan Randy sejak empat bulan yang lalu. Sejak di mana Randy menemukan dia sakit.

Randy menatap gadis itu gemas, kedua pipinya tetap memacarkan rona merah jambu. Rambutnya kini sudah berbentuk, tidak seperti lima bulan yang lalu. Grettanya sudah kembali seperti yang pernah ia tahu.

"Elle mana? Tumben banget nggak bareng sama lo."

Gretta mengikat rambutnya menjadi kuncir kuda dan berpikir kemana sahabatnya itu pergi. "Biasalah dia lagi ke ruang guru, minta uang sama nyokapnya."

Randy mengangguk tanda mengerti. Lelaki itu melihat arlojinya dan menatap Gretta yang sedang menghabiskan sup buatan Randy yang setiap hari dibuat khusus untuk gadis itu. Sejak insiden itu, Randy menjadi begitu protektif pada Gretta.

"Sebentar ini gue mau ada meeting sama klien, tentang bisnis gue yang di luar. Lo nggak pa-pa kan gue tinggal sendiri?"

Gretta menengadah dan menatap Randy, merasa tidak percaya akan sikap cowok itu yang masih saja berlebihan. "Walau pun gue baru tujuh belas tahun empat bulan lagi, gue udah gede, bang, gue bukan anak TK."

Lelaki berusia dua puluh tahun itu terkekeh dan mengacak rambut Gretta gemas. "Ya udah gue pergi, hati-hati ya lo. Jaga diri. Rambut tuh tumbuhnya lama. Jangan biarin digunting lagi sama ad.."

"Awh!" Randy meringis saat Gretta menendang tulang keringnya.

"Cerewet lo kaya ibu-ibu."

Ditengah ringisannya Randy mendecak kesal. Ia kemudian pergi dan Gretta menatap punggung lelaki itu yang semakin lama hilang ditelan tembok yang memisahkan kantin dengan koridor.

Gadis itu tersenyum dan mengucapkan syukur karena Randy selalu bersama dengan dia melewati masa-masa sulitnya. Di saat orang-orang menjauhi dan menganggap dia mati, laki-laki itu menemani dan menyemangati dia agar tetap hidup.

"Woy!"

Suara bass Elleanor Uniktya mengejut Gretta yang tadinya melamun sambil tersenyum. "Senyum aja terus sampai kesambet!" Sindirnya kemudian mengambil sendok Gretta dan memakan sisah makanan sahabatnya itu.

Goldie vs GrettaWhere stories live. Discover now