Bukti

1.7K 138 5
                                    

" Pha apa kau yakin dengan hal ini?".
Tanya kit khawatir.
" sudah lakukan saja kalau kau memang ingin tau, jangan jangan ada hubungannya sengan kejadian sore ini di apartemen beam". Jawab phana yang berdiri didepan kit bersembunyi dibalik pilar tembok.

" Bagaimana kalo kita langsung saja bertanya  ke beam tentang kejadian tadi di apartemennya?". Kit menyolek lengan pha. Dan pha membalas dengan kerutan di dahinya.

" aku pun juga mau bertanya, tapi kan kau tau sendiri beam tadi sudah terlihat lelah, mana tega aku bertanya". Phana menjawab sembari menengok ke kanan dan ke kiri.

" jika kita mendapatkan buktinya langsung saja kita laporkan ke polisi, dan beam pun aman pha". Jawab kit yang juga mengikuti arah mata pha.

" Oke oke itu urusan nanti, kita lakukan rencana ini dulu". Phana mulai berjalan pelan pelan sambil berjinjit. Dan sekali lagi menoleh ke kanan dan kekiri,
Kit mengikuti langkah pha dari arah belakang.
Kit juga memegang baju phana, kaya anak kecil takut hilang dari jejak ibunya.

Mereka pun berhasil membuka pintu,
Dibukanya pelan pelan,
Mereka masuk kedalam menjelajahi ruangan.
Disitu dibagi menjadi empat kubik,
Diperuntukkan karyawan untuk bekerja dengan nyaman.
Ada empat pc komputer dan ada empat juga meja dan kursi secara terpisah.
Dua kubik disebelah kanan, dua kubik di sebelah kiri dan diantaranya ada jalan menuju satu pintu di sisi dinding berseberangan dengan pintu masuk.

Phana dan kit berjalan menuju ke pintu yang ada disisi tembok satunya. Disitulah terletak sesuatu yang ingin mereka ketahui.

-- -- --- --

" pi max .. ". Beam memeluk tubuh kekar max, kedua tangan beam mengalung di leher max.
Max membalas pelukan beam.

" Ada apa beam, kenapa tiba tiba kau memelukku?". Max mengusap usap punggung beam,
Beam tidak sadar menangis dipelukan max. Membuat max bingung, tidak biasanya beam bersikap seperti ini.

"Ayo ceritakan padaku". Tanya max melepas pelukan beam. Beam mengelap air mata yang di pipinya, dengan ramb"0put yang masih acak acakan, beam menarik tangan max untuk masuk ke dalam apartemen.

" Gelap sekali kamar mu beam". Max berjalan masuk kedalam, dan beam pun langsung menekan saklarnya. Lampu pun menyala.
Max berjalan dan duduk di atas kasur dengan nyaman. Melihat beam yang duduk dihadapannya dengan wajah pucat ,lingkar mata yang hitam.

" Bisa cerita sekarang?". Tanya max menatap beam yang duduk dihadapannya.
Beam mengacak acak rambutnya yang sudah berantakan.
Kedua kakinya diatas sofa.
Dagu beam menyentuh dua lutut yang dirapatkan. Pemandangan yang cukup mengenaskan di mata max.

" Forth .. Kekasihku ". Beam sedikit ragu ingim bercerita.
" kenapa forth?".
Tanya max penasaran sehingga mencodongkam tubuhnya mendekati beam

" Kami bertengkar, bertengkar cukup parah!". Parau beam masih menundukkan kepalanya.
" karena apa kalian bertengkar, sudah beberapa kali ini aku mendengar kalian bertengkar, apakah karena masalah yang sama?". Tanya max lagi.

" Dia terlalu pencemburu, posesif dan kasar. Aku tidak tau dari sikap nya yang begitu manis dulu ada tersimpan sifat yang gila didalamnya".
Beam kali ini menarik nafas panjangnya.

" Kau masih mencintainya bukan? Kalau tidak dari kemarin kemarin sudah kau tinggalkan dia".

" Aku juga tidak tau kenapa aku tidak bisa meninggalkannya, apa yang harus aku lakukan selanjutnya?".

" Lagian berikan aku satu alasan untuk kamu tetap mempertahankan hubungan ini?".

