🌸🍃BAGIAN 8🍃🌸

17K 952 5
                                    

"silahkan bapak tanda tangan disebelah sini,"

Tanpa membaca dan mengoreksi dibagian mana yang harus ia coret untuk membuat tanda tangan, Syam langsung saja mendatanganinya, sementara sekretarisnya membulatkan matanya dengan agak sedikit terkejut,

"maaf pak Irsyam, bukan yang disitu yang harus bapak tanda tangani, tapi disebelah sini." Kata sekretarisnya lagi, sedangkan Syam ikut mengikuti apa yang ditunjukan oleh sekretaris itu, benar saja, dia menandatangani dikolom kepala divisi, bukan direktur perusahaan.

Sejenak Syam menghela napas lalu menutup dokumen itu, "bawa lagi dokumen ini dan ketik yang baru. Akan saya tanda tangani nanti."

Lalu wanita yang berdiri didepan mejanya yang menjabat sebagai sekretaris Syam itu mengambil berkas-berkas yang sudah dengan susah dibuatnya dan sekarang dia harus membuat lagi yang baru karena kesalahan atasannya, tapi untuk protes pada atasannya ia tidak akan berani.

"Maaf pak Irsyam, saya rasa pada saat meeting bersama klien tadi bapak juga terlihat tidak konsentrasi, mereka menganggap bapak kurang profesional pada saat menjelaskan presentasi tadi, tapi untung saja beberapa menejer mereka tidak terlalu mengambil keputusan. Saya tidak tau apa yang bapak pikirkan, tapi saya mohon untuk bapak tetap konsntrasi. Maaf saya lancang pak, tapi bukankah bapak sendiri yang bilang supaya kita tidak kehilangan investor untuk kedua kalinya lagi?"

Syam memijit keningnya dan masih mendengarkan sekretarisnya itu bicara, apa yang Vera-sekretaris itu ucapkan memang ada benarnya juga,

"bagaimana saya bisa berkonsentrasi berkerja kalau isteri saya sedang sakit dirumah?"

Wanita itu mengangguk paham, "saya mengerti pak, mungkin ada baiknya jika tadi bapak meminta staf menejer untuk menunda meeting kita hari ini, dan-"

"kamu tidak mengerti apapun tentang ini, sudahlah aku bisa mengurusnya sendiri. Sekarang kamu bisa pergi dan lanjutkan pekerjaanmu." Jawab lelaki itu dengan ketus, sementara wanita tadi hanya mengangguk lalu pamit pergi, dia dan semua karyawan disini sudah sangat paham dengan sikap Syam, bukan hal yang mengejutkan jika Syam berkata ketus kepada karyawan-karyawannya.

Syam diam cukup lama dan pikirannya seperti tidak bisa diajak berkerja, lalu dengan cepat ia membereskan berkas-berkas yang belum dia selesaikan dan memasukkannya kedalam map, dia memutuskan untuk pulang siang ini, entahlah dia sendiri merasa seperti ada yang menganggu pikirannya.

Saat sampai dirumahnya, Syam langsung menuju kamarnya sebagai tujuan utama sejak tadi, dan disana dia melihat wanita yang dari tadi mengganggu pikirannya sedang berbaring masih diposisi seperti saat terakhir kali ia tinggalkan tadi. Syam menyentuh dahinya, panasnya sudah agak menurun, lalu Syam mencium keningnya kemudian mengambil handuk kecil untuk menyeka segala peluh diwajah gadis itu, dan setelah itu Syam menggantikan pakaian Naya karena dari semalam dia belum berganti pakaian.

Syam masih melanjutkan pekerjaan kantornya di sofa kamarnya, sesekali ia melirik kepada Naya, tapi ternyata gadis itu masih betah tidur, Syam menghela napas panjang lalu kembali kepada pekerjaannya lagi.

Syam sudah menyelesaikan beberapa daftar, sejenak dia melihat jam tangan yang melingkar dipergelangan tangannya, sudah pukul 2 siang, lalu Syam menutup lembaran berkas-berkas dimeja depan sofa itu. Niatnya ingin istirahat sebentar menghilangkan penatnya, lalu perhatiannya teralihkan ketika ia melihat Naya sedang berusaha bangun dari tidurnya.

"Jangan bangun dulu, nanti kepalamu pusing,"

Naya yang melihat suaminya sudah siaga disampingnya sambil menopang kepalanya kembali mengernyit, "ini jam berapa?"

"Jam 2 siang," jawab Syam sambil berusaha menahan kepala Naya supaya tidak terangkat dan tambah membuatnya pusing,

Naya mengernyit lagi lalu menatap Syam, "kak Syam nggak ke kantor?"

Wa'alaikumussalam Makmum [Complete✔] Donde viven las historias. Descúbrelo ahora