20. |payung|📋

1.7K 159 4
                                    


Pukul 16.00 terpampang di layar jam tangan digital milikku. Hampir setengah jam lebih aku menunggu bis di dekat jalan sekolah.

Mungkin kalian bertanya-tanya, mengapa aku tidak pesan ojek online saja saat ini? Jauh lebih mudah bukan?

Jawabannya adalah handphone-ku mati karena kehabisan baterai.

Dan itu sungguh menyebalkan! (Khususnya bagiku sih, aku tidak tau ini sama hal nya menyebalkan bagimu atau tidak).

Perlahan, aku mulai merasakan tetesan air di atas kepalaku. Aku mendongak dan gerimis mulai turun. Lalu menjadi hujan yang cukup deras.

Aku dengan cepat berlari menuju pohon besar yang setidaknya mampu melindungiku. Walaupun aku masih merasakan sedikit tetesan hujan, tapi meneduh di sini jauh lebih baik.

Lain kali ingatkan aku untuk siaga membawa payung ke sekolah.

"Nih"

Suara itu terdengar tepat di sampingku. Aku menengok ke kanan untuk mengetahui siapa orang itu.

Aku tertegun.

Ada seorang cowok menaungiku dengan sebuah payung abu-abu di atas kepalaku.

Melihatku yang tidak memberikan respon apapun, dia -- Alvin memiringkan sedikit kepalanya ke arahku. "Ini pegang sendiri. Lo mau gue basah kuyup karena nunguin lo? "

Benar saja, bajunya mulai basah.

"Ya.. lo aja kali yang pake payungnya." Ku akui, sikapku sedikit kurang aja, tapi salah dia sendiri! Kenapa ngeselin banget jadi orang.

"Gue bawa jas hujan."

Aku segera memegang tangkai payung itu. Kulihat Alvin membuka isi tas depannya dan mengambil plastik hijau yang ku duga berisi jas hujan berwarna abu-abu.

Setelah jas hujan melekat di tubuhnya, Alvin berkata kepadaku. "Lo nunggu apa?"

"Eng.. Nunggu bis."

Kulihat dia mengangguk. Alvin masih berdiam diri di sampingku. Ku pikir dia akan langsung pulang setelah memberiku payung ini.

Mungkin menyadari aku menatapnya, Alvin melirikku. Kemudian dia berdehem. "Ya udah."

Benar, ya udah.

Dia tidak salah kok berkata seperti itu. Tapi kenapa aku merasa kesal dengan kalimatnya yang kelewatan singkat itu?

Memangnya jawaban apa sih yang aku harapkan?

Hujan mulai deras. Aku semakin menegakan payungku agar tidak terkena tetesan dari ujung payung ini. (Maksudku, saat payung kau pegang secara miring pasti kamu akan tetap terkena tetesan hujan, entah di bahu atau punggung- kuharap kalian mengerti kalimatku.)

Aku masih terdiam canggung di sampingnya.

Tiba-tiba dia berdecak yang membuatku tersentak dan langsung menengoknya. "Ck, kenapa gak naik ojek online aja. Biar cepet."

"Hah?" Aku melongo. Kenapa dia terlihat kesal?

"Naik ojek online aja." Katanya.

"Hp gue lowbatt."

Alvin mendengus. Dia mencari sesuatu dari dalam tasnya dan terlihat olehku ponsel yang sekarang ada di genggamannya. Lalu dia sodorkan kepadaku. "Nih, pake hape gue."

Aku mengambil ponselnya. Masih tak menyangka, ini seriusan dia mengizinkanku membuka ponselnya? Walaupun hanya untuk pesan ojek online, tapi tetap saja. Aku nanti akan melihat walpaper di ponselnya, melihat beberapa aplikasi yang ada di ponselnya dan hal lain yang akan aku ketahui.

Aku menekan tombol power. Aplikasi gojek langsung terlihat di home screen dengan wallpaper background abu-abu. Bersama dengan aplikasi chating lainnya.

Setelah memesan dan mengingat palt nomor motor nya, aku langsung memberikan ponselnya ke Alvin. "Makasih."

Dia hanya mengangguk.

Lalu dia kembali menaiki sepeda ontel miliknya. Sebelum pergi, dia menengok ke arahku. "Gue duluan."

Aku mengangguk canggung.

Kulihat dia semakin jauh mengayuh sepedanya dan sosoknya tidak terlihat lagi di belokan kanan.

Dan aku baru menyadari, hari ini alvin telah banyak menolongku.

Huuh, Alvin dengan segala sikapnya yang tak terduga.

📚📚📚

Kira-kira begini gambaran payung abu-abu kehitaman milik Alvin

Kira-kira begini gambaran payung abu-abu kehitaman milik Alvin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*Abaikan gerakan memutar si ganteng ini hehe

Librarian Boy [end]Where stories live. Discover now