" Hanya saja, forth seperti belahan jiwaku. Forth seperti setengah dari diriku". Jawaban beam yang membuat max berfikir.
Max berdiri dari atas kasur, dan berjalan ke arah beam,
Duduk tepat di sebelah beam.
Max merangkul tubuh beam dari arah samping,
Karena sofa itu bersebelahan dengan meja belajar beam,
Max menemukan sesuatu yang menarik yang tergeletak diatas meja beam.
Max melihat ada buku yang cover berwarna cokelat sedikit koyak.
" Beam buku apa ini?".
Tanya max mengambil buku itu,
Yang bikin menarik dari buku itu tertulis didepannya,

Catatan Beam

Dan di bawahnya, tertulis kata kata dan kalimat kalimat yang sulit dimengerti.

Beam dalam pelukan max,
Reflek mengambil buku yang ada ditangan max,
Lalu berdiri dan menyembunyikan buku itu dibelakang pinggulnya.
Beam yang berhadapan dengan max,
Mencoba senyum kagok
Berjalan mundur membunyikan buku itu dibawah bantal.

" Apa itu beam, ada lagi yang aku tidak tahu?".
Max tersenyum melihat gelagat beam.
'' tidak ada pi..".
Beam duduk di pinggir kasur.

" mengapa kau tadi menangis?".
Tanya max lagi memecah keheningan.
" selain forth ada masalah apalagi,ibumu atau ayahmu?".
Lanjut max.

" Mengenai ibuku, aku tau dia mencintaiku, hanya saja dia mengekangku, kau tidak tau, memang kami berkomunikasi dengan baik tapi kami selalu bertubrukan".
Beam menghela nafas panjang.
"Aku tidak mengerti dengan jalan pikirannya, kami ibu dan anak tapi mempunyai pemikiran yang berbeda, sejak saat itu kami berbeda".
Penjelasan beam yang memutar mutar, membuat max semakin bingung.

" sejak saat itu? Sejak kapan?".
Tanya max berhati hati dan menatap beam, disitu terlihat mata dingin seorang beam.

--- ---- --- --

" Bagaimana pha lanjut gak nieh?". Tanya kit yang menoleh kebelakang juga sembari menengok ke arah jendela.

" Ayo cepat kit .. !". Perintah phana ke kit untuk mempercepat langkahnya.
Mereka menuju pintu yang ada di depannya,
Dibuka pintu itu pelan pelan,

Kreeteeek ..

Gelap,
Phana menjelajahi dinding dinding di sekitar balik pintu,
Mencari cari saklar tapi nihil tidak berhasil.
" Ai pha gelap sekali, aku takut ".
Kit dengan tubuh gemetar masih saja memegang ujun baju pha.

" Ah sudah ayo ". Pha menarik tangan kit untuk bersandar sebentar disisi kiri tembok.
Pha mulai membuka tas yang dia bawa, dan mengambil senter dua buah, dan diberikannya satu ke tangan kit.

" Ayo kit cepat kita mulai mencari".
Suruh pha.
" Mulai darimana ai pha?".
"Banyak sekali lemari lemari panjang disini".
Tunjuk kit ke pha dengan senternya ke arah rak rak buku itu.

" Lakukan sesuai dengan yang aku katakan tadi siang".
Kit mengangguk dan memulai mencari ,berpencar dari pha.



Bersambung,



🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏

Kalo genre seperti ini kalian harus sabar yaa, karena memang pelan pelan alurnya,

Kalau alurnya terkesan ribet karena memang genre ini membuat si pembaca itu sendiri berspekulasi menurut kepala nya masing masing.

Karena dugaan dugaan itu yang membuat kalian jadi berfikir dan menebak nebak dari jalan cerita itu sendiri.

Itu lah mengapa bacaan novel psikologi itu membutuhkan daya pikir dengan rasa penasaran yang besar. Dan perlu berkali kali untuk membacanya.

Jadi author minta maaf sekali lagi kalau ada salah kata dan kalo menurut kalian author ada salah.

Tadinya masih butuh beberapa chapter lagi untuk tamat.
Dan author suka per hari update 3chapter.

Diusahakan dipercepat ya biar kalian gak kecewa..

Maafkan sekali lagi.

Posesif (Another Me)Where stories live. Discover now