BAGIAN 1

46 1 0
                                    

Angin berhembus cukup kencang di bandara Internasional Haneda Tokyo Jepang. Aku injakkan kakiku kedua kalinya di tanah paling timur benua asia ini. Kali ini aku diundang mengisi seminar tentang pemanfaatan lahan sempit untuk pertanian.

Setelah tujuh jam penerbangan dari Jakarta ke Tokyo akhirnya aku mendarat di tanah para samurai. Kedatanganku disambut oleh teman terbaikku ketika di Tokyo tiga tahun silam. Dita Prapita Sari namanya. Dia guru di Sekolah Repulik Indonesia Tokyo yang berada di daerah Meguro-ku Tokyo. Sudah sepuluh tahun dia mengabdikan diri di sekolah milik kedutaan itu. Wajah khas palembang yang cantik dibalut pakaian dan jaket jeans serta hijab yang menutup kepalanya tersenyum diantara para penjemput.

Pertemuan kami terjadi dengan tidak sengaja. Tiga tahun yang lalu aku mendapatkan beasiswa full dari pemerintah untuk meneruskan program magister di university of Tokyo, Faculty of Agriculture. Kenangan bersamanya memang selalu menjadi kenangan yang indah tak terlupakan.

Aku kebingungan di Gora stasiun Hakone saat itu. Aku yang baru dua hari datang ke Tokyo langsung tertarik untuk melihat keindahan gunung Fuji. Aku pergi sendiri ke daerah Hakone. Tanpa aku sadari Hakone free pass yang aku miliki hilang dari kantong jaketku. Aku benar-benar tidak tahu harus apa. Aku belum lancar berkomunikasi dengan bahasa Jepang. Saat kebingungan itulah Dita datang membantuku.

"Maaf, mas dari Indonesia?" dengan suara lembut dan sikapnya yang supel dia menyapaku dan memastikan bahwa aku dari Indonesia.

"Yah. Aku dari Indonesia"

"Ada apa? Sepertinya mas sedang kebingungan?"

"Oh kelihatan yah?" Aku pura-pura bingung dan garuk-garuk tak gatal

"Terlihat jelas mas, wajah mas itu gugup sekali, ketakutan sekali, jika diperbolehkan boleh aku bantu?"

"Euh...gimana yah?, jika tidak merepotkan. Kita kan baru ketemu"

"Alah si mas kita kan satu negara. Masa sungkan? Oh yah, nama saya Dita, saya dari Palembang asli. Singa Mania. Dari bandung yah?" dia mengenalkan diri dengan bangga sebagai singa mania suporter Sriwijaya FC.

"Ah...hahaha. karena lihat ini yah mba tahu saya dari Bandung. Kenalkan aku Adit" sambil menunjukkan syal Persib Bandung yang aku pakai.

"Oke Adit jadi apa yang bisa saya bantu?" Dia bertanya tentang apa yang aku alami.

Aku katakan padanya bahwa aku kehilangan free pass. Tanpa itu, seseorang yang sedang bepergian di daerah Hakone tidak bisa menggunakan transportasi termasuk kereta gunung Hakone untuk kembali ke Yumoto Station di pusat kota Hakone. Sementara uang cash yang aku bawa tidak cukup untuk membeli tiket. Akhirnya dia menawarkan sejumlah Yen untuk aku pakai dan pulang bersamanya.

Sepanjang perjalanan menuju Yumoto Station, aku disuguhi pemandangan yang sangat luar biasa. Bunga Sakura dan Plum nampak berjejer rapih sepanjang jalur turun. Aku lihat wajah Dita nampak menikmati pemandangan itu. Gerakan kereta yang melaju zigzag menambah kesan tak terlupakan di Hakone.

"Mas baru pertama ke Hakone?" tanyanya sambil melihat wajahku penasaran di atas kereta gunung itu.

"Iya, aku banyak dengar dari teman-teman di facebook bahwa Hakone memiliki pemandangan yang sangat indah. Sekaligus bisa melihat gunung Fuji berselimut salju. Aku jadi penasaran dan nekat pergi ke sini sendirian. He.he" tanpa rasa bersalah aku ketawa.

"Huh coba kalo ga ada aku, Mas pasti sudah jadi berita kehilangan tuh. Rame di kedutaan" sambil bercanda dia menggodaku tanpa rasa canggung.

"Hehe iyah terima kasih Laela" sambil menyeringai aku berterima kasih. Dia tersenyum membalas. Di moment itulah aku melihat kecantikannya.Senyumnya menampakan gigi gingsulnya dan kumis tipis di bibirnya benar-benar mengetukpintu hatiku yang pernah tertutup lama karena ditinggalkan Suci yang memilih menikah dengan pria lain daripada menungguku pulang setelah selesai program magister ini. "Masya Allah, dia kah jawaban doa-doaku Rab?" dalam hatiku bergumam. 

SESAAT DI KEABADIANWhere stories live. Discover now